251 hari sebelum gelap..
InkaMusik, hujan dan buku adalah kombinasi sempurna yang mampu menciptakan surga tersendiri bagiku. Langit nampak gelap, seolah tak ada secercah cahayapun yang tersisa. Matahari telah pergi, pergi meninggalkan langit kota Hampshire selama beberapa bulan kedepan. Ya, musim dingin telah tiba dan akan segera digantikan oleh musim salju. Sejujurnya, semya itu tak masalah bagiku karena aku bukanlah tipe gadis berusia 17 tahun yang gemar bepergian keluar rumah. Ya, aku adalah Inka William Tomlinson yang senang menyendiri di kamar atau perpustakaan sekolah.
Entahlah sejak kapan kebiasaan anti sosial itu merasuki jiwaku, seingatku semua itu berawal dari sebuah kejadian mengerikan setahun lalu. Dimana kepribadianku berubah seratus delapan puluh derajat berbanding terbalik, semua itu karena Anxiety yang kuidap. Anxiety adalah sebuah gangguan mental serius, dimana biasanya orang - orang yang mengidap gangguan mental akan mengalami depresi akibat rasa cemas yang besar dan berlebihan. Mungkin jika tak ada dukungan dari kedua orang tuaku dan Louis, aku pasti sudah lenyap untuk selama - lamanya dari bumi ini. Entah bagaimana semua itu berawal namun hanya ada satu hal yang kuingat, kegelapan yang melumpuhkan.
Kedua orang tuaku segera membawaku ke salah seorang psikolog bernama Anne dan aku harus menjalani serangkaian terapi yang bisa membantuku untuk keluar dari lingkaran setan itu. Dan hasilnya, sama sekali tak mengkhianati.
"Inka berarti kehidupan dan cinta dalam bahasa suku Mayan. Hidupmu adalah sebuah anugerah yang dipenuhi dengan rasa cinta maka jangan pernah putus asa dalam mempertahankan anugerah indah itu."
Aku menatap rintik - rintik hujan yang turun dari dalam kamarku. Merenung sembari menikmati keindahan alam favoritku - hujan. Mungkin aku adalah salah satu dari orang - orang aneh di dunia ini yang selalu membuka jendelanya lebar - lebar saat hujan turun. Membiarkan aroma tanah basah yang khas memenuhi kamarku dan membuatku tenang.
"Melamun lagi huh?" suara yang tak asing itu menyapa kedua indera pendengaranku bersamaan dengan suara pintu kaca yang didorong hingga terbuka. Aku menoleh sedikit dan menaikkan sebelah alisku saat mendapati Louis yang tengah berdiri tepat di depan pintu. "Bolehkah aku masuk?"
Aku mengangguk samar yang kemudian dibalas oleh suara langkah kaki Louis yang khas. Pria berusia 18 tahun itu nampak sangat rapi seperti biasanya dalam balutan kemeja berwarna biru tua dan celana pendek hitam selutut. "Ada perlu apa?" aku bertanya, tentu saja aku bingung karena bagaimanapun juga Louis sangat jarang datang menemuiku tanpa alasan.
"Mom dan Dad akan berada di London selama seminggu untuk mempresentasikan hasil temuan baru mereka jadi malam ini aku akan mengadakan pesta bersama teman - temanku, kuharap kau tak akan keberatan." ujar Louis kemudian mengembangkan senyuman manis di bibirnya.
Aku menggeleng samar, "kau tak usah khawatir Lou, lagipula kau harus merayakan kemenanganmu bukan?"
Ya merayakan sebuah kemenangan. Louis bergabung dalam klub sepak bola di sekolah dan baru - baru ini memenangkan pertandingan antar sekolah. Jadi kurasa sah - sah saja kalau ia berencana untuk merayakan kemenangannya. "Baiklah, aku akan pergi keluar untuk membeli persiapan pesta apakah kau butuh sesuatu?" tanya Louis perhatian
"Ummmmm...kurasa tidak ada." aku menjawab ragu, sejujurnya aku sama sekali tak tahu apa yang aku butuhkan saat ini.
Louis mengerutkan dahinya, "apakah kau yakin tak menginginkan secangkir green tea latte untuk menemani hujan dan buku yang tengah kau baca itu?" ah Louis, dia memang selalu tahu. Aku tersenyum ke arahnya, "baiklah kalau begitu." Louis berjalan mendekatiku dan memelukku, seperti biasa. "Jangan lakukan hal - hal bodoh itu lagi karena kami semua menyayangimu." bisik Louis sebelum akhirnya melimbai meninggalkan kamarku.
***
From : Bianca
Aku dengar dari Herriet bahwa di rumahmu akan ada pesta malam ini!! FOR GOD SAKE BISA - BISANYA KAU TAK MENGUNDANGKU!! AKU AKAN DATANGMungkin Bianca akan menjadi alasanku untuk datang ke pesta itu. Walaupun ia menyebalkan akan tetapi, hanya Bianca temanku satu - satunya.
Pesta, demi teman.