2. Toko Kue dan Undangan

51 5 1
                                    

Setelah selesai mengajar aku pun bergegas menuju ke tempat pekerjaanku selanjutnya. Yaa, aku bekerja part time di sebuah toko kue milik Tante Santi.-Oma nya Gibran . yaitu Irwins Bakery.

Irwins Bakery meyediakan kue basah kategori tradisional, cake, brownies dan bolu. Kue basah jajanan pasar dengan bahan sederhana dan ada juga beberapa kue basah dengan bahan-bahan modern, seperti kue bolu hingga tart dengan berbagai variasi bentuk penyajiannya. Menurutku harga di toko kue ini relatif murah dan terjangkau.

Sesampainya di Irwins Bakery aku pun bergegas ke ruang ganti pakaian. Pakaian chef. Yaa, aku disini sebagai salah satu chef pembuat kue. Hehe, jangan salah begini-begini juga aku bisa membuat kue.

"siang Mbak Tuti". Sapaku ketika memasuki dapur. Mbak Tuti ini salah satu patner ku membuat kue. Disini ada dua belas Chef. Shif siang hari ini, ada aku, MbakTuti, Mbak Nani, Mbak Tiwi dan Mas Reza. Mereka sering berganti shif. Hanya aku yang tidak, syukur mereka mengerti keadaanku bahwa aku dipagi hari mengajar dan di malam haripun sama aku harus menjadi seorang guru privat.

"siang Disty". Jawab Mbak Tuti Ramah. Yaa, Mbak Tuti ini sudah kuanggap sebagai Kakak ku sendiri, dia sering membantuku jika aku mengalami kesusahan. "yuk Ty, siang hari ini kita kebagian buat kue yang dipesan untuk dikirim kerumahnya buat acara syukuran. Jadi kita harus ekstra cepat karena pelanggan tersebut meminta jam setengah enam harus sudah dikirim.

"oke Mbak. LAKSANAKAN!". Senyumku selalu mengembang ketika membuat kue. Kami pun lansung sibuk dengan berbagai macam tugas masing-masing. Aku pun kebagian membuat kue putu ayu.

Bahan:

125 gr tepung terigu.

75 gr gula pasir

1 sdt pasta pandan

1 butir telur

1 sdt garam.

1sdt emulsifier

100 ml santan agak kental, didihkan kelapa parut dan garam, kukus.

Cara membuat:

Kocok telur, gula pasir, garam dan emulsifier hingga adonan mengembang. Masukkan tepung terigul yang sudah di ayak. Tambahkan santan dan pasta pandan, aduk hingga adonan tercampur rata.

Siapkan cetakan, isi dengan keapa parut sambil ditekan agar kelapa padat. Tuangkan adonan hingga ¾ cetakan. Kukus selama lima belas menit, angkat dan keluarkan dari cetakan.
Finish
***

Jam pun menunjukkan pukul lima sore dan kami telah menyelesaikan tugas kami masing-masing. Kue-kue tadi yang kubuat dengan Mbak Tuti pun telah diantar pelayan yang merangkap jadi kurir. Setelah itu pun aku pulang.

"Mbak mau pulang sama siapa?". Aku bertanya ke Mbak Tuti. "mau pulang ikut aku atau mau naik angkot atau di jemput sama Mas Naren?". Lanjutku.

"kamu pulang duluan aja Ty, Mbak dijemput sama Mas Naren!".

"yasudah kalo gitu aku pulang duluan yaa Mbak!". Pamitku.

"iya hati-hati yaa!". Ucap Mbak Tuti. Akupun membalasnya hanya dengan senyuman dan anggukan kepala. Dan bergegas pulang.

***

Semilir angin sore diatap rumah susun begitu menyejukkan. Meskipun jemuran berjejer dimana-mana tapi tak mengganggu udara segar menyerbu hidungku.

"teh Disty besok sore jangan lupa yaa datang di acara syukurannya cucu Ibu". Ucap Bu RT rumah susun ini mengingatkanku yang sedang mengangkat jemuran.

"yaa Bu, InsyaAllah. Jam tujuh kan Bu acaranya?". Tanyaku memastikan.

"iyaa Teh! Kalo bisa ajak pasangannya!".

"pasangan apa Bu?".

"si Teteh pura-pura nggak ngerti aja! Atuh pacarnya teh!". Jawab Bu RT dengan logat sunda yang begitu kental. Aku nyengir karena baru mengerti.

"ahh... si Ibu kaya nggak tau Disty aja. Disty nggak punya pacar. Paling Disty ajak Rina aja!".

"masa nggak punya Teh? Bukannya Teh Rina besok dateng sama calon suaminya? Tadi Ibu udah ngingetin dia juga!".

"bener Bu aku nggak punya pacar! Oh, mungkin iyaa Bu. Soalnya Disty juga belum nanyain". Cengirku. "yasudah Bu. Disty duluan yaa!". Pamitku langsung turun terburu-buru ke lantai tujuh, karena takut Bu RT semakin bertanya banyak tentang pasangan. Fyi, Bu RT dijuluki sebagai Mak Comblang ada juga yang bilang ia ahlinya biro jodoh. Buktinya, si Rina temen deketku di rusun ini dijodohkan olehnya.

Rumah susunku berada di lantai tujuh. Didalam rumah susunku ini terdapat satu kamar yang kuisi dengan kasur lantai, satu lemari baju, meja belajar, rak buku kecil tempatku menaruh rekapan sekolah dan beberapa buku kuliyahku. Satu dapur, dan satu kamar mandi. Tak ada ruang tamu. Karena memang mungkin takkan ada yang bertamu ke rumah susun ini. Jika adapun hanya orang-orang sekelasku ini. dan mereka pasti akan aku suruh duduk di kursi plastik yang terdapat di dapur. Yaa, dapurnya memang agak sedikit lebih luas dari ruang kamar. Dan sepertinya memang Rumah susun ini tidak terlalu besar. Yaa, mana mungkin yang namanya rumah susun akan besar seperti mansion orang kaya. Menghayal saja sana ke laut.

Sesampainya di kamar aku pun langsung membereskan jemuran tadi. Di setrika, dilipat, kemudian dimasukkan kedalam lemari. Yaa, seperti inilah akujika sudah melakukan suatu pekerjaan, maka harus diselesai kala itu pula. Jika tidak, aku akan malas mengerjakannya.

Tok tok tok.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Aku pun langsung beranjak dan mebukakan pintu.

"hey Ty". Sapa Rina ketika aku telah membukakan pintu.

"hey Rin! Yuk masuk". Ajakku mempersilahkannya.

"lagi ngapain lo?". Rina bertanya ketika ia sudah duduk di kursi plastik. Yaa, jika aku berbicara dengannya pasti menggunakan gue-elo.

"yee... nggak keliatan apa ini gue lagi ngapain?". Tanya ku sambil menunjuk ke bajuku yang berserakan di tikar.

"hehe, nyetrika mungkin!". Jawabnya yang menurutku sedikit ambigu.

"bukan mungkin lagi, gue emang lagi nyetrika!". Sewotku sambil melanjutkan setrikaan tadi.

"oh, hehe... gausah sewot kali Bu!". Kekehnya. "oh, iya lo udah tau acara syukuran cucunya Bu RT?". Lanjutnya bertanya. Aku hanya mengganggukkan kepala sebagai jawaban. Iya.

"hhmmpt, terus lo mau dateng?". Tanya nya lagi dan aku mengganggukan kepala lagi.

"ish, kok lo dari tadi Cuma ngangguk-ngangguk aja sih!".

"yaa, gue terus harus apa dong? Orang jawabannya iya. Dan nganggukkan sebagai isyarat iya!".

"yee... elo nya sih jawab pake isyarat kaya gitu. Kaya orang cacat aja!".

"heh. Lo tuh kalo kesini Cuma mau ngomel-ngomel nggak jelas, mendingan sana deh pulang!". Usirku. Yaa, beginilah kita. Meskipun kita sering adu mulut tapi kita saling menyayangi. Selalu ada disaat dibutuhkan, baik senang maupun duka.

"ngusir nih ceritanya? Yaudah gue balik! Tadinya mah gue mau ajak lo dateng bareng!". Ucapnya beranjak dari kursi.

"ehh, apa lo bilang tadi? Mau bareng sama gue?". Cegahku dan menariknya kembali untuk duduk.

"iya!". Jawabnya singkat.

"emang lo nggak bareng sama calon lo?". Tanyaku memastikan.

"dia nggak bisa nemenin gue. Soalnya ada kerjaan gitu katanya".

"asyiik... kita dateng bareng yaa!". Girangku sambil memeluknya.

"dengan gue ngajak lo dateng bareng aja. Udah bikin lo seneng gini!". Ucapnya memandangku sendu dan membalas pelukannku.

"ish, apaan sih lo jadi melow kaya gitu? Udah ah, kan gue mah emang selalu seneng kalo bareng sama lo mah!".

Obrolan kita pun berlanjut. Tak terasa obrolan ini membuatku tak sadar bahwa aku harus siap-siap kerumahnya gibran untuk memberinya les privat. Dan untung saja setrikaanku telah beres. Rina pun pulang ke rumah susunnya.

***

typo berhamburan !!! WASPADALAH :

Semoga ada yang baca.

Vommentya yaa kawan. Thanks

RadistyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang