Shiver 5

105 6 2
                                    

Udara semakin dingin di New York. Peter berjalan cukup cepat sambil menatap arlojinya. Jam menunjukkan pukul 1 lewat 15 menit. Hebat aku terlambat di hari pertama rapatku dengan klien kata Peter dalam hati.

*

Serena duduk di pojok cafe sambil membaca buku. Secangkir moccachino berada di hadapannya. Uap panas dari cangkir itu telah hilang. Sudah lebih dari 30 menit dia duduk diam di cafe itu. Menunggu seseorang. Serena mengalihkan pandangan dari bukunya. Dia terkejut saat melihat Peter Kim memasuki cafe itu dan berjalan menuju arahnya.

*
Peter memasuki cafe dan dalam waktu singkat dia dapat menemukan Serena. Perlahan tapi pasti Peter melangkahkan kaki menuju Serena. Senyumnya menggembang saat tiba di hadapan Serena "Kau 'Schicksal' kan?" sapanya pada Serena. Sebelum Serena menjawab Peter menarik kursi di hadapan Serena dan duduk, dengan santai dia memanggil pelayan cafe dan memesan secangkir teh earl grey.

*

Mata Serena terus menatap gerak-gerik Peter. Dia hanya bisa terdiam saat melihat pria itu memesan secangkir teh pada pelayan cafe. Saat pelayan cafe sudah pergi, Serena membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu tapi tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. "Ada apa?" tanya Peter sambil mengangkat sebelah alisnya saat melihat Serena membuka mulutnya namun tidak berbicara sepatah kata pun. Serena menutup mulutnya lalu menggeleng pelan. "Kenapa kau di sini?" tanya Serena setelah kembali menemukan suaranya. Peter sudah membuka mulut untuk menjawab tetapi dia berhenti saat pelayan cafe membawakan pesanannya dengan senyum dia mengucapkan terima kasih pada pelayan itu. "Kau bilang butuh fotografer untuk novelmu, jadi ya aku di sini" kata Peter menjawab pertanyaan Serena tadi. "Kau yang akan jadi fotografer untuk novelku berikutnya?" tanya Serena setengah tidak percaya. Peter tersenyum sambil mengaduk tehnya lalu menjawab singkat "Begitulah". Serena menggempaskan punggungnya pada sofa dan terdiam menatap langit-langit cafe

*

Peter menyesap tehnya sambil memperahatikan Serena. Gadis itu diam saja sambil menatap langit-langit dan menggigit bibirnya. Peter tersenyum kecil melihat tingkah gadis yang duduk di depannya itu, tatapannya tidak beralih sedikit pun dari Serena. Serena menurunkan kepalanya secara tiba-tiba dan mengejutkan Peter. Serena mengangkat alisnya saat mengetahui Peter memperhatikannya. Peter berdeham pelan lalu berkata "Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang?" Serena tidak segera menjawab pertanyaan Peter "Yang pasti kita akan semakin sering bertemu" lanjut Peter diikuti cengiran. Serena hanya melotot mendengar perkataan Peter "Apakah aku salah, Ms. Serena?" tanya Peter dengan cengiran nakal. Serena diam saja dan mulai menjelaskan konsep dasar novelnya pada Peter.

*

"Ya, dad, aku akan melakukannya untukmu" kata Serena pada orang yang berbicara di telepon "Apa? Sudah cukup, tolong sampaikan pada mom..... Iya dad aku janji..... Baiklah, aku juga sayang kalian" Serena menutup telepon sambil menghembuskan nafas. Dilihatnya pantulan dirinya di cermin. Cukup bagus kata Serena dalam hati lalu tersenyum. Namun senyumnya dengan cepat menghilang saat dia mengingat kejadian tadi siang. Serena memukul kedua pipinya lalu tersenyum manis. Tidak boleh cemberut, harus tersenyum katanya dalam hati. Diambilnya jaket putih di atas kasur lalu dengan cepat dia melangkah keluar apartemen.

*

Peter tersenyum kepada beberapa orang yang menyapanya. Banyak yang mengajaknya berbincang dan Peter menanggapi semua itu dengan mudah. Peter sedang menatap sekeliling ruangan saat melihat gadis itu berdiri begitu mempesona menggunakan sackdress berwarna hitam. Senyum Peter melebar dan dia melangkah menuju gadis itu. Namun langkahnya terhenti saat melihat seorang laki-laki yang menyentuh pundak gadis itu dan gadis itu tersenyum. Ya, Serena gadis dingin yang dikenal Peter tersenyum manis kepada seorang laki-laki.

*

"Ya Tuhan, aku tidak menyangka dapat bertemu denganmu disini Ken" kata Serena sambil memeluk sekilas Ken "Aku juga tidak menyangka. Sudah 5 tahun sejak terakhir kali kita bertemu bukan? Kau tidak berubah sama sekali" kata Ken sambil tersenyum menatap Serena "Aku berubah asal kau tahu" jawab Serena "Bagaimana kabar keluargamu?" lanjut Serena "Baik. Mereka semua baik" jawab Ken. Dan percakapan berlangsung cukup lama.

*

Peter masih membayangkan kejadian tadi. Kejadian Serena yang tersenyum pada seorang laki-laki. Dia masih tidak mempercayai matanya. Ternyata dia bisa juga tersenyum seperti itu pikir Peter. Senyum Serena terus terbayang-bayang di wajahnya. "..... Peter kau tidak mendengarku?" tanya Alicia sedikit keras "Apa? Oh! Maaf aku tidak mendengarmu" jawab Peter penuh penyesalan "Apakah ini ada hubungannya dengan gadis itu?" tanya Alicia penuh selidik "Begitulah" jawab Peter singkat "Oh ayolah, cerita saja padaku. Bagaimanapun aku sepupumu" kata Alicia sambil mengangkat pundak. Peter tertawa lalu hanya melewati Alicia begitu saja.

*

Tengah malam. Namun New York masih ramai. Serena menatap sebuah foto. Foto dirinya dan seorang perempuan yang mirip dengannya. Air matanya mulai menetes menjatuhi foto tersebut.

*

Thanks a lot guys!!!
Makasih banyaaakkk sebanyak-banyaknya bagi siapa pun yang mau baca novel jelek ini (lol)
Ini hanyalah bagian dari imajinasi liarku saja~~
Maafkan kalau terlalu banyak karakter tapi aku akan berusaha mengurangi karakter
Once again, THANKS A LOT c:

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SchicksalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang