1 - Kenyataan Pahit

71.5K 2.3K 25
                                    


Potongan 1................

"Pergilah."

Tak ada jawaban atau reaksi yang diberikan atas perintah tersebut. Hanya tatapan sarat akan rasa bersalah dan penyesalan yang mampu ditunjukkan Dion di hadapan Riana. Karena sifat bodohnya semalam, secara tak sengaja dia telah menyakiti perempuan itu.

Meski, tidak tampak ada cairan bening menggenang atau mengalir dari kedua mata Riana. Akan tetapi, Dion merasakan perih di dada melihat sosok perempuan yang pada kesehariannya di kantor terlihat energik dan bersemangat dalam bekerja itu, kini tengah duduk di hadapannya dengan tatapan kosong dan wajah pucat.

Senyuman hangat yang seperti biasa dipersembahkan oleh atasannya itu, dikala mereka sedang membicarakan masalah pekerjaan di kantor, tak dapat lagi dilihat Dion sejak kejadian tadi malam yang mengubah segalanya.

"Maafkan aku."

"Cepat pergilah!" Riana menaikkan nada bicaranya. Amarah dan emosi bercampur menjadi satu, sehingga berhasil menipiskan kesabaran yang sedari tadi coba untuk dipertahankannya.

Keberadaan Dion yang masih saja tertangkap oleh kedua matanya membuat Riana muak. Terlebih ketika mengingat apa yang sudah dilakukan laki-laki itu kepadanya dan menghancurkan masa depan yang sudah dengan begitu apik dirancangnya dalam hitungan semalam.

Ingin sekali rasanya dia mendaratkan tamparan dan pukulan-pukulan keras ke wajah Dion, sebagai bentuk pelampiasan atas segala kekecewaan serta amarahnya. Namun, lagi-lagi Riana terus mencoba untuk mengendalikan diri.

"Cepat pergi!"

Teriakan penuh amarah yang sangat jelas ditujukan kepadanya tak mengurungkan niatan Dion untuk tetap berada di sini. Dia tidak akan menuruti begitu saja perintah Riana. Apalagi setelah perbuatan yang dilakukannya pada perempuan. Ralat, wanita itu.

Hening menghinggapi mereka hingga beberapa menit ke depan. Riana yang duduk di atas sofa ruang tamu rumahnya, membuang pandangan ke arah lain. Berusaha menghindari tatapan Dion yang terus-menerus terarah kepadanya. Rasa benci yang semula tak pernah ada, kini bahkan memenuhi Riana hanya dengan melihat wajah laki-laki yang berusia lebih muda dua tahun darinya itu.

Di sisi lain, Dion ingin memberi tahu yang sebenarnya, kronologi peristiwa.

Kemarin malam, mereka berdua bertemu dengan salah satu klien bisnis Riana di sebuah bar untuk membahas kesepakatan kerja sama. Namun, secara tak sengaja Dion menguping jika klien tersebut berniat menghancurkan Riana, yakni dengan cara menjebaknya. Dion juga mendapati klien tersebut memegang sebuah botol obat, lalu menyerahkan pada seorang pria.

Setelah mendengar rencana aksi balas dendam yang tampak sudah diatur dengan sangat rapi itu. Mendadak firasat buruk menghampiri Dion. Dan selama pertemuan berlangsung, Dion selalu berada di samping Riana. Mengamati setiap gerak-gerik yang dilakukan klien mereka serta seorang pria yang diajaknya.

Seribu sayang, Dion tak dapat mencegah ketika Riana meminum minuman yang sudah dicampurkan obat perangsang tersebut. Tidak lama setelahnya, entah apa yang mendorong Dion dengan spontan menenggak minuman yang seharusnya diminum oleh pria itu.

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi. Dion segera mengajak Riana untuk pergi dari bar. Dia kemudian mengantar wanita itu kembali ke rumah. Dan peristiwa tak terduga pun terjadi di kediaman Riana akibat efek dari minuman yang dikonsumsi Dion.

Sungguh di dalam hati, dia hanya tak ingin wanita itu hancur hanya karena jebakan murahan yang direncanakan oleh klien mereka. Tetapi, kini malah dia lah yang menghancurkan Riana dan mungkin tidak mudah baginya untuk memperoleh maaf setelah apa yang dia lakukan tadi malam.

Just For Our Baby, Not U (IA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang