Prolog

63 6 2
                                    

Serakah, tamak, tak mau berbagi, tak pernah puas, itulah kata kata yang selalu dikeluarkan oleh makluk lain untuk membicarakan manusia. Manusia telah merampas hak mereka. Mereka hidup telantar. Makluk lain telah membuka diri dengan manusia, mereka hidup berdampingan, saling membantu, tapi semua itu tak pernah berlangsung lama.

Rasa tak puas selalu ada. Manusia membunuh, menyakiti, menganiaya seluruh makluk yang tidak bersalah. Manusia hanya menganggap dialah yang paling kuat, dialah yang paling berkuasa. Tapi manusia lupa, bahwa tanpa mereka, manusia tidak bisa hidup. Secara tidak sadar, manusia sangat ketergantungan dengan makluk lain. Manusia tak pernah menyadarinya, mereka hanya memikirkan diri sendiri.

Sesungguhnya, makluk paling kuat bukan lah manusia. Makluk paling kuat ialah peri. Peri lah yang memberi kehidupan pada manusia. Peri lah yang diam diam menyuburkan tanaman agar hewan ternak dapat makan dengan lahap, agar manusia bisa memakan hewan ternak setelah itu. Manusia tak pernah menyadari kehadiran peri. Mata mereka selalu dibutakan dengan keserakahan duniawi.

Perlahan lahan, populasi peri semakin langka. Manusia berusaha untuk menyakiti dan membunuh peri. Peri hanya diam, mereka diciptakan untuk menolong manusia bukan menyakiti. Peri tidak bisa membalas kekerasan manusia.

Semua peri dilatih untuk bela diri. Bela diri untuk melindungi diri tapi tidak menyakiti manusia segores pun. Seorang pangeran peri yang sudah ditakdirkan untuk melindungi peri telah datang. Negeri peri akan aman untuk masa depan.

Negeri peri aman dari manusia, peri tetap bisa menjalankan tugasnya untuk menolong manusia secara diam-diam.

Tapi sampai kapankah manusia tak pernah menyadari kesalahan mereka? Sampai kapan manusia tidak mau mengakui kekalahan mereka? Sampai kapankah manusia tidak sadar bahwa mereka makluk lemah?

Apa manusia bisa sadar jika mereka ditempatkan dalan situasi yang sangat serius? Sebuah bencana yang besar akan tiba untuk menyadarkan manusia. Perlahan-lahan kaum manusia akan punah jika tak ada satupun dari mereka yang mau mengakui kalah. Bencana ini akan membuat manusia membuka matanya lebar-lebar. Membuka pikirannya. Membuka semuanya menjadi jernih dan menghasilkan suatu yang baru.

Sebuah benih baru tumbuh menjadi manusia sempurna, manusia yang tak pernah menutup mata hanya untuk sebuah kekayaan. Bencana ini akan mengingatkan manusia bahwa serakah tidak akan ada gunanya. Hidup tanpa makluk lain tidak akan dapat berlangsung lama.

Dengan sebuah bencana ini, manusia akan menjadi lebih baik. Manusia dapat menghargai kehidupan makluk lain dan dapat hidup berdampingan tanpa ada masalah pertarungan lagi.

Snow sparklesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang