2

648 27 1
                                    

Masalahnya, pertimbangan selanjutnya adalah sisi egoisku yang berbicara. Kalau aku merelakan Sasuke untuk Hinata, apa untungnya bagiku? Bukankah semua itu hanya akan membuatku sedih dan patah hati? Sedangkan di saat aku patah hati itulah mungkin mereka justru sedang bahagia-bahagianya atas tali kasih yang baru saja mereka jalin kembali. Adilkah semua itu bagiku? Adilkah semua itu atas segala perjuangan dan pengorbananku?

Dan yang menguatkanku kembali: Sasuke. Aku sangat mencintaimu dan sangat ingin melihatmu bahagia. Sebetulnya kalau boleh jujur, kaulah penyebab utama semua masalah ini. Seandainya kau bisa memantapkan hatimu padaku, pasti hubungan kita sampai saat ini masih baik-baik saja.

Tapi aku tak bisa menyalahkanmu. Aku lebih ingin menyalahkan Hinata, tapi aku malah menyalahkan diriku sendiri.

Aku tahu kau justru orang yang paling menderita atas semua ini. Kau tak sanggup mengambil keputusan, karena apapun keputusan yang kauambil, akan ada satu dari dua gadis yang kaucintai yang akan kausayat hatinya. Kau tidak bisa mengambil keputusan, karena ity kaumenggantungkanku. Padahal kini sebagian besar perhatianmu teralih padanya. Kau jahat Sasuke, kau sudah jahat padaku.

Antara Sasuke Uchiha dan Haruno Sakura, aku, ada cinta yang semakin memudar.

Maka akhirnya kuputuskan, maaf, Sasuke, aku harus merelakanmu. Aku ingin kau bahagia, meski itu artinya dengan tidak bersamaku. Terimakasih atas setiap kebaikanmu padaku selama ini. Terakhir, kumohon, jangan sia-siakan pengorbananku. Berbahagialah bersamanya..

~~^^~~

Tiga bulan berlalu sejak pengambilan keputusanku. Aku sudah tak lagi bertemu denganmu, Sasuke. Aku sangat merindukanmu. Mungkin kata ikhlas mudah kuucapkan pada Hinata kala itu, namun untuk merealisasikannya, kuakui sungguh sangat sulit.

Tiga bulan telah berlalu dan aku masih belajar ikhlas. Tapi yang mengejutkan, aku baik-baik saja. Padahal sebelumnya kukira aku baru akan berakhir dari bayang-bayangmu setelah beberapa tahun. Tapi ini baru tiga bulan dan aku sudah bisa kembali ceria. Meski juga tak dapat dinyana, aku masih mengharapkanmu.

Mau tahu apa rahasiaku move on dalam waktu 3 bulan? Ah, bahkan sebetulnya aku telah kembali move on sejak 2 bulan yang lalu. Dengan putusnya hubungan kita memberiku kesempatan untuk semakin mendekatkan diri pada-Nya. Dengan putusnya hubungan kita, aku banyak menyibukkan diriku untuk berkumpul dengan orang-orang shalih, menimba ilmu dari mereka, dan mengikuti pembinaan mereka dalam rangka meraih ridho Sang Maha Kuasa dengan mengkaji agama-Nya.

Percayalah, Tuhan punya obat dari segala macam penyakit, termasuk patah hati. Aku kembali bangkit karena mendekatkan diri pada-Nya dengan mengkaji Islam-Nya, dan berusaha mengaplikasikan ajaran-Nya dalam segala aspek kehidupan. Aku memperoleh ketenangan lahir batin karena semua itu.

Namun, masalah tak berhenti sampai di situ, ia masih betah mengikutiku. Tuhan rupanya sedang sangat perhatian padaku. Di saat aku mulai menikmati kehidupan baruku dan masih berusaha lepas dari jerat bayangmu, kau kembali hadir, Sasuke, mengusik ketenanganku.

Dan sialnya aku kembali luluh. Padahal kau sudah jahat padaku Sasuke, kau sudah menyayat hatiku, tapi kenapa aku tidak bisa membencimu? Sebegitu istimewakah dirimu? Apakah takdir berniat kembali mempermainkanku?

Kau hadir kembali, pada awalnya memposisikan diri sebagai teman. Kau banyak bercerita padaku tentang hubunganmu dengan Hinata. Kalian bahagia. Aku hanya dapat menggumamkan turut berbahagia atas kebahagiaan kalian.

Aku tergoda. Kuakui aku salah. Tak seharusnya aku dekat lagi denganmu. Akalku berontak namun hatiku egois. Sulit sekali mengendalikan raga yang telah bersekongkol dengan hati untuk mengkhianati akal. Sekali lagi kau menyeretku jatuh dalam jurang pesonamu.

Semakin hari, kita semakin dekat. Kini kau tak hanya berbagi kisah bahagia padaku. Kau kembali seperti dulu, kecanduan bercerita padaku. Kau mulai terbuka padaku tentang masalah yang kauhadapi dengan Hinata. Ya, rupanya dalam menjalin hubungan, saling mencintai saja tidak cukup, kan? Kau begitu mencintainya, tapi kau masih merasa ada yang kurang. Kau begitu terobsesi padanya, hingga kesalahan kecil saja membuat hatimu bimbang. Dan yang paling aneh bagiku, kenapa kau tak bisa terbuka padanya seterbuka kau padaku? Harusnya, kalau kau mencintainya, jujurlah padanya tentang apapun yang kaurasa. Jangan hanya diam dan beralasan demi menjaga perasaannya kaurela melukai hatimu. Kenapa yang nampak di mataku kini, dirimu yang mencintainya bukanlah dirimu yang sesungguhnya?

Puncaknya, saat Hinata memutuskan untuk melanjutkan studi di luar kota. Kau merasa semakin tak diperhatikan, Hinata semakin sibuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. Dan sebagai gadis cantik yang baik hati dan menarik perhatian banyak orang, tentu saja ia tak menolak siapapun yang berminat mengenalnya. Kau semakin merasa diacuhkan. Kukatakan padamu bahwa kau harus percaya padanya. Apapun yang ia lakukan di sana, pasti ia akan menjaga perasaannya untukmu.

Terkadang kalian sampai tersulut emosi, dan kau selalu menjadikanku tempat mengadu. Lagi kukatakan padamu, itu cuma salah paham, cobalah mengerti posisinya. Kau tak menyangkal ucapanku, aku semakin khawatir kau menjadikanku candu, namun sekali lagi aku tak bisa lari dari semua itu.

Dan ada kalanya, kesalahpahaman menjadi suatu masalah yang kompleks. Ditambah dengan asumsi-asumsi negatif yang sering bermunculan setiap kali kita emosi, maka meledaklah puncak konflikmu kala itu.

TBC

A/n:
Maaf baru bisa ngetik segini dlu. Mood mengetik sdg menguap entah kmna, tp diusahakan last chap update secepatnya.
Terimakasih utk yg sdh berkenan baca.. :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta dan ButuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang