Badai Itu Datang Tiba-Tiba

1.1K 22 1
                                    

Banyak orang mengatakan bahwa pernikahan di atas 20 tahun,aman. Aman dari godaan-godaan terutama godaan perempuan.

Mulanya aku tak menaruh curiga sedikitpun pada suamiku adanya orang ketiga dalam kehidupan rumah tanggaku,karena suamiku pintar dan teramat pintar menyembunyikan kebohongan demi kebohongan. Aku sering ditinggalkan pergi ke luar kota dengan alas an mencari tambahan di luar kantor, dalam seminggu dia pergi 3 hari ke luar kota, jumat sampai senin sore seperti biasa pulang dari kantor. Aku benar-benar percaya pada suamiku dan sedikitpun tak menaruh curiga.

Suatu saat aku bertanya, tak bisakah untuk tidak mencari tambahan di luar kota? , dia tetap tidak mendengar apa yang aku inginkan, bolehkah sesekali aku ikut? Tetap dia pergi juga dengan berbagai alas an.

Hari itu senin dibulan Nopember suamiku tak pulang juga sampai satu minggu, suamiku yang berinisial D, kucari.kutelphon ke kantornya, tak ada di sana, lalu aku sampaikan kabar itu pada orang tuaku, coba lapor ke polisi, itu jawaban orang tuaku ( ibuku ). Belum sampai aku lapor polisi, tiba-tiba terdengar deru suara mobil suamiku, aku senang bercampur marah, benarkah seorang suami meninggalkan istri dan anak-anaknya tanpa kabar dan berita? , hati kecilku terus bertanya, suami macam apakah dia? Antara senang dan marah berkecamuk dalam hati, akhirnya kekuatan datang dalam hati, kemarahanku memuncak, aku menyalahkan diri sendiri, aku ambil barang-barang di rumah, aku lempar satu persatu, aku pecahkan kaca mobil, hidupku serasa sia-sia, pengorbananku selama ini tak ada artinya, padahal saat itu, aku belum tahu, apa suamiku punya wanita idaman lain, tapi aku merasa tidak dihargai, datang pergi datang pergi, tanpa berita tanpa mengindahkan anak dan istri.

Bila harus kuceritakan, untuk membeli oli mobil saja 3hari 3malam, satu jam dua jam kutunggu tak datang juga,aku masih ingat ketika sunatan anakku yang ketiga, hari ke 2 dia sudah pergi lagi, seolah-olah ada yang dikejar di luar sana. Aku mencoba untuk berprasangka baik terhadap suamiku, kuberanikan diri untuk bertanya, ada apa gerangan? Apa yang membuatnya lari dari kenyataan, bila perlu aku mengalah demi suamiku, untuk aku tidak ikut bekerja mencari nafkah, aku akan menjadi istri di rumah bila itu yang diinginkannya, banyaklah hal-hal yang tak masuk akal dan kejanggalan-kejanggalan terjadi, pernah aku bertanya pada teman-temanku, tentang prilaku suami-suami mereka, bahkan salah satu dari mereka bertanya, Bu, apa suami ibu ketika pulang dari luar kota ada rasa rindu? Kukatakan suamiku tak ada rasa rindu, bahkan tidurpun di depan TV dengan suara dengkuran kelelahan, ah......... tak tega rasanya aku menghakimi dan berprasangka buruk pada suamiku yang pulang dari luar kota mencari nafkah, aku masih tetap berpikiran positif, mungkin ia benar-benar kelelahan dalam bekerja untuk kami keluarganya.

Ya. . . . . . . badai itu datang tiba-tiba, Nopember 1998 ketika suamiku menghilang, itulah puncak dari kemarahanku, setelah aku lempar barang-barang, mobil kuhancurkan, dia tidak marah,dia tidak bicara, lalu kutanya, ada apa? Aku mau mendengarkan apa yang sedang terjadi, dalam kebingungannya akhirnya suamiku berterus terang bahwa dia mempunyai anak 3 di luar sana, aku diam,aku tahan, aku mencoba tidak marah untuk mengorek segala kebohongannya selama ini,walau hati bergolak menahan amarah ini, istri mana yang tega suaminya menikah lagi? Perempuan itu berasal dari kampung pesawahan Purwakarta, aku minta alamat lengkap pada suamiku, aku masih tetap menahan amarahku.

Tanpa diketahui suamiku kususul istri mudanya ke Purwakarta, berkali-kali aku nyasar , dengan air mata yang tiada henti mengalir dari wajahku, aku berusaha tegar, aku berusaha kuat, aku terus mencari dan mencari, akhirnya kutemukan alamat itu, seorang perempuan berusia sekitar 20 tahun menemui aku,halaman rumahnya dipenuhi dengan pakaian-pakaian bayi.

Ah. . . . . . . makin panas hati ini, ingin kujambak perempuan itu, ingin kutumpahkan segala kemarahanku, rupanya suamiku selama ini menghilang, menunggu kelahiran anak perempuannya yang kembar,semakin sakit hati ini ketika kuingat segala perlakuannya pada aku dan anak-anakku, tergambar semuanya, sungguh menyakitkan.

Tapi. . . . . . . gerangan apa yang terjadi ? Kusalami dia,kukatakan aku istri sah dari D , kuserahkan lillahitalla suamiku padanya ( E ), walau apa yang kukatakan tak sama dengan apa yang ada dalam hati kecilku ini.

Waktu terus berjalan, suasana rumah tanggaku semakin tak harmonis, kejadian itu kulaporkan pada atasan suamiku, semakin hancur dan terpuruk kehidupan rumah tanggaku, aku dimadu.

Ketika itu anakku yang pertama masih duduk dibangku kuliah, anakku yang kedua di SMA,yang ktiga di SMP, sedangkan yang keempat masaih SD kelas 4, anakku semua laki-laki, aku bangga dengan anak-anakku.

Aku sakit tak kuat dimadu, aku minta cerai karena tak kuat menerima prilaku suami dan istri mudanya. Suamiku tidak adil, dan yang lebih parah dan menyakitkan, istri mudanya menguasai semuanya, mungkin dia merasa menang dan masih muda atau mungkin dia merasa menang karena bisa memberikan anak perempuan kembar.

Akhirnya aku bercerai, dengan tekad dan hati hancur,ekonomi hancur, aku membesarkan anak-anakku seorang diri, kadang hidup ini dipenuhi dengan keputusasaan, aku pergi ke psikiater, untuk mengobati hati yang selalu dipenuhi dengan keputusasaan. Bila harus kuceritakan, kadang ongkos untuk anak saja aku tak punya, bagaimana ke depannya ? bagaimana masa depan anak-anakku? Mantan suamiku ? , dia lebih memilih istri mudanya.

Aku terus berdiri tegar,lelah, sangat melelahkan, aku memohon kepada Allah, untuk diberi jalan ke luar untuk membesarkan anak-anakku, sampai aku mengontrakkan rumahku, untuk biaya anakku yang pertama menyelesaikan studinya.

Melihat ibunya banting tulang sendiri dalam kelelahan,rupanya anak-anak tak tega,aku pasrah mohon jalan dari Allah, anak-anakku setamat SMA, mereka kuliah sambil bekerja, mereka membiayai kuliahnya sendiri.

Alhamdulillah selesai sudah anak-anakku kuliah, sampai aku dapat menikahkan anak-anakku satu persatu dalam kesederhanaan, sedang ayah mereka kini terbaring , sakit. Sementara istrinya pergi meninggalkannya.

Perempuan itu hanya menginginkan harta suamiku, ketika suaminya pensiun dan sakit-sakitan ditinggalkannya.

Aku hanya iba dan kasihan pada mantan suamiku, mau kembali padaku, terlambat. Semuanya sudah terlambat. Aku sekarang nyaman hidup bersama anak-anak dan cucu-cucuku.

Semoga menjadi pelajaran berharga bagi teman-teman yang membacanya.


SELAMAT HARI IBU 22 DESEMBER 2016 , SEMOGA MENJADI INSPIRASI BAGI PARA IBU DI SELURUH TANAH AIR.


Curhatan Hati Seorang IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang