Diego menatap Asia kebingungan. Wanitanya itu tiba-tiba saja tertawa keras dan bertepuk tangan riuh sambil melangkah ringan memutari tubuh Diego yang membeku tidak mengerti dengan apa yang terjadi.
"Apa kamu pikir aku akan jatuh kedalam omong kosong mu itu? Cukup sekali aku menjadi wanita bodoh yang termakan gombalan palsumu itu! Aku akan tetap meminta perceraian, dan kamu tau? Aku akan mendapatkannya!" Ujar Asia penuh keyakinan. Hampir saja ia luruh pada cerita penuh haru Diego, tapi beruntung otaknya ini bekerja dengan cepat untuk memblok semua kisah palsu itu.
"Setuju atau tidak, aku akan tetap mengajukan gugatan cerai itu." Asia kembali mengingatkan Diego sebelum ia meninggalkan ruang tengah dan berjalan menuju ke Kamar Tamu yang sejak seminggu lalu menjadi singgah sananya.
Setelah menutup pintu kamar rapat, Asia menyandarkan punggunya pada pintu. Ya... Ia telah berhasil melangkah. Jangan sampai ucapan pria itu masuk ke dalam hatinya dan membuatnya meragukan keputusannya semula. Tidak... Asia tidak akan membiarkannya...
Tok... Tok... Tok..
"Mau apa lagi sih?" Bentak Asia kasar saat membuka pintu kamarnya.
Tapi yang Asia lihat justru bukanlah sosok Diego, melainkan Diaz yang tampak menatapnya ketakutan akibat bentakan kasarnya tadi.
"Mamah sudah pulang?" Tanya Anak laki-laki itu pelan. Ia hanya menunduk ragu, tak berani menatap mata Asia yang menampakan amarah.
Sedangkan Asia jadi sedikit merasa bersalah. Diaz tidak bersalah dalam hal ini tapi ia terpaksa mendapatkan perasaan benci Asia karna kelakuan Ayahnya yang tidak tau malu itu, "Ya Mamah sudah pulang." Ujarnya menjawab pertanyaan Diaz tadi.
Mata Asia melirik ke arah belakang punggung Diaz. Lampu Ruang Tengah sudah dipadamkan, dan Kenapa anak ini belum juga tertidur? , "Kenapa tidak tertidur?"
Diaz mengucek matanya dan mulai memberanikan diri untuk membalas tatapan Asia, "Aku terbangun karna Ayah tidak ada di sisiku."
Diego tidak ada? Pergi kemana dia?
"Apa aku boleh tidur bersama Mamah? Aku takut..."
Suara petir yang bersambar membuat tubuh Diaz melompat mendekati kaki Asia dan memeluknya.
"Astaga... Kenapa ini harus terjadi padaku?" Keluh Asia pada dirinya. Ia ingin melepaskan diri dari Diego, tapi kini ia justru terjebak bersama Mini Diego. Dosa apa yang ia lakukan di masa lalu hingga ia dihukum seperti ini Tuhan...
Ingin rasanya Asia menolak permintaan Diaz dan mengusirnya kasar, "Pergilah! Aku bukan Ibumu!" Tapi lagi-lagi pergolakan hatinya itu menolak sikapnya. Bagaimanapun juga ia adalah calon Ibu, dan Ia tidak ingin kelak anaknua mendapatkan karma atas hal yang ia lakukan. "Masuklah..."
Diaz kini dapat tersenyum dan bersama dengan Asia mereka berdua naik ke atas tempat tidur.
"Apa hari Mamah menyenangkan?"
Asia menatap ke arah langit-langit kamarnya. Apa harinya menyenangkan? Ulangnya dalam hati. Ah... Entahlah ia sekarang bahkan sudah lupa dengan perasaan itu.
"Bagaimana dengan harimu?" Asia balik bertanya pada Diaz karna ia belum mendapatkan jawaban untuk pertanyaan itu.
Diaz mengangkat jempolnya ke langit dengan tinggi? "Eum! Aku dan Ayah memasak sarapan bersama. Meskipun rasanya aneh... Tapi itu menyenangkan." Ceritanya riang.
Asia mengelus lembut rambut Diaz. Ah... Seandainya nanti Baby Dino dapat menghabiskan waktu menyenangkan seperti itu bersama Ayahnya...
"Apa kamu menyayangi Ayahmu?" Tanya Asia iseng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Ex Husband
Chick-LitPadma Asia Ardento. 27. Chef. "Apa kamu masih mencintainya?" Asia terpaku mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Mbak Manda, seorang konsultan pernikahan. Ini bukan pertama kalinya ia ditanya seperti itu. Dan ini juga bukan pertama kalinya...