Waktu di alam semesta serasa berhenti mengalir untuk mereka berdua. Pandangan mereka bertemu di bawah cahaya mentari senja, jari jemari mereka bersentuhan lembut satu sama lain.
Pemandangan di pantai itu kalah indah dengan apa yang dirasakan oleh Andreas saat ini, sebuah cinta tulus yang ia rasakan pertama kali dalam hidupnya.
"Livia," Andreas berucap pelan, hampir berbisik.
Wanita itu mengangkat kepalanya yang sejak tadi bersandar di pundak Andreas. Ia tampak amat sempurna di mata Andreas, tiada wanita di dunia ini yang bisa menandinginya.
"Ada apa, Van?" Tanya Livia lembut, rambut hitamnya diikat ekor kuda.
"Kalau seandainya aku tidak seperti pria yang lain, kamu akan tetap mencintaiku, kan?"
Livia terdiam sejenak, kemudian menggelengkan kepalanya pelan.
"Kamu ini bicara apa sih? Tentu saja, Van. Kamu kan pacarku!" Ujarnya cepat, dengan nada bahagia.
"Kalau begitu, coba kamu berdiri sebentar, deh."
Livia yang sedikit kebingungan itu menuruti permintaan Andreas untuk berdiri, namun tatapannya menampakkan kecurigaan.
"Ada apa sih, Van?"
Andreas menggenggam kedua tangan Livia dengan erat, ia menujukan pandangannya hanya ke Livia, tidak kepada hal lain.
"Livia," ucap Andreas perlahan.
"Iya?"
Andreas kemudian berlutut, masih menggenggam erat tangan Livia.
Melihat kekasihnya melakukan hal itu, Livia mulai salah tingkah dan tersipu malu. Wajahnya mulai memerah akibat kuantitas darah yang dipompa ke otaknya bertambah agar ia dapat berpikir secara rasional.
"Kita sudah bersama selama lima tahun, kurasa sudah saatnya aku mengatakan sesuatu untukmu." Andreas merogoh saku celana kargo pendeknya, mengambil kotak kecil berwarna merah.
"Olivia Gabriella Wijaya, Will you marry me?"
Andreas membuka kotak merah itu perlahan sembari mulutnya mengucapkan kata-kata ajaib tersebut.
Lima tahun bukanlah waktu yang singkat. Banyak kenangan yang mereka bagi berdua, suka dan duka, senang maupun sulit. Terutama mengingat kalau Olivia adalah cinta pertama Andreas, hal itu menambah rasa cinta Andreas puluhan kali lipat.
That feeling is mutual.
Perasaan yang sama juga dirasakan di sisi Olivia. Meski tidak menjadi yang pertama, Olivia menginginkan Andreas untuk menjadi yang terakhir. Ia sudah berkali-kali disakiti oleh laki-laki yang dicintainya, namun tidak dengan Andreas. Ia merasa ... bahagia, merasa nyaman, merasa lebih percaya diri.
Pertemuan mereka dimulai ketika Olivia tak sengaja menumpahkan sup ayam pesanan Andreas di restoran tempatnya bekerja. Sejak saat itu, mereka selalu mengobrol lewat social media, setiap hari tanpa putus.
Setelah satu tahun bercakap-cakap di dunia maya, Andreas memutuskan untuk bertemu dengan Olivia untuk yang kedua kalinya sejak kejadian di restoran.
Begitu pandangan mereka bertemu, mereka berdua yakin kalau pilihan mereka tepat.
Mereka berbagi kenangan, rahasia, kebahagiaan, kesedihan, penderitaan, semuanya mereka tanggung bersama.
Sulit membayangkan Olivia tanpa Andreas, begitu juga sebaliknya. Dengan persetujuan kedua orang tuanya, Andreas memutuskan untuk membawa hubungan mereka ke tingkatan yang lebih tinggi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lunatic
RomanceCinta adalah perasaan yang kompleks. Orang yang berakal sehat sekalipun terkadang dapat kehilangan akalnya karena Cinta. Bayangkan apa yang akan terjadi apabila seseorang yang tidak waras jatuh cinta. [Published on November 14th 2015 by dan_nakamura]