Chapter 9

20.4K 1.2K 5
                                    

"..dan pasangan kedua adalah Vino Chwe Robert dengan Arum Sekarsari." Oh pastilah Kak Vino, diakan sangat ahli sekali. Dan pasangannya Aru-

ARUM?!?!? AKU BERPASANGAN DENGAN KAK VINO?!?! Segera kualihkan pandanganku ke Kak Vino. Dia sedang memandangku dengan mata tajamnya itu.

Ya Tuhan!! Jagalah kesehatan jantungku!!

****
Arum POV

"Untuk temanya, Ibu yang tentukan. Karena sekarang dunia K-Pop sedang booming, maka temanya adalah K-Pop..." Bu Mirna menjeda omongannya sebentar, lalu ia segera melanjutkan ucapannya, karena Kak Vino berusaha akan memprotes, "....tidak ada yang protes! Tema ini sudah final!" Kak Vino langsung mengurungkan niatannya untuk protes.

"Kania?"panggil Bu Mirna.

"Ya,Bu?"

"Tolong kamu beritahu Dylan tentang ini."

"Baik,Bu." Kak Kania menuruti ucapan Bu Mirna dengan bersemangat. Sepertinya Kak Kania bersemangat sekali berpasangan dengan Kak Dylan. Hmm... patut dicurigai!

"Nah, untuk Viona dan Ronald, tolong bimbing Dylan,Kania,Arum,dan juga Vino mempersiapkan penampilan untuk pensi nanti."

"Baik,Bu."ucap Kak Viona dan Kak Ronald berbarengan.

"Kalo begitu, silahkan lanjutkan latihan kalian."

"Baik,Bu."ucap kami berbarengan. Bu Mirna pun meninggalkan ruangan ini.

"Untuk kalian yang mewakili pensi..."Kak Ronald memandang kami bertiga-minus Kak Dylan tentunya- "....kita bahas detail-detailnya besok." Kami bertiga menganggukan kepala berbarengan.

"Ayo, kita lanjutkan latihan kita." Kamipun melanjutkan gerakan yang tadi tertunda.

****

"Aku pulang!!!" Teriakku setelah memasuki rumah.

"Wa'alaikumsalam."ucap suara berat. Oh ternyata itu Papa, seketika aku meringis karena lupa mengucap salam.

"Assalamu'alaikum."salamku kepada Papa, dengan mencium tangan dan pipinya.

"Wa'alaikumsalam. Kok telat pulangnya,Rum?"tanya Papa.

"Hehe tadi ekskul dulu,Pa." Papa hanya menganggukan kepalanya tanda mengerti. "Mama mana,Pa?"

"Ada di ruang keluarga, sedang nonton tv."

"Ayo,Pa! Kita ke Mama yuk?" Segera kutarik tangan Papa menuju ruang keluarga. Terlihat Mama sedang serius menonton televisi sambil tertawa. "Pa,kita kagetin Mama yuk?" Ide jahilku tiba-tiba muncul.

"Ayo! Sudah lama Papa tidak menjahili Mamamu." Ah..Papaku bisa jahil juga ternyata. Hahaha...

Kamipun mengendap-ngendap, menghampiri Mama yang sedang tertawa melihat acara televisi. "1..." bisikku kepada Papa.

"...2" bisik Papa juga kepadaku.

"3!"kuanggukan kepalaku,pertanda kita harus teriak mengagetkan Mama.

"DORRR!!!"

"Aaaaa!"teriak Mama karena kaget dengan suaraku dan juga Papa.

"Hahahaha.,"seketika tawaku dan Papa pecah.

"Kalian berani-beraninya ya ngagetin Mama!" Mama bangkit menghampiri kami dan langsung menjewer telinga kami berdua.

"Aw! Aw! Ampun,Ma!"teriakku karena kesakitan dijewer Mama.

"Biarin! Biar tahu rasa kalian! Ini juga tua-tua! Udah tua,jahil lagi! Gak ingat umur kamu!"kesal Mama kepadaku dan juga Papa.

"Gapapalah sekali-sekali,Ma."ucap Papa sambil meringis kesakitan.

3 Boys and My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang