Lilia melangkah menaiki anak tangga di kediaman rumahnya yang menuju kamar anak gadisnya yang terletak di atap rumah. Ia membuka pintu kamar tersebut, didapati anak gadisnya masih tertidur lelap pada tempat tidur ukuran single-size dengan nuansa hijau muda.
Ia menuju anak gadisnya, lalu duduk di sisi tempat tidurnya.
"Bangun nak," bisik Lilia tepat pada telinga, lalu mengecup kening dan menyentuh lembut pipi anaknya.
***
Pintu kamar May terbuka, dan sebuah langkah kaki menuju tempat tidurnya. Kecupan dan sentuhan lembut pada pipinya membuat May tersadar dari tidur lelapnya. Ia membuka perlahan kedua matanya, mendapati ibunya sedang duduk di sebelah May yang sedang memerhatikannya dari tadi.
"Ibu... kan udah May bilang nggak usah bangunin, May udah set weker."
"Nggak apa nak, ibu cuma khawatir."
May bangun dari posisi tidurnya, ia duduk bersila, lalu menggenggam erat kedua tangan ibunya.
"Kan May juga udah pernah bilang, ibu nggak usah khawatir, May nggak mau ngeropoti ibu."
Lilia balik menggenggam erat tangan anak gadisnya.
"Tapi-"
"Nggak ada tapi-tapian bu, May tak mau ibu terus-terusan khawatir."
"Baiklah, terserah kamu gadis kecilku," sambil mencubit hidung May. "Bersiaplah untuk sekolah, ibu akan kebawah membuatkanmu sarapan."
May menatap punggung Ibunya yang menjauh meninggalkan kamarnya, setetes air mata jatuh mengalir di pipi, semakin deras. Tapi, May sadar ia tak pantas untuk menangis, jadi ia mengusap air matanya lalu bangkit dari tempat tidurnya.
May menuju kamar mandi yang berada di kamarnya, setelah mandi ia mengenakan baju seragam abu-abu, lalu mempersiapkan perlengkapan sekolah ke dalam tas. Ia berkaca pada cermin, menatap pantulan bayangan dirinya, tak ada yang berubah pada tampilan luar May.
Tiba-tiba, hidung May mencium wangi harum dari sarapan yang ibu buat. Ia langsung bergegas turun dari kamarnya menuju ruang makan.
Lilia terlihat sedang sibuk memasak di dapur yang hanya bersebelahan dengan ruang makan, tangannya sangat cekatan dalam memasak, walau yang ia masak hanya nasi goreng. Wangi harum yang diciptakan masakannya selalu menggugah hati sang penikmat, seperti May yang sudah tidak sabar menyantapnya.
"Apa yang sedang ibu buat?" meletakkan tas di atas kursi.
"Ibu sedang membuatkan nasi goreng untukmu."
"Sepertinya enak! May sudah tak sabar untuk menyantap masakkan ibu, bagi May ibu adalah masterchef yang tidak ada tandingannya," May menyimpulkan senyum untuk ibu yang sedang menoleh ke arahnya.
Lilia hanya balik tersenyum.
Sarapan sudah selesai dibuat oleh Lilia, dan siap untuk dihidangkan. May terlihat sibuk dengan ponsel-nya, ia sedang mengirim pesan ke sahabatnya untuk pergi bareng ke sekolah.
"Tada... sarapannya udah siap untuk disantap," sambil menaruh sepiring nasi goreng dihadapan May.
"Oh, kau sedikit mengejutkanku bu, well, terima kasih," May langsung menyantap sarapannya. "Nasi goreng ini enak sekali bu!" komentar May.
"Ya, iyalah, ibu kan koki terhebat," lalu ia tertawa kecil. "Cepat habiskan sarapanmu, dan apa kau ingin ibu antar hari ini?"
"Tak perlu repot bu, Rin akan menjemputku seperti biasa."
"Sama saja, kau lebih merepotkan Rin, May."
"Rin bilang dia tak pernah keberatan."
"Mungkin saja dia bilang begitu agar tak menyakiti hatimu, kau tidak bisa membaca jalan pikiran dia, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause It's You
RomanceSaat May menyentuh tangan March, May merasakan hangat mengalir ke sekujur tubuhnya. Jantungnya berdebar sangat kencang, nafasnya menjadi tak teratur. May cepat-cepat melepaskan jabatannya dari March. March terpesona untuk kedua kalinya kepada sosok...