1. Bisakah?

108 17 1
                                    

Satu

Seorang pria tengah sibuk mengetikkan sesuatu di atas layar handphone-nya. Beberapa detik setelah ia memencet tombol send, seorang gadis berambut diikat kuda dan mengenakan seragam yang sama dengan seragam yang dikenakan pria itu, keluar dari rumah kemudian tersenyum pada seorang pria yang tengah bersandar pada badan motor gede sambil melambai kecil.

"Udah lama?" Seyna-nama gadis itu, menghampiri sang pria.

"Jarak rumah kita itu cuman 2 meter doang, Seyna."

"Aku tuh cuman basa-basi doang tau gak." Wajah Seyna berubah cemberut dengan kata-kata Orlan, pria itu.

"Sejak kapan kamu basa-basi sama aku?" Seyna makin terlihat cemberut yang bagi Orlan membuat Seyna semakin terlihat lucu.

Rumah Seyna dan Orlan bersebelahan. Sebenarnya, Seyna dan Orlan sudah dua tahun ini mereka menjalani hubungan tepatnya sejak Seyna kelas 9 SMP dan Orlan kelas 10 SMA. Mereka memang mempunyai selisih umur sekitar 1 tahun. Dan kebetulan, setelah lulus SMP, Seyna bersekolah di sekolah yang sama dengan Orlan. Bukan karna Seyna yang mau, tapi karna ibunya yang memilihkannya sekolah di situ.

"Udah ah, ayo berangkat, ntar kalo telat berarti itu gara-gara kamu."

"Iya iya, cowok kan emang selalu salah."

***

Motor Orlan melaju membelah jalanan dengan kecepatan penuh, karna jika tidak bisa-bisa mereka sampai di sekolah tidak tepat waktu.

Ketika di pertengahan jalan, Orlan merasakan ada yang aneh dengan motornya sampai membuatnya harus menghentikan motornya di pinggir jalan.

"Kenapa, Lan? Motornya kenapa? Atau ada yang ketinggalan ya?" Seyna langsung memberikan beberapa pertanyaan sekaligus pada Orlan sampai membuat Orlan bingung.

Setelah turun dari motor dan mengecek motornya, Orlan menyadari satu hal.

"Bannya bocor, Sey."

"Terus gimana dong? Mana sebentar lagi bel masuk, kita bisa telat ini. Kamu sih kenapa sebelum pergi gak dicek dulu. Kalo udah kayak gini kan-"

Sebelum Seyna makin mengoceh panjang lebar, Orlan segera menarik tangan Seyna.

Seyna sedikit kaget karna tangannya yang ditarik dengan tiba-tiba. "Eh eh, Lan, ngapain? Motor kamu gimana?"

Orlan masih terus berjalan tanpa melepaskan genggamannya pada tangan Seyna. "Tenang aja, ntar aku suruh orang buat ambil motor aku. Yang penting sekarang kita gak telat biar kamu gak perlu ngoceh terus yang bikin kuping aku sakit." Seyna mengerucutkan bibirnya. Orlan selalu tau cara menyelesaikan masalah. Meskipun kadang-kadang sikap Orlan menjengkelkan, namun hal itulah yang membuat Seyna selalu merasa nyaman ketika di dekat Orlan.

***

Sebuah angkot berhenti di depan gerbang sekolah SMA Taruna, Seyna dan Orlan kemudian turun dari angkot tersebut. Ya, setelah mereka berjalan beberapa saat tadi, sepertinya mereka sadar kalau berjalan bukan solusi untuk sampai ke sekolah dengan tepat waktu. Akhirnya Orlan mengajak Seyna untuk naik angkot, dan Seyna menyetujui.

Mereka datang tepat pada waktunya, karna pas setelah mereka berdua masuk gerbang sekolah, bel tiba-tiba berbunyi. Seyna menghela nafas lega. Tapi yang dikhawatirkan Seyna saat ini adalah tampilannya yang sudah seperti kuli bangunan- keringat yang memenuhi wajahnya akibat naik angkot tadi.

Melihat gelagat Seyna seperti itu, Orlan langsung tau apa yang ada dipikirkan Seyna.
"Mau penampilan kamu kayak pembantu sekalipun aku tetep sayang sama kamu." pernyataan tersebut langsung saja membuat pipi Seyna bersemu kemerahan.

Stay HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang