capter 10

33.7K 735 14
                                    

Aku membuka mataku secara perlahan. Aku melihat Tasya sedang ada di hadapanku.
"Loura.Akhirnya,kamu sudah sadar."
"Aku di mana ini Tasy?"( sambil memegang kepalaku yang masih pusing )
"Kamu di rumah sakit. Loura. Tadi,aku panik ngelihat kamu pingsan di gudang supermarket."
"Apa! Aku pingsan di gudang."
"Iya. Oh ya aku sudah memberikan bingkisan itu ke pada Brave dan Billy. Mereka masih ada di kamar. Kamu mau ke sana loura?"
"Emm...iya."

Aku perlahan lahan berjalan dan masih di bantu oleh Tasya. Sesampainya Brave terlihat panik melihatku.
"Loura. Kamu kan masih sakit. Kok kamu sudah berjalan jalan sih."
"Iya gak apa apa kok Brave. Aku kan pengen bantuin kamu."
"Gak usah. Loura,kan ada Tasya dan Billy yang bisa membantuku."
"Baiklah. Aku tidak bisa memaksa."

Tasya membantu Brave dan Billy beres beres. Aku hanya bisa melihatnya dan terduduk di sofa yang empuk.

Tiba tiba saat aku mengarah ke jendela aku melihat pemuda tampan itu lagi sedang berada di balik jendela sedang menangis dan memperhatikan Brave dan Billy.

Tapi,setelah ku perhatikan. Dia yang berada di gudang tadi. Aku masih teringat dan aku sangat bingung.
Siapa kakek itu,kenapa saat dia menangis dia bisa berubah menjadi lelaki tampan.

Melamunku hilang saat Tasya memanggilku.
"Loura. Ayo! Antarkan Brave dan Billy keluar."
"Ehh iya  .... Iya Tasya."
"Mau aku bantu."
"Tidak makasih Tasya. Aku bisa sendiri kok."
"Oke."

Aku dan Tasya mengantarkan Brave dan Billy sampai mereka menemukan taxi.
"Makasih ya Loura, Tasya. Sudah membantuku."
"Iya,terima kasih Loura telah menjaga ka Brave."
"Iya sama sama. Aku dan loura juga senang membantu kalian."

Taxi itu pun dalam sekejap hilang dari pandangan ku dan Tasya. Tasya mulai lebay menceritakan tentang Brave. Tapi,aku hanya tersenyum melihat tingkah sahabatku.

Karena aku sangat bosan beristirahat di kamar. Aku pun meminta Tasya untuk menemaniku di taman belakang rumah sakit.
"Tasy. Temenin aku yuk ke taman."
"Oke loura. Aku siap kok. Nemenin kamu."
"Makasih ya. Tasya kamu selalu ada di deketku."
"Sama sama loura."

Tasya menemaniku ke taman. Di sana banyak sekali bunga bunga yang bermekaran. Dan aku sangat suka satu bunga berwarna merah muda. Aku pun mendekati bunga itu.

Tiba tiba saat aku memetik bunga itu aku melihat kakek yang ku kenal duduk di bawah pohon sendirian. Aku menghampiri kakek itu dengan membawa sekuntum bunga yang tadi ku petik.
"Kek. Kakek kok sendirian?"
"Ehh.. Loura kamu ada di sini? Sudah dari tadi?"
"Engga kok kek baru aja. Oh ya kek. Kok kakek sendirian di sini?"
"Lagi istirahat dulu loura."
"Ohh.. Kek. Aku mau tanya sebenarnya nama kakek tuh siapa sih?" ( penasaran )
"Nama aku Steven william."
"Lohh.. Steven william. Kok...kok.. Mirip nama temen aku."
"Loura. Sebenarnya,aku bukan kakek kakek yang kamu kenal. Terus,lelaki yang kamu bilang tampan itu adalah aku. Setiap,aku menangis aku pasti berubah menjadi pemuda tampan."

Aku sangat kaget dan tak menyangka kalau yang selama ini aku lihat adalah benar bukan ilusi aku semata. Aku pun masih penasaran.
"Terus.."
"Orang yang kamu kenal Brave dan Billy dia adalah adik aku. Aku berubah seperti ini karena aku di kutuk oleh ibuku. Aku tidak boleh melihat saudara kembarku lahir. Aku juga tidak tahu kenapa ibuku membenciku."
"Lalu,kenapa kamu tidak jujur kepada Brave dan Billy. Kalau kamu adalah kakak mereka?"
"Aku takut mereka tidak percaya dan aku di ancam oleh ibuku. Jika,aku mendekati saudara kembarku aku akan di bunuh oleh ibuku sendiri."
"Aku mungkin bisa....."

Belum aku melanjutkannya, Steven sudah pergi dan menghilang dari hadapanku. Dan kebetulan Tasya datang menghampiriku.

Stevra [Completed] [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang