Aku mendengar suara berisik dari lantai bawah, kurasa pesta itu sudah dimulai. Well tunggu, apa peduliku soal pesta itu? Aku merebahkan tubuhku yang letih diatas kasur kemudian memejamkan kedua mataku, damai. Terasa sangat damai walaupun suara binatang - binatang malam yang biasa menemani tidurku entah kemana perginya dan digantikan oleh suara dentuman musik yang cukup keras.
Tiba - tiba ponselku bergetar, aku meraih ponselku dengan malas. Sebuah pesan dari Bianca, sial jangan bilang gadis centil itu jadi datang ke pesta Louis.
From : Bianca
Susul aku!! Aku sudah berada di depan rumahmu.Aku berdecak kesal dan memutuskan untuk menyusul Bianca. Aku menuruni satu demi satu tanggga penghubung antara lantai dua dan lantai satu, suara musik itu terdengar sangat keras hingga aku harus menutup kedua telingaku. Sungguh aku tak terbiasa dengan ini semua, ada puluhan orang yang datang ke pesta Louis dan aku hanya mengenal beberapa diantaranya. Niall, si pirang yang sudah menjadi sahabat Louis sejak kecil serta Liam yang kini tengah bersenda gurau dengan Sophia, kekasihnya yang sangat terkenal dikalangan anak - anak sosialita Hampshire.
Aku berjalan dengan sedikit tergesa - gesa sebelum ada orang yang menyadari keberadaanku. Entahlah, aku hanya kurang nyaman berada dalam kerumunan orang banyak seperti ini.
Brukkk!!!
Sial, aku merintih pelan ketika tanpa sengaja seorang pemuda berambut hitam menabrakku dengan keras. Aku mendongak, menatap wajah pria itu. Sepertinya aku tahu siapa dia, kurasa salah satu sahabat Louis atau teman satu klub sepak bola. Entahlah.
"Maaf, aku tidak sengaja.." suaranya terdengar begitu jernih, sangat merdu hingga berhasil menyingkirkan suara dentuman musik yang keras. Kedua matanya yang dihiasi manik berwarna cokelat terang itu sungguh indah, menciptakan kombinasi sempurna dengan wajahnya yang tampan. "Apakah kau baik - baik saja nona?" Deg! Hayalanku terhenti ketika suaranya yang merdu itu terdengar lagi, dia berhasil membuatku salah tingkah.
Aku menggaruk bagian belakang kepalaku, kuharap ia tak menertawakan ekspresi wajah bodohku saat ini, "ummm... tidak, aku juga minta maaf karena aku berjalan terlalu cepat." Sial aku tak tahu harus berkata apa padanya.
Ia tersenyum, senyum paling indah yang pernah kulihat seumur hidupku. Ia begitu tampan dan manis, mengapa aku baru bertemu dengannya sekarang?
"Zayn Javadd Malik." Ia mengulurkan tangannya, dengan gerakan pelan aku membalas jabatan tangannya. Ada getaran aneh yang kurasakan saat telapak tanganku bersentuhan dengan telapak tangannya. "And what's your name?"
"Inka Tomlinson, but you can call me Inka." Aku tersenyum ke arah Zayn.
"Oh Louis's sister, by the way i like your name. It's very beautiful, as you."
Aku merasa seolah ada ribuan kupu - kupu yang terbang dalam diriku saat bibirnya yang indah itu melontarkan kata - kata semanis itu.
***
"Tak ada seorangpun yang aku kenal disini," gerutu Bianca sembari menatap tanpa arti ke arah kerumunan orang yang nampaknya sangat bahagia itu. Well, jika bukan karena Bianca maka aku sama sekali tak tertarik untuk bergabung di pesta ini.
"Mana mungkin kau kenal mereka, lagipula kita hanya sophomore dan mereka itu adalah senior," kataku kesal.
"Inka.."
"Hmm?" Aku menjawab Bianca acuh.
"Semua teman - teman kakakmu berasal dari kalangan anak populer di sekolah, lantas mengapa kau tak bergabung saja dengan mereka?" Sontak aku menoleh ke arah Bianca.
"Aku tidak suka bersosialisasi."
Bianca mengedikkan bahunya pelan kemudian melemparkan pandangannya ke arah seorang pemuda yang tengah dikerumuni oleh beberapa gadis cantik. "Lihatlah pemuda itu, ia sungguh tampan."
Aku menyipitkan mataku, berusaha untuk menatap wajah pemuda itu lebih jelas. Well wajahnya familiar namun aku tak tahu siapa namanya. "Siapa namanya?"
"Harry Edward Milward Styles, who else."
Nama belakang pemuda itu sangat familiar bagiku. Tunggu!! "Apakah pemuda itu adalah salah satu kerabat dokter Gemma Styles?"
Bianca mengangguk, "salah satu anggota keluarga Styles yang terhormat."ujar Bianca acuh, "tapi sayang sekali, dia itu playboy yang ulung. Gemar bermain wanita, entah sudah berapa banyak wanita yang ia sudah tiduri dan patahkan hatinya."
Aku tertawa sarkastis hingga berhasil menyeret perhatian Bianca yang sendari tadi terfokus pada sosok Harry Styles yang ia anggap super tampan itu. "Sebenarnya gadis - gadis itu saja yang bodoh. Mereka sudah tahu bahwa Styles adalah seorang playboy dan mereka tetap saja menggantungkan harapan yang terlalu tinggi padanya."
Bianca mendesah pelan, "maka dari itu aku mencoba untuk melenyapkan perasaanku padanya." Bianca berkata lesu kemudian menyesap cocktail kesukaannya.
Aku merangkulnya, "you're a good girl and you deserve more than Harry Styles."
"Oh im scared." tiba - tiba suara berat yang dibalut dalam aksen Inggris yang kental mengejutkanku dan Bianca.
Kami berdua menoleh bersamaan. Sial!!