THEATER I AM IN LOVE!

55 2 2
                                    

Ada pepatah mengatakan cinta itu buta, tapi tidak bagi Danisha.Baginya cinta itu justru membuatnya yang sedang merasakannya mampu melihat dengan jernih. Melihat kesempatan, mempunyai harapan dan memperjuangkannya. Karena dia Jatuh cinta...

Di kamarnya Danisha tengah sibuk merapikan penampilannya, memilah-milah baju apa yang akan dia pakai dan rambutnya akan di style bentuk apa? Hari ini suasana hatinya tengah bahagia, cerah ceria secerah cuaca sore musim semi di California. Sambil bersenandung dia mengenakan kaos hitam oblongnya yang bertuliskan kata "Fabulous" tepat di depan bagian dada dengan tinta emas.

Hari ini Danisha akan menonton pertunjukan group teater favoritnya, group teater kampus tempat dia kuliah. Sudah hampir setahun dia menjadi mahasiswa di salah satu kampus di California, tepatnya di daerah Sonoma County. Dia menjadi salah satu pemuda Indonesia yang beruntung mendapat kesempatan belajar di America melalui program beasiswa yang sudah menjadi impiannya sejak lama.

Danisha tengah merapikan rambutnya dan masih bingung akan diapakan rambut panjangnya ketika ponselnya berdering menandakan ada pesan masuk.

Kriiiiiinnnng...

"Itu pasti pesan dari Austin." Pikirnya.
Danisha tidak perlu melihat layar ponselnya untuk tahu siapa pengirim pesan tersebut. Sahabatnya Austin sudah dari tadi menunggunya di depan gerbang apartemen, dan Danisha yakin betul bahwa Austin pasti tengah menggurutu tidak sabaran karena harus menunggunya bersiap-siap. Buru-burulah Danisha merapikan rambutnya tanpa peduli lagi untuk mengikatnya. Tadinya dia berniat untuk mengikat rambutnya tetapi hal itu di urungkannya karena ponselnya sudah seperti bom yang sebentar lagi akan meledak, terus berdering sepanjang ia bersiap-siap.

Dia mengecek penampilannya untuk terakhir kalinya, rambut hitam ikalnya panjang tergerai hingga ke pundak. Dari segi penampilan Danisha termasuk menarik. Kulitnya yang kuning langsat membuat hampir seluruh teman bulenya iri padanya, bentuk pipi yang sedikit chubby membuatnya terlihat lebih muda. Hidungnya yang mancung di tambah bulu mata yang lentik dan pipi yang kemerah-merahan menambah penampilannya. Tidak perlu sentuhan make up pun Danisha akan tetap terlihat menarik.

"Perfect" Ucapnya lirih dan kemudian buru-buru ia mengambil dompet dan ponselnya ia masukan di dalam tasnya, yang ada di atas meja belajarnya.

"Cathrine let's go! Austin is outside waiting for us." Seru Danisha kepada teman se-apartemennya sambil memakai sepatu sneakernya.

Danisha berjalan menyusuri tangga yang di susul oleh Catherine dari belakang

. "Hey Austin, let's go!" Danisha menepuk pundak Austin. Sekilas Austin baru akan membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu namun sepertinya tidak jadi.

Tertawa kecil, Danisha senang. Dia selamat dari omelan Austin kali ini. Dia tau betul sahabatnya yang tidak sabaran kalau harus berurusan dengan menunggu dan hal yang terbaik untuk menghindarinya adalah memasang tampang se innocent mungkin. Dan itu berhasil dilakukannya.

"This is gonna be the last performance of theirs in this spring right?" Tanya Cathrine yang tengah sibuk membaca leaflet pertunjukan.

"Yup and its very speciaaaalll!!!" Sahut Danisha mengangkat kedua tangannya menjulang ke atas langit.

"What does make it special, it's just a theater anyway??" sahut Austin skeptic.

Mendengar itu Danisha tidak mempedulikan ucapan Austin. Hari ini dia tengah bahagia jadi dia tidak mau merusak moodnya hanya karena pernyataan nyeleneh Austin.

"Come on guys, we're gonna be late!" Seru Danisha kepada kedua temannya.

Danisha memang tidak pernah ketinggalan menonton pertunjukan teater yang ada di kampusnya ini. Menurutnya menonton pertunjukan teater adalah kebutuhan primer yang harus segera dipenuhi. Dia memang sudah terlanjur cinta dengan dunia teater. Mungkin tidak sebagai pelakon tetapi lebih pada penikmat.

Theater, I am in Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang