The Good Luck of Bad Luck Queen

21 1 0
                                    

Selasa. Hari yang sangat-sangat harus diperhatikan oleh Kirana, cewek dengan luck yang sangat buruk saat hari Selasa. Seringkali Kirana mendapat banyak musibah atau masalah pada hari Selasa. Dari mulai telat datang ke sekolah sampai ketinggalan Bus sewaktu pulang sekolah. Melihat kejadian-kejadian buruk yang dialaminya di hari Selasa sebelumnya, Kirana mencoba sebuah cara yang inshaallah paling manjur kalo kata kang Maman, tukang kebun di rumah Kirana. Yaitu berdoa dan melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an sepanjang hari.

"Kang, yakin kan kalo cara ini bakal ngejahuin aku dari ketidakberuntungan?" Kirana menghampiri Kang Maman yang sedang asyik ngopi sambil sesekali motongin rumput di sekitarnya.

"Neng, mah, gak percayaan banget sama si pakar keberuntungan!" Ucap Kang Maman sinis, lalu menyeruput kopi di sebelahnya.

Kirana ternganga mendengar perkataan Kang Maman yang bikin eneg. "Ih, kang Maman! Kirana serius nih! Buruan ih entar telat!"

"Iya, neng, inshaallah kalau neng selalu ingat dengan Allah, pasti Allah akan bantu, kok!" Kang Maman tersenyum lebar dan memegang dadanya, seolah-olah sedang berada dalam film religi. "Buruan neng iket tali sepatunya, udah jam enam lewat sepuluh, nih".

Kirana melirik jam tangan yang tengah ia kenakan. "Oh iya, yaudah yah Kang, Kirana berangkat dulu. Doain ya Kang!".

***

Suasana sekolah masih sangat sepi, padahal jam sudah menunjukkan pukul 07.45. Kirana merasa was-was, karena biasanya ia telat pada hari Selasa. Ia terus berjalan, melirik sekitar, dan menemukan lelaki dengan sosok tinggi berbadan kekar dan dilengkapi dengan tulisan SECURITY di dada kanannya.

"Pak, kok sepi banget ya?" Tanya Kirana sembari melirik sekitar.

Yang ditanya malah juga ikut kebingungan. "Lah, iya ya? Kok masih sepi ckck"

Kirana tak membalas perkataan pak Satpam lagi, ia bergegas berlari menuju ruang kelas, dan BOOM! Kirana terperanga melihat isi kelas yang kosong melompong bagaikan tempat shooting film horror Thailand. Kirana mencoba berpikir keras, menelaah apa yang sedang terjadi.

"Kok kosong?" batinnya.

Setelah lebih dari lima menit berpikir, akhirnya Kirana menyadari apa yang terjadi. Ia baru ingat kalau hari ini sekolahnya kebagian menjadi peserta upacara di lapangan kota.

"Sial banget sih gue!" Gerutu Kirana sambil menoyor kepalanya sendiri.

Dengan perasaan bingung, Kirana berniat kembali lagi ke rumah.

"Kalo gue ke Lapangan, pasti gabakal boleh masuk lagi. Dan kalau gue nunggu di sini, pastinya bakal lama. Toh, ini baru jam tujuh." batinnya.

Setelah berpikir kurang lebih 10 menit, Kirana akhirnya memutuskan untuk menitipkan absen izin ke pak Satpam. Ia mempercepat langkahnya, takut apabila pak Satpam tadi pergi entah ke mana.

Di depan pos Satpam, Kirana celingak-celinguk bak induk ayam kehilangan anaknya. Kirana memegang kepalanya kesal.

"Kenapa gue sial banget sih?! Padahal udah ikutin cara kang Maman!" Batinnya.

Setelah beberapa menit, Kirana bosan menunggu. Akhirnya ia mencoba mencari pak Satpam di sekitaran sekolah. Kelas demi kelas yang berada di depan sampai ke belakang telah ia telusuri. Hanya tinggal satu tempat lagi. "Kantin!" Batinnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang