Akhir-akhir ini berita menyeramkan merebak di lingkungan sekita rumahku. Sudah 8 mayat gadis remaja ditemukan dengan keadaan mengenaskan ditempat yang berbeda. Semua mayat itu mempunyai persamaan, yaitu luka gigitan yang ditemukan pada leher mereka. Banyak warga mengira ini adalah perbuatan seseorang yang sedang menganut ilmu hitam dan mencari gadis remaja untuk dijadikan tumbal. Berita ini membuat banyak orang takut untuk keluar malam dan lebih memilih untuk berada didalam rumah.
Sejak beberapa hari lalu aku memperhatikannya. Seorang pria dengan postur tubuh tinggi yang sedang mengamati rumah ku setiap malam. Sudah tiga hari berturut-turut dia datang ke rumah ku, entah apa yang sebenarnya yang dia cari.
Malam yang gelap dengan cahaya bulan yang menyinari pandangan. Dinginnya udara malam terasa menusuk tulangku. Suara jangkrik saling bersahutan dan terdengar seakan memecah kesunyian malam. Di tengah kesunyian malam aku berjalan menyusuri jalan yang gelap untuk menuju rumahku. Namun betapa terkejutnya aku. Lagi-lagi ku lihat pria itu sedang berdiri sambil mengamati rumah ku. Dengan perasaan jengkel, aku pun segera menghampirinya.
“Maaf, sepertinya kalau aku lihat kau selalu datang ke rumah ku. Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan disini?” tanyaku dengan sangat jengkel. Dia hanya menatapku lalu berpaling kembali. Sekilas, dapat kulihat warna matanya yang cokelat tua dan betapa dinginnya tatapan matanya.
“Maaf ya, apa kau tidak bisa menjawab pertanyaan ku tadi?” anyaku semakin jengkel. Dia menatap kulagi.
“Aku sedang mencari orang. Apa aku salah?” dia balik bertanya sambil mengangkat sebelah alisnya.
“Siapa yang kau cari di rumahku?” tanya ku lagi.
“Oh jadi ini rumah mu?” tanyanya pada ku.
“Iya.” Jawab ku singkat.
“Lalu dimana rumah keluarga Steve?” tanya pria itu lagi.
“Steve?” kata ku bingung. “Sepertinya kau salah tempat. Atau mungkin Steve itu adalah penghuni rumah ini sebelum aku.” Jawab ku.
“Benarkah?” pria itu nampak bingung. “Kalau begitu ya sudah, aku pergi dulu.” Katanya dengan cuek lalu pergi meninggalkanku. Aku heran padanya. Jujur saja, selama aku hidup, baru kali ini aku bertemu dengan seseorang dengan sikap yang sangat dingin. Meski merasa sangat jengkel, tapi aku berusaha melupakannya dan segera masuk ke dalam rumah.
Hari ini cuaca terlihat mendung. Gumpalan awan terlihat menutupi matahari. Aku terus memikirkan pria yang tadi malam. Bahkan aku tidak bisa berkonsentrasi kepada pelajaran yang di berikan guru di sekolah.
Seperti malam sebelumnya. Malam ini, pria itu kembali muncul di depan rumah ku. padahal aku sudah mengatakan padanya kalau keluarga Steve tidak tinggal disini lagi, tapi kenapa dia masih datang juga?
“Kenapa kau datang ke sini lagi? Bukankah aku sudah bilang kalau keluarga Steve sudah tidak tinggal disini lagi?” tanyaku ketus.
“Aku hanya ingin bertemu dengan mu.” Jawabnya santai.
“Aku?” aku bingung. Padahal kemarin dia terlihat begitu cuek padaku. Tapi kenapa sekarang dia malah ingin bertemu dengan ku?
“Ya.” Kata pria itu sembari mendekati ku. “Namaku Zen.” Sambungnya sambil mengulurkan telapak tangannya.
“Zen? Aku rasa itu nama yang aneh.” Gurauku dalam hati sambil menahan tawa. “Aku Stevany. Kau bisa memanggilku Vany.” Jawabku sambil membalas uluran tangannya. Aku merasa kalau telapak tangan Zen sangat dingin. “Kenapa tangan mu sangat dingin?” tanyaku pada Zen.