Confession

23 0 0
                                    

Tit..tut..tit..tut..tit..tut...

Bunyi tanda pejalan kaki berbunyi menandakan pejalan kaki sudah bisa menyebrangi jalan. Danisha berjalan dengan cepat karena takut terlambat. Dia tidak mau memberi kesan buruk pada Kevin, meskipun waktu baru menunjukkan 4. 40, Danisha tetap berlari-lari kecil menuju kedai kopi yang sangat terkenal itu.

"Hey you!" 

Di hadapannya Kevin berdiri sedikit bersandar di dinding sebelah pintu masuk kedai kopi tersebut. Tangan kirinya melambai ke arahnya sedang tangan kanannya berada dalam kantong celananya Dengan tatapan khasnya Kevin terseyum kepadanya. Kevin mengenakan polo shirt putih yang pas di badan memperlihatkan bentuk dadanya yang bidang di balut dengan leather jacket hitam dan celana jeans hitam. Kevin memakai sepatu timberland hitam lengkap dengan jambul ala Elvis Presleynya. Penampilan Kevin membuat Danisha semakin terpesona.

"Keren" Pikir Danisha. Sosok Kevin hanya hidup pada karakter laki-laki di komik Jepang yang sering ia baca, atau lebih cocok sebagai actor Hollywood. Gagah begitulah sosok Kevin di mata Danisha.

Perlahan Danisha menghampiri Kevin dengan senyum yang disertai pipi yang bersemu. Walau bagaimana kerasnya Danisha untuk bersikap biasa di depan Kevin, senyum dan tatapan Kevin selalu saja membuat jantungnya berdegup kencang.

"Hi Kevin, I I am I am sorry I am late." Ungkap Danisha masih berusaha menahan rasa gugupnya. Salah tingkah, Danisha berusaha bersikap biasa.

"Nooo, you are not late I came here early." Kevin menggaruk kepalanya. "I just can't wait to see you." Pipi Danisha pun semakin memerah.

"Anything you like?" "Frapuccinno vanilla bean." Jawab Danisha pada Kevin.

"Alright now you sit here, let me place our orders."

"No we can order together." Saran Danisha.

"No no a lady has to be served, besides is an honor for me." Kevin mempersilahkan Danisha duduk, Rona pipi Danisha sepertinya akan bertahan sepanjang sore ini.

Beberapa saat Kevin kembali membawa dua cangkir minuman di tangannya. "Here you go."

"Thank you." Sambut Danisha dengan tulus.

"You are beautiful." Ungkap Kevin sambil menggaruk kepalanya. "Ehmmm..you are beautiful today and the other day."

Danisha jadi salah tingkah, dia tidak biasa di puji apalagi yang memuji adalah orang yang memang dia suka.

" I don't know why I am blurt out like this."

Danisha jadi semakin salah tingkah, pipinya semakin terasa hangat.

Hahahahaha.. Kevin tertawa geli. "That blush though."

"Whaat! Tanyanya berusaha jengkel, namun tidak bisa. Dia menyentuh kedua pipinya dan tawa Kevin pun semakin menjadi. "Are you making fun of me? Tanya Danisha lagi kali ini semakin tidak bisa menyembunyikan rasa malunya.

"Nooo, sorry.. I like to see you blush, it's beautiful." Tutur Kevin tulus.

"Flirting." Ucap Danisha lirih. Dan lelaki di depannya menyengir lebar. Danisha sadar Kevin tengah menggombalnya, tapi Danisha sama sekali tidak keberatan justru sebaliknya.

Sesekali digombali tidak apa-apa bukan? Apalagi orangya adalah Kevin, Danisha serasa melayang di udara. Kecanggungan yang dia rasakan beberapa saat yang lalu kini menghilang tergantikan suasana hangat yang dipancarkan keduanya.

"Is Kevin your real name?" Tanya Danisha memberanikan diri bertanya kali ini.

"No it's my American name, my friends call me with that name. They said I should have American name. So they call me Kevin since then."

Theater, I am in Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang