Bagian Awal

5.3K 313 24
                                    


Suatu perasaan tak pernah diminta untuk datang dan pergi begitu saja pada setiap hati manusia. Tidak pernah ada yang tau bagaimana caranya hati mulai merasakan desiran aneh yang kadang sulit untuk diartikan.

Ada yang mempercayai itu sebuah rasa cinta, ada yang berkecil hati dan menampik perasaan nyata itu. Walau yang menampik, terkadang harus merasakan berbagai rintangan kecil untuk dapat mengerti bahwa apa yang ia rasakan selama ini benar-benarlah sesuatu yang nyata.

Siapa yang tau? Sebuah penolakan kecil ternyata dapat mengubah segalanya menjadi lebih manis?


***


Suasana dalam kelas yang terasa ramai itu mungkin terasa sangat membosankan bagi salah seorang siswi berjaket yang duduk dibangku barisan paling depan, tepat disebelah pintu keluar kelas. Ia sepertinya tidak begitu menikmati waktu-waktu kosong dimana tak ada guru yang mengisi mata pelajaran dikarenakan adanya rapat guru di sekolah. Kepalanya ia geletakkan diatas meja, sebuah earphone melekat ditelinganya, tatapannya sedikit kosong kearah luar pintu didekat mejanya.

Sampai tak lama kemudian, beberapa murid yang sejak tadi bermain diluar kelas berhamburan kembali memasuki kelas. Buru-buru ia melepaskan earphone-nya dan menyembunyikannya pada kolong meja. Dan ketika ia hendak melepaskan jaketnya, ia langsung mengurungkan niatnya, melihat beberapa siswa yang tak begitu familiar ikut memasuki kelas.

"Hhh..." dengusnya.

Baru saja ia terkejut dan mengira ada guru yang akan mengisi jam pelajaran. Ternyata yang datang adalah sekelompok siswa anggota Osis yang sedang memberikan beberapa pengumuman yang menurutnya tidak begitu penting untuk dibahas.

Kantuk yang menyerangnya membuat ia menguap lebar-lebar, siswi itu melirik satu per satu anggota Osis yang memasuki kelasnya. Matanya memicing ketika melihat salah seorang anggota yang ia rasa tak pernah ia lihat sebelumnya di sekolah.

Masih dengan mata yang memperhatikan detail anggota Osis di depan kelas, ia menepuk lengan teman sebangkunya.

"Apaan?" sahut temannya itu dengan wajah yang tak kalah malasnya.

"Itu siapa? Gue nggak pernah lihat dia deh kayanya..."

Murid laki-laki kurus hitam manis itu kembali mengukir ekspresi malasnya. Ia mendekatkan dirinya untuk memberikan jawaban atas pertanyaan temannya itu.

"Dia anak Osis lah. Gue pernah lihat, tapi nggak tau siapa namanya. Cantiknya kelewatan sih, tapi kayanya kuper. Mungkin kalau dia nggak kuper udah gue kejar-kejar deh..."

Siswi berjaket itu terbahak begitu kerasnya setelah mendengar ocehan dari teman laki-laki sebangkunya. Langsung ia menjadi sorotan berbagai tatap mata dalam kelas. Termasuk salah seorang anggota Osis yang mereka berdua bicarakan. Namun, seolah tak peduli dengan semua tatapan heran yang diberikan padanya, siswi dengan jaket warna tosca itu hanya kembali tertawa kecil sambil menepuk-nepuk lengan temannya.

"Ngeledek lu ya? Beneran, gue bisa gebet dia kalau gue mau!" sungut temannya.

Ia tak lagi merespon, kembali matanya menilik teliti anggota Osis yang sejak tadi ia perhatikan. Aneh mungkin, tiba-tiba sebuah senyuman terukir dibibirnya ketika berhasil menemukan sesuatu yang tak ia mengerti dari siswi cantik si anggota Osis itu.

"Yak, demikian penjelasan dari kami. Mohon maaf apabila ada kesalahan selama kami menyampaikan pengumuman. Terimakasih atas perhatiannya. Selamat siang..." tutur siswi Osis itu begitu lembut.

Pandangan mereka bertemu ketika satu per satu anggota Osis mulai meninggalkan kelas. Begitu cepat, lekas terasa, lalu seolah hilang begitu saja.

Ada hal berbeda, yang ia rasa ketika melihat sosok itu lewat. Kedua alisnya terangkat heran, melihat seulas senyum tipis dibibir itu.

No Strings AttachedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang