U

4.8K 330 25
                                    


Dengan cepat dia membuka pintu lalu menarik tangan Reka, kedua mata mereka saling bertemu. Hanya saling memandang, saling mencari sesuatu.

"Harus apa supaya kamu mengerti aku?"

"Kamu yang tak pernah mengerti aku Kei, kamu itu membuatku gila tau nggak."

"Kamu gila aku lebih gila Re, aku lebih gila memilihmu yang sudah milik orang lain, aku gila karena berani menyukaimu, aku gila karena berani menjadikanmu tujuan hidupku."

"Kalau kamu sudah gila kenapa tidak meneruskannya, kenapa tidak gila untuk memilikiku."

"Aku ingin tapi....."

Kei menggelengkan kepalanya lalu menundukkan kepala, lidahnya terasa mati tidak bisa mengucapkan keinginan hatinya.

"Tidak bisakah kita tetap seperti ini, tidak bisakah membiarkanku tetap bersamamu sampai kamu kealtar pernikahan, sampai hanya disitu aku takkan meminta lagi."

"Kamu menginginkan itu?"

Reka tak habis pikir dengan pemikiran Kei, dia semakin sulit untuk percaya. Jika dia sampai melakukan itu maka dia adalah orang yang paling buruk.

"Apa dengan aku melakukan itu dapat membuatmu baik-baik saja?"

"Apa kamu juga tak apa jika aku kembali jatuh cinta pada Ferry?"

Tak ada jawaban, hatinya semakin sakit tapi dia harus bertahan.

"Aku mengerti apa maumu Kei, hah aku akan melakukan sesuai keinginanmu, ayo kita lakukan, aku ingin liat sampai kapan kamu mampu terus membohongi perasaanmu."

Dia mendongak yang langsung menatap Reka yang sedang menatapnya serius seraya tersenyum sinis.

"Aku bukannya membohongi perasaanku, aku hanya takut Re."

"Kamu akan menyesal jika memilihku untuk terus bersama."

Reka pov

"Kamu akan menyesal jika memilihku untuk terus bersama."

Menyesal? Bagaimana bisa dia berpikir seperti itu, apa dia tak percaya padaku, apa sebegitunya kamu tak percaya pada pilihanku.

"Kenapa aku harus menyesal?"

Mata yang penuh luka itu menatapku, mulutnya terbuka lalu mengatup kemudian terbuka dan kembali mengatup lagi. Kenapa dia terlihat ragu seperti itu?

"Aku seorang pembunuh."

Deg.

Peemmbunuh? Dia seorang pembunuh? Ya Tuhan aku mencintai seorang pembunuh.

"Aku membunuh kakakku sendiri."

Deg.

Kenyataan apalagi ini, kepalaku sangat pusing. Apa ini yang selalu membuatnya ingin bunuh diri. Astaga.

Tangannya melepaskan pegangan dari tanganku. Kutatap dia yang menatapku penuh luka, ia tersenyum. Astaga, apa yang kupikirkan.

"Aku takkan memintamu untuk terus bersamaku lagi karena kamu sudah tau rahasia yang selalu ingin kusimpan dengan rapat jadi kalau kamu ingin..."

Kukecup bibirnya, dia terkejut kulepaskan ciumanku lalu menempelkan keningku ke keningnya.

"Kamu tau saat kamu menyukai seseorang kamu tidak boleh hanya melihat sisi baiknya tapi juga harus sisi buruknya."

"Kamu baik-baik saja akan kenyataan aku adalah seorang pembunuh?"

"Memangnya kenapa kalau kamu pembunuh, bukankah kamu memang gila kan kamu baru saja mengakuinya."

It's all because of youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang