Shiver 1

290 14 1
                                    

Serena berjalan tergesa-gesa menyebrangi jalan sambil mencari sesuatu di dalam tasnya. Dari arah berlawanan seorang pemuda asia berjalan perlahan sambil menatap langit. Mereka bertubrukan satu sama lain. Serena mengumamkan kata maaf dengan pelan dan kembali berjalan lagi tanpa memperdulikan laki-laki tersebut. Laki-laki itu menatap punggung Serena yang telah jauh, menatap rambut merah Serena yang berkibar mengikuti ritme langkahnya.

*

Serena sampai di gedung apartemennya dengan segera dia mencari kunci di tasnya yang sedari tadi dicarinya namun tidak ketemu. Dia mengoabrak-abrik tasnya tanpa ampun sambil mengumpat pelan. Dia mendesah pelan saat kuncinya tidak ada di tasnya. Dengan kening berkerut Serena mencoba mengingat-ingat di mana dia meletakkan kunci apartemennya. Kerut di dahinya semakin dalam dan dia mulai berjalan mondar-mandir di depan gedung apartemen itu. Tiba-tiba dari belakang bahunya dicolek dan dia menatap seorang laki-laki asia. Laki-laki itu tersenyum dan berkata "Maaf, hai". Serena menatap laki-laki itu dengan pandangan dingin. "Siapa kau?" tanya Serena dengan datar. Laki-laki itu terkejut dengan sikap Serena padanya namun dia tetap tersenyum dan menjawab "Oh maafkan aku harusnya aku memperkenalkan diriku lebih dulu. Namaku Peter. Peter Kim. Aku kemari ingin mengembalikan kunci yang kau jatuhkan tadi saat menabrakku". Wajah Serena yang awalnya dingin berubah perlahan "Lalu? Apa keperluanmu?" tanya Serena dengan datar. Laki-laki itu terkejut dengan sikap Serena yang tidak berubah. "Aku hanga ingin mengembalikan kunci milikmu yang terjatuh saat menabarkku tadi". Serena menatap kunci dengan gantungan menara eiffle di tangan lelaku itu, dengan cepat dia mengambil kunci tersebut "Terima kasih" kata Serena pelan dan membuka pintu apartemennya, meninggalkan laki-laki itu diluar apartememennya.

*

Jam telah menunjukkan pukul tengah malam namun Serena tidak dapat tidur sama sekali, dia berdiri dekat jendela sambil melihat orang-orang yang lalu lalang di jalanan kota New York. Pandanga matanya kosong, coklat panas yang sedari tadi ada di genggamannya mulai dingin tiba-tiba mata Serena melebar dan dia menjatuhkan gelas coklat panasnya.

*

Peter Kim memasuki gedung apartemennya. Apartemen sederhana di pinggiran kota New York. Kelelahan sudah menjalar di seluruh bagian tubuhnya Yang aku butuhkan sekarang adalah tidur 1000 tahun pikirnya sambil membuka pintu apartemennya. Peter menyalakan lampu begitu memasuki ruang tengah apartemennya "Kau lama sekali, ke mana saja kau?" tanya seorang wanita yang duduk dengan kaki disilangkan di sofa. Peter menatap wanita itu dengan datar "Kerja" jawabnya singkat lalu masuk ke kamarnya. Wanita itu berdiri dan menghampiri Peter ke kamarnya "Kenapa kau selalu begini? Perhatikan aku sedikit saja kau tidak bisa" bentak wanita itu. Kepala Peter berdenyut-denyut mendengar omelan wanita itu, dia sudah cukup lelah hari ini tanpa harus mendengar omelan seseorang lagi. Peter mengambil jaket dan dompetnya yang terletak di kasur lalu dengan langkah cepat keluar kamar dan meninggalkan apartemennya.

*

Sinar matahari pagi memasuki jendela kamar Serena. Dia mengerjap beberapa kali dan menyadari bahwa hari baru telah datang. Sambil mengerang dia bangun dari lantai dan melihat karpet kesayangannya terkena noda coklat panasnya semalam. Badannya sakit semua akibat tidur di lantai. Dengan perlahan dia berjalan menuju dapur dan membuat secangkir kopi untuk dirinya sendiri. Diambilnya koran pagi yang dikirim setiap harinya, namun matanya tidak bergerak saat membaca koran tersebut. Pikirannya melayang ke kejadian yang dia alami semalam. Kejadian yang sudah cukup lama tidak dia alami. Lamunannya buyar saat bel apartemennya berbunyi. Dilihatnya dari monitor siapa yang datang. Tanpa membuka pikir panjang dibukanya pintu apartemennya. Orang tersebut masuk dengan tergesa-gesa sambil berkata dengan heboh "Kau sudah membaca berita di koran pagi ini? Kakakmu terkena skandal lagi". Serena menatap sahabatnya dengan lama dan datar lalu tersenyum tipis "Belum, aku belum membacanya. Lagipula aku tidak peduli dia terkena skandal atau tidak" kata Serena dengan enteng. Sahabatnya, Luna Park hanya bisa menatapnya "Kau sudah sarapan? Aku bawakan roti bakar depan stasiun untukmu" kata Luna akhirnya sambil mengalihkan pembicaraan dan mereka pun sarapan bersama.

*

Peter memesan satu porsi pancake sirup maple dan secangkir kopi panas ke pelayan yang menanyakan pesanannya. Semalaman dia tidak kembali ke apartemennya dan menghabiskan waktunya di sebuah restoran cepat saji. Peter sangat lelah dan butuh tidur namun dia tidak bisa, dia harus bekerja hari ini atau dia akan terlambat menyelesaikan proyek miliknya. Pesanan yang ditunggunya pun datang, saat akan memakan pancake yang sangat menggoda tersebut, telepon genggam miliknya berbunyi dan dia pergi meninggalkan restoran tersebut begitu saja.

*

Serena berjalan pelan menyusuri jalanan kota New York. Semua orang tampak tergesa-gesa berjalan di sekitarnya. Oh ya jam makan siang pantas mereka tergesa-gesa pikir Serena yang awalnya keheranan melihat semua orang yang tergesa-gesa. Serena merapatkan topi rajutan hijau yang dikenakannya, topi hadiah dari neneknya yang senada dengan warna matanya. Hari ini New York memang tidak terlalu dingin namun angin bertiup dengan kencang. Serena berhenti sebentar saat dia melewati sebuah gedung dan menatapnya. Tatapan matanya terlihat seperti tatapan kehilangan sesuatu yang berharga. Cukup lama dia berdiri di depan gedung itu, dan dia berjalan pelan kembali meninggalkan gedung itu.

*

Peter memasuki sebuah distro kecil. Dia tidak sempat sarapan maka dia harus makan siang atau dia akan pingsan. Saat memasuki distro itu, Peter melihat seorang gadis berambut merah yang tidak asing lagi dan dia pun tersenyum tipis dapat bertemu kembali dengan gadis itu, dengan perlahan dia menghampiri meja gadis tersebut.

*

Serena menatap orang yang berlalu-lalang di luar jendela, pikirannya melayang entah kemana. Dia sedikit terkejut saat seseorang menepuk pundaknya. "Hai, masih ingat aku?" sapa Peter sambil tersenyum ramah. Serena menatap Peter datar dan mengangguk singkat. Peter pun mengambil tempat duduk di hadapan Serena. "Senang bertemu lagi denganmu, siapa namamu?" katanya lagi dengan ramah. Serena terdiam sejenak lalu berkata "Serena. Dan maaf aku tidak berkata kau boleh duduk di sini kan?". Peter cukup terkejut dengan perkataan Serena dan dia hanya bisa terdiam. Serena menatap Peter sekilas lalu pergi meninggalkan distro itu.
*

SchicksalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang