3. Rumah Irwin's

25 6 3
                                    

Ketika aku sedang bersiap-siap berangkat ke rumah Gibran -atau tepatnya rumah keluarga Irwins -untuk memberikan privat kepadanya. Tiba-tiba terdengar bunyi lagu Terima Kasih Guruku yang bersumber dari handphoneku. Saatku lihat ternyata Tante Santi yang menelvon. Tumben beliau menelvon kira-kira terjadi sesuatukah? Ntahlah, lebih baik aku mengangkatnya daripada berfikiran yang tidak jelas.
"Assalamualaikum, Tante". Ucapku menyapa.
"Walaikumsalam, Nak Disty". Sahut Tante Santi dengan suara terdengar merdu di usia paruh bayanya. "maaf Nak Disty Tante mengganggu waktu kamu, Nak".
"oh, nggak kok Tan. Ini aku lagi siap-siap mau ke rumah Tante buat privatin Gibran".
"syukurlah, dan kebetulan sekali Nak. Tante mau minta tolong. Apa boleh?"
"tentu boleh Tante. Tante kaya sama siapa aja, kalo Disty bisa pasti aku bantu meski Tante tak memintanya. Hehe".
"kamu bisa aja Nak. Gini Tante kan lagi di luar Negeri menjenguk dan untuk menjaga anak Tante satu-satunya, karena kondisinya sangat memprihatinkan. Tante takut Ty...". Tante Santi sedikit menjeda ucapannya. Yang kutahu dari nada suaranya yang terdengar sedikit parau sepertinya beliau mungkin sedang mengingat mendiang Almarhum anaknya yang telah meninggal -orang tua Gibran-. "dia mengalami kecelakaan. Sebenarnya dia kecelakaan sekitar satu bulan yang lalu. Namun Tante baru bisa sekarang menjenguknya. Kamu tahukan Tante dan Om akhir-akhir ini sedikit sibuk?". Tanyanya memastikanku apakah aku mengetahui kegiatan mereka. Memang akhir-akhir ini yang kutahu mereka sedang sibuk. Dan aku dengan polosnya menganggukkan kepala menjawab pertanyaannya yang tak mungkin bisa beliau lihat.

"Disty... Tante...". Tante Santi berucap kembali namun jeda itu terdengar kembali dan kali ini Tante Santi sepertinya sudah meneteskan air matanya.
Ternyata dibalik sifat keibuan dan keceriaan yang selalu beliau perlihatkan tetap saja beliau mempunyai sifat rapuh. -tentu karena manusia tiada yang sempurna.

"Tante yang sabar. Tante kuat. Kuat untuk mereka yang Tante sayangi dan terutama untuk diri Tante sendiri. Percaya dan mintalah kepada sang Pencipta, insyaAllah semuanya akan baik-baik saja!". Aku mencoba menenangkan Tante Santi.

"Oh, pintar sekali kamu Ty menasehati dan menyemangati orang lain, sedangkan untuk dirimu sendiri tidak bisa". Dewi batinku mengeluh. Aku hanya tidak bisa melihat orang disekitarku terpuruk dalam kesedihannya. Cukup aku saja yang merasakannya. Dan jika aku mampu, sebisa mungkin aku akan membuat orang-orang disekitarku selalu tersenyum dan merasakan kebahagiaan yang telah sang Pencipta takdirkan.

"kamu benar Nak Disty, kamu anak baik. Makasih yaa sayang!". Terdengar sekali suara Tante Santi yang mulai sedikit ceria hanya karena ucapan bijakku tadi.
Semoga aku bisa Ya Allah menjalani semuanya bersama mereka, dan berikanlah kemudahan dan kebahagiaan untuk mereka yang menyayangiku. Batinku memohon.

"yaa, Tante. Disty akan selalu usahakan untuk selalu berada di samping keluarga Tante. Karena kalian yang Disty punya disini".
"oh, sayaaang. Tante dan Om juga sayang kamu. Malah kita sudah menganggapmu sebagai anak kita sendiri".

"ya Allah... apa benar Tante? Aku seneng dengernya. Makasih yaa Tan". Aku benar-benar terharu mendengar ucapan Tante Santi. Aku tersenyum, karena memang mereka juga sudah aku anggap sebagai keluargaku sendiri.

"yaa sayang. Oh iyaa sebenernya Tante sekarang masih di luar negeri. Tepatnya di rumah sakit singapura. Jadi gini sayang, tadi pengasuh Gibran nelvon Tante. Katanya Gibran, nggak mau makan karena dia mengeluh kesepian. Kalo kamu tidak keberatan kamu tinggal yaa di rumah tante selama beberapa hari kedepan sampai kami pulang yaa Nak, dan jika Gibran masih rewel kamu nggak usah ngasih dia privat".

"oke Tan, kalo begitu aku akan menginap di rumah Tante menemani Gibran!". Jawabku cepat tanpa malu dan menolaknya. Karena sungguh aku merasa miris mendengar ucapan Tante Santi yang mengatakan bahwa Gibran merasa kesepian. Aku tak mau melihat anak sekecil dia merasakan apa yang aku rasakan selama ini. Bahkan sepertinya Gibran merasakan sesepian melebihi diriku -karena ia telah kehilangan orang tuanya dari bayi merah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RadistyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang