[S T E P 1]

18 1 0
                                    

Aku bingung akan apa yang kulakukan tadi. Bisa-bisanya, aku memecahkan gelas yang kupegang erat. Oh ya,mungkin saja ini salah satu akibat dari jam tidurku yang berkurang karena harus bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidupku. Aku mulai bekerja semenjak kutahu tak ada satupun keluargaku yang mau menampungku. Mereka semua berpikir aku adalah beban dan aib,ntah mengapa. Hingga seorang teman kosku memberi saran untuk bekerja paruh waktu di sebuah kafe sederhana di pinggir kota.
"Ninta,apa yang kau lakukan! Kalau begini terus, kau bisa membuatku bangkrut dan tinggal dijalanan!"Hardik bossku, Bu Riva.
"Iya bu, maafkan aku. Aku janji ini yang terakhir" permintaan maafku entah yang keberapa kalinya. Walaupun pemarah, Bu Riva sebenarnya adalah orang yang baik dan pemaaf. Untung saja, kalau dia memecatku, ntah dimana lagi aku akan mencari pekerjaan yang menerima pegawai yang hanya tamat SMA sepertiku.
TING TING TING TING
"Nah, itu ada pelanggan datang! Sana, tiara, kau tanyakan apa pesanannya!" Perintah Bu Riva pada teman sejawatku, Tiara.
"Tidak usah bu, biar aku saja." Ucapku
"Yasudah terserah kalian saja. Oh ya,dan kau Ninta! Kau jangan berulah lagi! Paham!" Ujar bu Riva sebelum dia menutup pintu ruang kerjanya dengan sangat keras.

Setelah itu, akupun berjalan ke arah pelanggan baru itu. Saat aku berada tepat disampingnya yang sedang menunduk membaca sebuah proposal, aku merasa familiar. Aku seperti sudah sering melihatnya,dulu. Badan yang tegap terbalut jas hitam mewah, rambut yang tertata rapi, dan tangan yang menulis kidal itu. Tapi, aku lupa kapan, dimana, dan siapa dia. Hingga dia menghadapkan wajahnya ke arahku.
"Ninta olivia,apakah ini kau?" Ujar pria asing itu.
"Ya, benar tuan. Anda siapa,ya? Maaf, saya tidak mengenali anda" ucapku dengan wajah terkejut,sebab tak ada satupun yang mengetahui nama panjangku,kecuali bossku.
"Yang benar saja,Ninta! Kau melupakan sahabatmu ini? Aku Risan! Aku, kau, dan Billa adalah sahabat sewaktu SMA, hingga kejadian 'itu' membuat aku dan kau memusuhi Billa." Ucapnya dengan raut wajah ceria dan diakhiri wajah yang muram.

Aku bisa melihat jelas pancaran penyesalan diraut wajahnya. Tapi tetap saja, aku tidak mengenalinya dan juga Billa yang disebutnya itu.
"Tapi maaf tuan, aku tetap tidak mengenalimu." Ujarku dengan wajah bingung dan masih mencoba mengais memori tentang pria ini. Tapi,sekeras apapun aku mencoba, tetap saja tak berhasil.
"Oh yasudahlah jangan dipaksakan. Mungkin memang benar kau bukan Ninta yang kumaksud. Dan juga aku memesan steak dan kuminta hanya dimasak olehmu. Apakah boleh? Oh ya, lalu minumannya aku pesan jeruk hangat buatanmu juga" pintanya membuatku terkejut.
"Tapi maaf tuan, saya hanya bertugas untuk mencatat pesanan anda, bukan untuk memasaknya karena saya tidak handal dalam bidang itu dan juga kami memiliki koki yang bisa membuatkan pesanan anda." jawabku dengan nada yang sama, penuh kebingungan.
"Ah tidak. Aku hanya ingin buatanmu. Jika bossmu marah, katakan kepadanya aku berani membayar dua kali lipat untuk itu" ucapnya sambil tersenyum seolah mengerti apa yang kupikirkan. Apakah dia seorang cenayang?
"Jangan memasang wajah seperti itu. Aku bukan cenayang atau apapun seperti yang kau pikirkan di kepala kecilmu itu. Jangan salahkan aku. Salahkan wajahmu yang sangat mudah terbaca" ucapnya lagi.misterius.dan juga menyebalkan. Apa katanya? Kepalaku kecil? Yang benar saja!

[GONESIDE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang