- Between Poker Face & Cheating -

2.5K 245 16
                                    

Kalian tahu apa itu ''Poker Face''?

Kalau gak tahu..

Silahkan tanya Mbah Google tercinta. (Sekilas info, saya malasnya minta dihajar.)

Singkat saja, poker face biasa digunakan saat bermain poker. Dimana wajah kita memiliki ekspresi sedatar mungkin. Kalau perlu saya bisa panggilkan tukang mebel terjauh untuk mendatarkan wajah kalian. Gratis kok. Saya kan gak pelit-pelit amat :P

Sayangnya kali ini saya bukan mau membahas permainan poker.

Cerita kali ini adalah hal yang PASTI dilakukan oleh sebagian besar siswa diseluruh dunia. (Entahlah, jangan tanya saya.)

Coba tebak dulu.

Saya beri waktu 3 detik.

.

.

.

Sudah tahu?

Karena saya kasihan, lol, dengan kalian, lol,dan karena saya gak pelit, lol, saya kasih tahu kalian.

Menyontek.

Ya, kalian tidak salah baca. Apalagi saya salah ketik.

Siswa mana yang gak melakukan kegiatan yang memacu jantung ini? Oke, mungkin ada banyak siswa pintar yang gengsi untuk menyontek dan sayangnya kami bukan kelompok beruntung seperti itu.

Dan kami malah masuk golongan terpojok. Dan, salah satu tempat strategis untuk menyontek. :P

Jadilah ini kisah kami saat ulangan harian Matematika (Lagi.).

Caranya? Gampang.

Kalian tahu kertas post-it atau sticky-note?

.

.

.

Dengan was-was Adel mengawasi Bu Su yang sedang duduk manis di meja guru. Sembari memasang wajah watados dan sesekali melirik Fira yang sedang menyalin sesuatu.

''Nih.'' Bisik Fira pelan sembari menjulurkan sebuah tipp-ex berwarna biru pada Adel.

''Sip.'' Dengan gerakan pelan dan masih mengawasi Bu Su, Adel mulai membuka kertas  post-it biru yang menempel dan menggulung pada tipp-ex itu. Kemudian dengan kecepatan tinggi Adel mulai menyalin rangkaian jawaban yang tertulis disana.

''Psst, nomor 5.'' Bisik Ian menolehkan sedikit kepalanya kebelakang.

''Bentar, gue salin dulu.'' Balas Adel yang mulai buru-buru meningkatkan kecepatan menyalinnya. Begitu juga Aurum yang terlihat menyalin sesuatu di kertas.

''Nomor 3, ya.'' Adel menempelkan kertas post-it biru itu pada punggung Ian dan langsung disambar oleh sang pemilik.

''Sip, tuh Aurum kayanya tau nomor 10. Ntar tanyain.'' Bisik Ian lagi dan mulai menyalin.

''Ok, ok.'' Adel mengangguk lalu mulai menulis sesuatu di kertas post-it dan menempelnya di tipp-ex Fira lalu menjulurkannya pada Aurum. ''Rum, Aurum.''

''Apaan?'' Jawab Aurum tanpa menoleh, sedetik kemudian Aurum sadar dan menerima tipp-ex itu.

''Nomor berapa?'' Tanya Fira yang melihat transaksi tadi.

''Nomor 10.''

''Ntar gue liat dulu ya? Baru gue kasih ke elo.''

Adel hanya mengangguk, ''Gpl.'' Pesannya.

''Iya, iya. Bawal amat sih''

''Bawel kali.'' Celetuk Aurum yang diam-diam menempelkan kertas post-it  dipunggungnya  dan langsung disambar oleh Fira.

''10 menit lagi.''

''...''

''HAAAAAHHH?''

Satu kalimat yang berisi 3 kata itu sukses membuat seisi kelas kalang kabut dan segera mempercepat proses hitung-menghitung mereka.

Sementara kami..

''Plak.''

''Plak.''

''Bruk.''

''Sreet.''

''Sreet.''

Makin mempercepat aksi tempel menempel dan acara melempar tipp-ex.

Saat hasilnya dibagikan..

..

.

.

Tidak ada satupun diantara kami yang tuntas.

Pesan :

''Tidak apa menyontek lalu tidak tuntas selama kau masih bekerja sama dengan kawan-kawanmu!''








The Pojokan [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang