2 [Confused]

31 6 4
                                    

[Alice POV]
A-Aku  hanya..." Ucapku terbata-bata dan itu pun tidak membuat sebuah kalimat.
"Hei, apa yang kalian lakukan ? Cepat pulang, sekolah sudah mau ditutup !" Kata Pak Satpam yang menjaga sekolah tiba tiba membuka pintu.
"Tch, ayo pulang !" Kata Niall. "T-tapi aku dijemput."kataku. "Do I care ? Sudah cepat kau pulang denganku!" kata Niall sedikit geram. "T-Tapi kan.."
"Ugh." Niall menarik paksa tanganku dan membawaku menuju parkiran sekolah. Dia mengeluarkan kunci motornya dan duduk diatas motor itu.

"Ayo cepat naik." Ucap Niall mengarahkanku dengan kepalanya untuk naik dibelakangnya. Aku tidak berkata apa apa dan langsung naik dibelakangnya.

"Pegangan yang erat." Ucapnya sembari mengeluarkan seringaiannya. "Ha— Waaaa!" Belum sempat aku berbicara, ia sudah menjalankan motor dengan kecepatan penuh. Dan saking bodohnya, aku berteriak dengan kencang dan dengan spontan memeluknya erat agar tidak jatuh.

Nyaman, entah kenapa aku merasakan itu. Daun daun layu yang tersapu karena angin dari motornya, suara gemercik sungai yang mengalir, dan suara orang orang berbicara, membuatku semakin tak ingin pulang dan terus menaiki sepeda motor ini bersamanya.

Eh?

Tunggu, tadi aku memikirkan apa? Ah, tidak, semua orang yang bermata biru itu memang bisa membuatku terkagum kagum sampai membuatku nyaman, bukan? Ya! Ini bukan yang namanya cinta pada pandangan pertama, aku yakin itu!

"Oi, rumahmu dimana?" Ucapan Niall membuatku tersadar dari lamunanku. "Ha? Kau bilang apa? Aku tak bisa mendengarnya!" Teriakku agar ucapanku bisa terdengar olehnya. "Tch, aku akan membawamu sesukaku kalau begitu." Ujarnya yang samar samar aku dengar. Aku hanya menuruti kalimat itu, dan menikmati angin yang seperti alunan musik di telingaku.

•••

"Dimana ini?" Ucapku bingung mendapati berhenti disebuah rumah yang aku tahu itu bukan rumahku. Rumah itu bercat putih kusam dengan pagar hitam yang sudah beberapa catnya terkelupas. "Ini? Ini rumahku." Ucap Niall mengeluarkan kunci rumahnya dan membukanya. Aku pun ikut memasukinya,

"Waah.." Kalimat itu adalah kalimat pertama kali yang aku ucapkan saat masuk ke rumahnya. Di dalamnya indah sekali, ia seperti orang yang sangat kaya, tetapi sayangnya luar rumahnya saja yang tak ia rawat. "Kau.. Tinggal sendiri?" Tanyaku hati hati. "Yah, seperti yang kau lihat." Ucap Niall, dia pun pergi menuju kamarnya. "Eum.. Niall.. Aku harus apa?" Tanyaku bingung. "Hm.. Karena kau aku jadikan pembantu, buatkan aku teh saja."

"B-Baiklah.." Ucapku pergi ke dapurnya. Aku mengambil sebuah cangkir dan membuat tehnya.

Tempat yang sunyi, pikirku. Tapi kenapa ya dia tinggal sendiri? Ah itu tidak penting, sekarang yang penting aku harus membuat teh untuknya.

-

Aku membawa secangkir teh dan berjalan menuju kamarnya, mengetuknya terlebih dahulu bak pembantu, lalu membukanya. Aku melihatnya sedang menatap dirinya di cermin besar. Sedang apa dia berdiri di depan cermin dalam waktu yang lama ? "Ekhm" aku berdeham untuk mengalihkan perhatiannya.

[Niall POV]

Aku mendengar suara perempuan berdeham. Saat ku tengokkan kepalaku, aku melihat Allice sedang berdiri di depan pintu kamarku dengan membawa secangkir teh hangat. Tubuhku menegang, apakah dia melihatku ? "Hei, siapa yang menyuruhmu masuk? Ketuk pintu dulu sebelum masuk kamar orang ! Tidak sopan tahu !" Omelku jengkel. "Hei, aku sudah mengetuk pintu tadi. Kau saja yang terlalu asik bercermin huh."ucap Allice.

"Sudahlah, berikan tehnya padaku!" Aku berjalan dan mengambil teh itu.

Agh...

Lagi lagi, bibir itu.. Mengingatkanku padanya..

[Author POV]

Tanpa sadar, Niall bergerak maju dan menjatuhkan teh yang dibuat Allice, sekarang ia berhadapan dengan Alice. "K-Kenapa kau?" Tanya Alice dia berjalan mundur.

Braak!

Niall menutup pintu kamarnya dengan keras. Alice mulai gugup, "H-Hoi!" Alice tetap berjalan mundur, dan Niall tetap berjalan maju sampai Alice terpojok. Niall menarik Alice sampai ia terjatuh di kasur Niall. Niall menindih Alice, "N-Niall!" Alice berteriak kencang, meronta ronta dan takut kepada Niall sekarang. Ia dapat melihat dengan jelas mata biru Niall yang cerah seperti warna laut. Alice merasakan nafas Niall menyapu permukaanya. Saat jarak wajah hanya sekitar 7 sentimeter..

Plaak!!

Alice menamparnya dengan kuat sambil matanya yang memerah ingin menangis. "Bodoh! Apa yang kau lakukan!" Alice mendorong Niall dan langsung pergi keluar kamarnya.

"Ck." Ucap Niall berdecak kesal dan menutup mukanya. "Apa yang kulakukan.." Gumamnya pelan

•••

[Alice POV]

Aku mengusap air mataku berulang kali sambil berlari sejauh mungkin. Apa sih yang ia mau? Kenapa ia mengusikku!? Aku.. Merasa dipermalukan!

Aku terus berlari sampai menemukan danau yang cukup sepi, aku berjalan ke danau itu dan duduk di rerumputan. Aku sudah tidak tahu harus apa, itu adalah kejadian paling malu seumur hidupku. Aku tidak tahu jalan pulang. Bahkan aku meninggalkan tasku di rumahnya, ck! Aku akan membeli tas baru saja. Lalu tiba tiba aku mendengar suara motor seseorang dibelakangku. Aku berbalik ke belakang, siapa itu?

"Hey, kau Alice Mint?" Tanya orang itu. "K-Kau tahu namaku dari mana?" Dengan cepat aku menghapus air mata yang masih bercucuran di pipiku. "Haha, pasti Niall melakukan sesuatu ya? Oh, aku dari geng Hazelnut Ø, Shawn Mendes. Kau bisa memanggilku Shawn." Ucap Shawn berdiri di sampingku. "Mau apa kau?" Tanyaku memalingkan muka untuk di berhadapan dengannya. "Aku.."

"—Akan membawamu ke sesuatu tempat." Ucapnya yang tiba tiba menarik tanganku. Dia menaiki motornya dan memasukkan kunci motornya. "A-Apa sih yang kau mau!?" Aku berteriak, karena aku takut, takut sekali ia akan melakukan hal yang sama seperti Niall. "Sudahlah, tak usah takut, nanti aku akan mengantarmu pulang." Ucap Shawn tersenyum hangat, sangat menyakinkan. Aku pun menaiki motornya. Dan dia pun melaju dengan motornya

•••

"I-Ini bukan rumahku!" Ucapku kaget karena kami berhenti di depan gedung kosong, bukan rumahku. Oh ya, aku lupa kalau ia belum tahu alamatku. Ck.

"Tenang saja, ini hanya sebentar." Ucapnya menaikkan satu sisi bibirnya dan membawaku masuk. Disana terpakir 3 motor, ditambah Shawn menjadi 4. Aku melihat 2 orang yang tidak aku kenal, tapi ada 1 orang yang aku kenal sedang duduk disana, Nash Grier.

"Woaah, ternyata ini benar terjadi?" Tiba tiba orang disebelah kanan Nash berbicara. Aku menautkan kedua alisku. "Tidak tahu aku? Aku Matthew Espinosa." Ucapnya memperkenalkan diri sambil tersenyum. "Ssh, sudahlah Matthew. Aku akan membuat perjanjian dengannya." Ucap Nash yang tersenyum nakal. "A-Apa?" Tanyaku yang entah takut atau gugup melihat seringaiannya dan mata birunya.

"Kau.. Dipermalukan Niall bukan?" Tanya Nash sembari memegang sebotol sprite di tangannya. "B-Bagaimana—" "Aku bisa memprediksi itu." Ucap Nash tertawa kecil. "Jadi.. Apa kau membencinya sekarang? Bukankah kau ingin membuatnya malu juga?" Tanya Nash yang benar benar membuatku kaget.

"Me-Memang kau tahu caranya, huh?" Tanyaku melipat tanganku di depan dadaku. "Oh tentu saja. Kau tahu kenapa dia ingin menjadikanmu pembantu saat pertama kali bertemu? Itu karena.. Ah sudahlah, pokoknya, jika kau ingin membuatnya sengsara, berhentilah jadi pembantunya, dan jadi pembantuku saja." Ucap Nash yang memberiku kesepakatan.

"Hah? Tunggu, aku dimata kalian ini pembantu ya? Cih!" Ucapku kesal. "Tidak, tapi ini satu satunya cara agar itu berhasil."

"Apakah kau mau jadi pembantuku dan berhenti menjadi pembantunya? Kau ingin membuatnya sengsara kan?"

                  -To Be Continue-
_____________________
Untuk chapter selanjutnya aku baru bikin setengah :v jadi tunggu aja ya. Dont forget untuk vomments, tolong ya hehe~~

Apakah Alice akan menerima ajakan Nash? Sebenarnya apa sih masa lalu kelam antara Nash dan Niall?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 27, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Stuck Between The BluesWhere stories live. Discover now