Akhir Yang Bahagia

5K 226 18
                                    

Shinichi's POV

Aku yang tidur nyenyak terbangun setelah mendengar suara lembut dari seseorang. Suara lembut dari seseorang yang amat kukenal dengan baik.

"Shin-chan kau sudah bangun?" Ucap Shiho. Aku yang baru membuka mataku benar-benar terpesona melihat Shiho. Dia bagaikan seorang malaikat.

"Uhm.. Iya." Jawabku sambil mengedipkan mataku berkali-kali.

"Maaf." Ujar Shiho dengan wajah tertunduk penuh penyesalan.

"Untuk apa?"

"Maaf karena aku sudah menembakmu waktu itu."

"Kau tidak perlu minta maaf. Itu semua demi menumpas habis organisasi kan?"

"Tapi... Aku tetap merasa bersalah padamu." Ucap Shiho sambil mengeluarkan air mata. Aku yang melihatnya menangis, langsung memeluknya dengan tujuan untuk menenangkannya.

"Tidak apa. Yang penting Sekarang organisasi sudah hancur. Dan lukaku ini juga sudah sembuh." Ucapku sambil mengelus rambutnya. Setelah mendengar perkataanku tadi, tangisannya perlahan mulai berhenti dan dia melepaskan diri dari pelukanku. Dan setelah perasaanya tenang aku mengeluarkan sesuatu dari saku jaketku.

"Hei Shiho."

"Apa?"

"Mungkin tempat ini tidak semewah restaurant di hotel Beika tapi...." Aku menunjukkan sebuah kotak kecil berwarna merah kepadanya lalu membukanya. "Maukah kau menjadi pendamping hidupku?" Ucapku sambil menunjukkan sebuah cincin padanya.

Shiho tersenyum. "Sejak kapan kau jadi orang yang romantis tuan detektif." Goda Shiho padaku.

"Oh ayolah. Aku sedang serius sekarang."Ucapku dengan wajah masam.

"Bagaimana jika aku menolak tawaranmu itu?" Ucapan Shiho membuatku tertegun. Ahh sial. Kenapa aku tidak memikirkan resiko kalau aku ditolak.

"Uhm kalau itu..." Aku tidak bisa melanjutkan perkataanku.

"Sebenarnya..." Ucap Shiho lalu mencium bibirku. "Aku mau menjadi pendamping hidupmu."



Kami diam sejenak lalu aku tertawa tebahak-bahak. Sedangkan Shiho menatapku dengan bingung tapi kemudian dia tersenyum melihatku tertawa. Tiba-tiba air mataku tak sengaja keluar.


"Air mata tidak cocok denganmu tuan detektif." Ucap Shiho lembut. Kemudian dia mengusap air mata di wajahku dengan tangannya.

"Bodoh, aku cuma menangis bahagia." Ujarku.

"Kalau begitu tunggu apa lagi." Ucap Shiho sambil mengulurkan tangannya padaku.

"Baiklah." Ucapku. Kemudian aku memasangkan cincin tersebut ke jari manis Shiho.


EPILOG


Hari yang sangat sepi tersebut berubah menjadi ramai setelah seseorang menemukan mayat di dalam toilet di sebuah restaurant. Seorang pemuda berambut cokelat kemarahan dan berwajah tampan menyelinap dalam kerumunan orang tersebut dan mendekati mayat tersebut. Dia mulai menyelidiki seluruh tubuh dari mayat tersebut. Tak lama kemudian beberapa polisi akhirnya sampai di TKP tersebut. Pemuda tersebut bangkit dan menghampiri polisi tersebut.



"Inspektur Takagi, dilihat dari keadaannya mayat tersebut mati karena meminum Kalium Sianida. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya bau almond pada mayat tersebut. Dilihat dari kekakuan dan suhu tubuh mayat perkiraan kematiannya adalah sekitar 1 jam yang lalu."

"Shoutarou! Apa kabarmu? Wah kau sudah besar sekarang. Bagaimana keadaan ayah dan ibumu?" Tanya Takagi.

"Setelah ayah berhenti menjadi detektif, sekarang dia sedang sibuk menulis novel misterinya. Sedangkan ibu sibuk dengan obat-obatnya." Jawab Shoutarou. "Baiklah sudah cukup basa-basinya, sekarang mari kita pecahkan kasus ini." Sambung Shoutarou.


Tak butuh waktu lama bagi Shoutarou untuk memecahkan kasus tersebut. Ternyata pembunuhnya adalah boss dari korban sendiri. Motifnya adalah untuk menutup mulut si korban yang tahu kalau bossnya melakukan penggelapan dana. Setelah menyelesaikan kasus tersebut Takagi mengucapkan terima kasih kepada Shoutarou dan mereka akhirnya berpisah. Setelah keluar dari restaurant tersebut, Shoutarou terkejut karena melihat Ayah dan Ibunya sudah berdiri di depan pintu masuk restaurant tersebut.


"Shou-chan! Sudah berapa kali ibu bilang jangan pernah berlagak seperti seorang detektif. Kau itu masih 17 tahun. Jangan kau ikuti jejak ayahmu sewaktu dia masih muda dulu!" Shiho langsung memarahi Shoutarou.

"Hei hei. Biarkan saja dia begitu. Dia benar-benar mirip sepertiku sewaktu aku muda dulu." Ucap Shinichi sambil mengacak-acak rambut Shoutarou.

"Aku tidak mau dia menjadi magnet mayat sepertimu!" Ujar Shiho ketus.

"Apa katamu! Mau bertengkar!" Ucap Shinichi.


Tak lama kemudian mereka mulai bertengkar. Shoutarou hanya bisa menghela nafas karena melihat kedua orang tuanya bertengkar. Mereka terus bertengkar sampai akhirnya Shoutarou membuka mulut.


"Uhm.. Ayah Ibu, bisa kita pulang? Aku sudah lapar." ucap Shoutarou. Shinichi dan Shiho berhenti bertengkar  dan melihat ke anak mereka. Mereka berdua menarik nafas dan mengeluarkannya. Akhirnya setelah berdamai mereka pulang ke rumah dan makan malam dengan suasana yang hangat.



***END***


Alhamdulillah akhirnya tamat juga cerita ini ^o^ Terima kasih buat yang udah baca dan juga vote. Terima kasih juga buat yang udah kasih komentar ^o^.

Oke Next Story mau buat cerita detektif dulu. Tunggu tanggal rilisnya ya ^_^

Detective Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang