Rapat

49 7 0
                                    

FYI

💮💮          = Rayvand POV
💮💮💮      = Aira Anza POV
💮💮💮💮 = Author POV

~♡Selamat Membaca♡~

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Aku berjalan di koridor dengan raut wajah yang kesal. Badmood dengan ekskul, Mezzi dan statusku di kegiatan itu.

Saat hampir mendekati gerbang, aku tak sengaja melihat Anza yang sedang berbicara dengan seorang lelaki yang lebih dewasa dari ku, mereka sangat akrab. Lelaki itu seperti menghiburnya. Ia tertawa dengan mudahnya bersama lelaki itu.

Aku langsung berbalik. Berjalan menuju ke kelas dengan raut wajah kesal dan marah. Ia tertawa dengan mudahnya saat lelaki itu menghiburnya.

"Ray!" Teriak seseorang dari arah gerbang. Karna terlalu banyak orang, aku tak memperhatikan siapa yang memanggilku. Aku hanya berbalik arah saja.

"Syukurlah, Ray." Anza yang memanggil dan kini dia sudah berada di hadapanku.

"Ada apa?" Tanyaku datar, menormalkan nada suara. Ada rasa senang dalam kekesalan.

"Lu ada waktu kapan?"

"Maksudnya?" Aku tak mengerti apa yang dia bicarakan.

"Bisa ga sih gua nanya di jawab bukan nanya balik." Dia berdecak sebal.

"Lu duluan yang mulai." Aku hanya berkata seperlunya agar tak terlihat terlalu senang.

Anza hanya menghela nafas. "Bisa ga lu anterin gue ke SMP kita dulu. Gue mau mengingat kenangan setahun gue di SMP itu." Tersenyum pada ku dengan sangat manis.

"Kenapa gue? Kenapa ga sama Nicho atau Nadin?" Aku merutuki kebodohanku sendiri. Menyarankan hal itu.

"Sepertinya lu yang lebih deket sama gua dibandingkan mereka. Itu hanya perasaan gua saja sih."

'Perasaan mu tak salah, sayang.'

"Jadi gimana?" Ku lihat ia menaikan alisnya. "Kalo lu ga bi-"

"Nanti gua hubungan lagi." Aku bersikap seperti ini, agar tak terlalu kelihatan menyayangi dan menginginkan Anza.

"Oh, okey. Nomor lu?"

Aku menyebutkan nomor telpon ku. 'Aku dapat berhubungan lagi dengannya.'

"Nanti gua hubungi. Gue pergi dulu, ya. Bye." Dia tersenyum meninggalkanku untuk kembali bersama lelaki tadi.

Mulai hari ini aku harus mencari cara agar memilikinya! Ini semua karna ekskul bodoh ini. Hingga, aku tak bisa mendekatinya. 'Sabar Ray, hari ini terakhir.' Tapi tetap saja ini membuatku kesal. Tanpa di sadari, aku sudah sampai kelas dan langsung duduk dibangku.

"Woi, katanya mau beli makanan? Gua kok ga liat lu bawa makanan ya." Ujar Mezzi sambil celingukan ke kanan kiri ku.

"Berisik! Cepet mulai! Mood gua lagi ga enak nih." Ketusku.

Jangan PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang