Astoria, 1495 AR
"Isamaru, apa kau percaya bahwa iblis itu ada?"
"Tentu saja, Kek. Bukankah Kakek yang selalu bercerita tentang keberadaannya?"
Pria tua yang sedang terbaring lemas di atas ranjangnya itu lantas mengambil sebuah buku berdebu yang terkunci dengan sebuah segel sihir dari rak di samping tempat tidurnya.
"Uhuk... Uhuk... Kemarilah, Nak..." ucap sang kakek dengan penuh kepayahan. "Jaga buku ini. Saat kau berusia tujuh belas tahun, teteskan darahmu di atas segel ini untuk membukanya. Kebenaran tentang ancaman sesungguhnya bagi umat manusia ada disini."
"Ancaman apa yang Kakek maksud?"
"Kepunahan umat manusia."
Bagi seorang anak berusia sepuluh tahun, kalimat tersebut hanya terdengar seperti omong kosong belaka. Isamaru hanya terdiam sebentar, lalu dia memberikan selimut kepada sang Kakek.
"Sebaiknya Kakek beristirahat saja. Udara malam ini lebih dingin dari biasanya."
"Tidak. Waktu Kakek tidak banyak. Mendekatlah kepadaku," sang Kakek meletakan telapak tangannya di atas kepala Isamaru.
HWAAAAA!!!
Aura biru kehitaman keluar dari tubuh Isamaru. Dia berteriak dengan sangat keras menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya sampai akhirnya dia tak sadarkan diri dan terjatuh di atas lantai.
Hari Selanjutnya
Pusing sekali kepalaku. Apa-apaan mimpiku tadi? Sungguh sebuah mimpi yang sangat buruk. Tapi kenapa terasa begitu nyata dan membuat dadaku sesak? Eh? Kenapa aku menangis?
Isamaru yang masih setengah sadar berusaha untuk duduk sambal menyeka air mata di pipinya.
"Maru, kau sudah bangun?"
"Hmm, Paman Kamui ya? Iya Paman, aku sudah bangun. Nampaknya aku tertidur semalaman ya?"
"Ya, betul. Maru, jawab dengan jujur. Apa kau ingat dengan apa yang terjadi tadi malam?"
"Tadi malam? Aku hanya memberikan obat dan selimut kepada Kakek. Kami berbincang sebentar, lalu entah kenapa aku merasa pusing dan nampaknya aku tertidur di kamar Kakek."
"Tunggu dulu, kau benar-benar tidak ingat dengan apa yang terjadi semalam?"
"Aku harus mengingat apa lagi? Hanya itu saja yang aku ingat. Sudahlah, kepalaku masih pusing. Aku ingin minum," Isamaru bangkit dari kasurnya.
"Oh iya Paman, kenapa diluar berisik sekali?"
Alih-alih menjawabnya, Kamui langsung menarik tangan Isamaru, "Jangan keluar! Tunggu disini, biar Paman yang ambilkan air minumnya."
Kamui bergegas keluar dari kamar dan anehnya dia mengunci pintu kamar Isamaru dari luar. Isamaru merasakan ada suatu yang janggal. Akhirnya dia bangkit dan mendekatkan wajahnya ke pintu. Melalui lubang kunci yang kecil, Isamaru bisa melihat dengan beberapa orang Polisi Militer kerajaan Astoria sedang bersiaga di dalam rumahnya.
Ada apa ini? Apa yang Paman sembunyikan dariku?
"Apakah dia sudah bangun?" Tanya seorang petugas kepada Kamui.
"Ehm, belum. Sepertinya kita harus menunggu beberapa saat lagi," jawab Kamui.
Hah? Kenapa Paman berbohong?
"Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Memang sebaiknya kami langsung membawanya saja semalam. Kasus pembunuhan seperti ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Kalau bukan karena nama baik keluargamu, kami tak akan mendengarkan permintaanmu. Mengingat keluarga ini memiliki banyak jasa bagi kerajaan. Sangat disayangkan kalau Aozaki Shin dan Kakak perempuanmu harus meninggal dengan begitu mengenaskan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Astoria
FantasíaSaat tersadar, Kekuatan hanyalah ilusi. Level hanyalah angka. Apalagi yang membuat ini semua kau bilang nyata? Dibalik sebuah cerita dari dunia yang berbeda, Astoria *** Berkisah tentang Isamaru yang berusaha mengungkapkan kematian Ibu dan Kakeknya...