Prolog

591 75 8
                                    

"Bisa ceritakan soal dirimu?"

"Ceritakan? Seperti apa?"

"Kita mulai dari namamu, nama lengkapmu."

"Namaku?"

"Ya, namamu."

"Andreas, namaku Andreas."

"Hanya Andreas? Tidak ada nama keluarga?"

"Andreas Evander."

"Bisa ceritakan soal kehidupanmu?"

Andreas tidak berkata-kata, ia hanya menatap sang psikiater sambil melontarkan sebuah senyuman. Melihat senyuman tersebut, sang Psikiater mengurungkan niatnya untuk bertanya.

"Baiklah Andreas, bisakah kau mendeskripsikan dirimu dalam satu kata?"

"Ambisius."

"Ambisius? Kenapa?" Sang Psikiater mengangkat alisnya heran.

"Aku tidak akan membiarkan apapun menghalangiku dari kebahagiaanku."

"Boleh ceritakan soal kebahagiaanmu?"

"Livia."

"Livia? Nama siapa itu? Kekasihmu?"

"Bukan."

"Lalu?"

"Tunanganku."

"Begitu... Sudah berapa lama kalian bersama?"

"Enam tahun."

"Selama enam tahun itu, apa yang kau rasakan?"

"Kebahagiaan, kenyamaman, kedamaian, segala sesuatu yang indah."

"Kau merasa damai dan nyaman bersama Livia?"

"Iya, sangat nyaman."

"Apakah perasaan yang kau rasakan ketika bersama Livia, masih kau rasakan hingga saat ini?"

"Tidak."

"Lalu, apa yang kau rasakan saat ini?"

"Tidak ada."

"Maksudmu?"

"Aku tidak merasakan apa-apa saat ini."

"Tidak merasakan apa-apa?"

"Iya."

"Jadi kau tidak merasa sedih, senang, atau apapun?"

"Benar."

"Tapi ketika kau bersama Livia, kau bisa merasakannya?"

"Kurang lebih begitu."

Rasa gugup dan takut tampak jelas di mata psikiater itu, namun ia berusaha bersikap profesional dan mengenyahkan perasaan tersebut.

"Kalau boleh bertanya, apakah perasaan nyaman dan damai tersebut kau rasakan bersama orang lain?"

"Tidak."

"Bahkan ayah dan ibumu sekalipun?"

"Ya."

Keringat mulai membasahi dahi sang psikiater, ia mempunyai firasat buruk soal kliennya kali ini.

"Baiklah, Tuan Andreas. Kurasa pertemuan kita sudah selesai, datanglah minggu depan agar aku dapat melihat perkembanganmu."

Andreas memberikan tatapan tajam kepada psikiater sebelum ia meninggalkan ruangan terapi, dilanjutkan dengan senyuman dan sepatah kata yang bakal membekas di benak pendengarnya.

"Terimakasih," Andreas menutup pintu, meninggalkan psikiater dalam kondisi kebingungan dan ketakutan. "Sampai berjumpa lagi."

××××××××××

A.N = Halo semuanya! Berhubung pesanan Coverku sudah tiba, jadi aku memutuskan untuk mempublish ceritaku sekarang. Kali ini sedikit berbeda dengan biasanya, aku akan membuat cerita dengan genre dark-romance. Kalau kalian suka cerita ini, vote dan commentnya sangat diapresiasi!

Terimakasih!

Regards, Daniel.

LunaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang