Lorong sempit bercabang menjadi pemandangan yang saat ini dilihat oleh seseorang. Pencahayaan yang minim tidak menghentikan langkahnya yang tegap terus menyusuri labirin itu. Seakan sudah hapal, orang itu tak kesulitan mencari jalan yang akan membawanya ke suatu tempat yang sudah lama tak ia kunjungi.
Kata orang di luar sana, tempat ini sangat rahasia dan tak bisa ditembus oleh orang luar. Tapi bagi pria itu, ini sama mudahnya seperti melalui permainan anak-anak. Entah sudah berapa jebakan ia hindari, berapa pintu ia lewati. Tampaknya sebentar lagi ia akan sampai.
Ia tersenyum kecil. Kini di hadapannya terlihat seorang wanita dengan kedua tangan dan kaki yang ditahan. Mata yang terpejam bukan menandakan kalau wanita itu tengah tertidur pulas.
"Hai, bagaimana kabar mu?"
Mata itu terbuka perlahan. Pandangannya kosong menatap pria tadi dengan datar. Walau tak ada yang pernah bisa datang ke tempat ini selain saudarinya, wanita itu tak terkejut menandakan kalau kehadiran pria di hadapanya bukan hal yang aneh.
"Bisa kau lihat sendiri. Tidak begitu baik, juga tidak begitu buruk," jawabnya.
Pria itu terkekeh, "Apa kau tak ingin menyambutku? Kau pasti kesepian kan berada di tempat ini ribuan tahun lamanya. Jarang sekali ada teman ngobrol begini."
Wanita tadi tersenyum kecut. Itu ekspresi pertama yang diperlihatkannya selain wajah datar tanpa niat untuk hidup.
"Memang harus begitu. Aku disegel disini bukan tanpa alasan. Kalau diluar sana tau seorang Irregular sering mengunjungi seorang putri yang tengah di segel, pasti akan menimbulkan kehebohan besar."
Pria itu menatapnya teduh, membuat sang wanita hanya bisa memalingkan wajahnya. Ia tak suka ditatap seperti itu, terutama oleh pria itu.
"Maaf, aku tak bisa membebaskanmu walau sebenarnya aku mampu. Tapi akan kupastikan, kau tak akan menghabiskan seumur hidupmu di tempat ini."
Pria itu mengelus lembut wajah wanita itu. Kulitnya sudah tak sehalus dulu, tubuhnya pun kini sedikit kurus. Tapi dimatanya, wanita itu tetap secantik dulu. Tak ada yang berubah.
"Ini sudah keputusanku. Aku memilih bertindak seperti ini tanpa memdengarkan nasehatmu. Ini resiko atas perbuatanku dan aku tidak menyesalinya."
"Tapi mereka memfitnah mu. Mengatakan bahwa kau gila. Lalu menghukummu atas perbuatan yang telah mereka rencanakan. Kau tak pantas menerima ini, Enne."
Enne menundukkan kepalanya. Semua yang dikatakan pria itu memang benar. Ia tidak gila, dan hukuman yang diterimanya atas dasar tuduhan palsu.
Semua sudah direncanakan oleh orang itu. Raja Jahad. Sang penguasa menara, dan juga ayah angkatnya.
Saat mengetahui kebenaran dibalik posisi Putri Jahad yang diincar oleh orang-orang, Enne memang merasa amat marah. Tapi ia tidak segila itu untuk mengamuk dan membunuh orang yang tidak bersalah. Ia tahu begitu mengetahui kebenaran itu pasti ia akan disingkirkan dengan berbagai cara. Enne tidak bisa menjalani hidupnya seperti biasa disaat banyak orang yang mengharapkan kematiannya.
Ia tahu dirinya menjadi buronan, namun bukannya bersembunyi ia malah menunjukkan dirinya dihadapan pasukan Jahad. Ia tak bisa begitu saja melarikan diri setelah mengetahui penderitaan dan tragedi yang sebenarnya terjadi. Paling tidak ia ingin membalas mereka yang memanfaatkan mimpi para Putri.
Namun ia malah dikatai gila. Para Putri yang lain terus berusaha menangkapnya. Saat ia coba menjelaskan kebenaran yang diketahuinya, tak ada satupun yang percaya. Enne yang terdesak tak punya pilihan lain selain melawan saudari-saudarinya. Bahkan saat ada korban yang jatuh, ia tak bisa membohongi perasaannya yang ikut sakit.
Ia tak berdaya, melawan sekelompok orang yang bersatu untuk menangkapnya bukanlah hal yang mudah. Hingga akhirnya ia berhasil di kalahkan dan disegel di labirin ini. Ia tak mengerti jalan pikiran Jahad. Ia sudah menimbulkan kekacauan besar, tapi kenapa ia masih dibiarkan hidup. Apa memang alasannya hanya karena ia adalah anak dari teman seperjuangannya saat menaiki menara dulu.
"Enne. Kau akan segera bebas. Keadaan diluar sana sudah memanas. Terjadi perpecahan antara Jahad dan beberapa Kepala Keluarga. Dan yang aku dengar, Ayah dan Ibumu sudah menemukan cara untuk membawamu keluar. Jadi bersabarlah."
Enne mengerutkan keningnya. Selama berada di tempat ini tentu saja ia tak bisa mengetahui apa yang terjadi di dunia luar sana. Beberapa info penting ia tahu hanya dari mulut pria yang beberapa kali mengunjunginya ini. Mengetahui adanya perpecahan membuat Enne penasaran apa penyebabnya.
Apakah orangtuanya bagian dari Keluarga Agung yang menentang Jahad?
Enne ingat sekali ibunya sangat menentang keputusannya untuk menjadi Putri Jahad. Saat itu Enne tidak mengerti maksud ibunya dan mengira kalau itu hanya bentuk kekhawatiran orang tua pada umum. Enne berpikir jika ia berusaha pasti ia mampu mewujudkannya dan membuktikan bahwa tak ada yang perlu di khawatirkan.
Tapi ternyata alasan sebenarnya mungkin karena ibunya tahu kebenaran tentang Putri Jahad. Apalagi Ayahnya lah yang mengusulkan pembuatan sistem Putri Jahad itu. Mungkin semua Kepala Keluarga mengetahui kebenarannya tapi tidak memperdulikannya karena bagi mereka 'anak' sudah seperti barang. Asalkan tidak membuat kerugian besar, mereka akan dibebaskan bertindak. Apalagi apabila anak mereka menjadi Putri dengan pengaruh yang kuat. Pasti kekuasaan Keluarga mereka juga bertambah.
Tapi berbeda dengan Enne. Ibunya sangat menyayanginya di antara saudaranya yang lain. Bisa jadi karena dirinya anak dari pria yang dicintainya. Yang Enne dengar, ibunya telah berpisah dengan Ayahnya karena insiden yang menimpa dirinya. Dan ibunya tidak memperbolehkan ada yang menjadi Putri Jahad lagi. Walau kepribadian ibunya sedikit keras, Enne tahu ibunya itu adalah sosok penyayang.
"Perpecahan apa maksudmu?"
"Kau tahu, saatnya telah tiba. Anak dalam ramalan itu sedang menaiki tempat yang lebih tinggi untuk mewujudkan tujuannya."
"Anak Arlene?" Enne terbelalak. Ia tidak menyangka saat-saat itu akhirnya akan segera tiba. Ia berharap anak itu akan benar-benar membawa kedamaian di menara ini.
Pria itu mengangguk, "Dan sepertinya aku tidak bisa mengunjungi mu lagi karena ada banyak hal yang aku urus. Tapi saat kau bebas nanti, aku pasti akan datang untuk menyambutmu."
"Baguslah. Kau hanya bisa mengangguku disini." Enne bersikap seolah-olah tak peduli karena ia tau nasibnya ditempat ini seperti apa. Tapi tanpa disadari sebenarnya ia bahagia dengan kehadiran pria itu. Ia terus menunggunya datang, menunggu cerita-cerita apa yang lagi yang akan di ceritakan oleh pria itu. Ia merasa hidupnya tak sekesepian yang seharusnya.
Tapi sepertinya sekarang ia akan benar-benar kesepian. Belum ditinggal saja Enne sudah merasa sedikit kehilangan. Tentu ia tak akan menunjukkan perasaannya terang-terangan.
Pertama kali ia bertemu pria itu adalah beberapa waktu setelah ia menemukan pocket Arlene. Pria itu juga menceritakan sedikit info yang diketahuinya. Mereka sempat menghabiskan beberapa waktu bersama-sama sebelum akhirnya Enne menghadap pada Jahad meminta klarifikasi atas semua kebenaran yang baru diketahuinya
"Saat itu tiba, ayo kita berjuang bersama. Kali ini aku akan berada di sebelahmu."
Enne terkekeh. Ia tak bisa mengharapkan lebih. Seperti ini sudah lebih dari cukup baginya. "Lebih baik kau tidak menampakkan dirimu. Kau tau akan segempar apa nanti jika tiba-tiba orang yang meluluhlantahkan Lantai Kematian dan membunuh administrator malah muncul seenaknya. Tetaplah bersembunyi, Enryu."
"Mana mungkin. Aku ingin menyaksikan dengan mataku sendiri bagaimana bocah itu membunuh Raja Menara. Aku akan menonton dikursi paling depan."
"Sepertinya akan menjadi tontonan yang menarik," Enne menyeringai.
"Makanya bersabarlah. Aku akan menyediakanmu kursi VVIP."
"Bukannya ini sudah saatnya kau pergi? Pergilah, aku sudah lelah," usir Enne membuat Enryu seketika memberengut. Padahal ia tahu kalau Enne tidak benar-benar ingin ia pergi. Wanita memang makhluk paling sulit untuk dimengerti.
"Baiklah aku akan pergi. Semakin cepat urusannya selesai, semakin cepat juga kau akan dibebaskan. Kalau begitu sampai jumpa, honey!"
-END-
2 April 2020
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tower Of God Fanfiction [One Shoot-Short Story]
FanfictionCerita ini berisi kumpulan Fanfiction One Shoot atau beberapa Part Pendek dari webtoon terpopuler di dunia, Tower of God!! Daftar Cerita: 1. First Encounter [Garam X Urek] 2. I Still Want U [Gustang X Blossom] 3. Unexpected [Hagipherione X Baekryun]...