Just Like Simply

123 8 2
                                    

"Apakah kata - kata dapat menjamin cinta...?"

*****

Semua lukisan indah berjejer rapi. Tapi hanya satu yang dapat menarik perhatian gadis itu. Seakan yang lain hanya sebagai pelengkap dan penghias di sekelilingnya saja. Jangankan menoleh, melirik saja tidak. Seakan perhatiannya hanya tertuju pada satu titik fokus.

Tidak mengherankan. Sebuah lukisan sunflower layu dengan bayangan kebakaran di belakangnya terlihat begitu nyata. Perhatian siapapun dapat ditariknya. Termasuk gadis itu. Dan diriku.

"Dazriell!!!"

Pekikan memekakan tadi mengagetkanku. Mengembalikan seorang Dazriell Alvaro pada dunianya. Yang bersebelahan dengan gadis lain bercelana jeans belel, kaos hitam dan kemeja yang tidak cocok untuk ukuran seorang gadis. Seharusnya dulu dia menjelma menjadi laki - laki saja.

Namanya Agatha Gracea. Seorang perempuan tomboy berperawakan sedang. Wajahnya manis dengan rambut hitam panjangnya. Sedikit bergelombang dan menawan. Hanya saja sikapnya cenderung ganas, galak, dan sulit ditebak.

Aku hanya membiarkannya mencak - mencak dengan wajah kesalnya yang menungguku. Dia memang paling tidak suka yang namanya pergi ke museum lukisan. Yang ada di fikirannya memang hanya makanan dan terus saja makanan.

"Katie Andella namanya kalok lo pengen tau. Temen sekelas kita. Masak lo sebego itu sampe gatau?!"

Mataku membelalak kaget saat mendengar ucapannya. Jadi gadis itu Katie? Aku tau. Dialah yang selama ini dikabarkan tidak bisa berhenti bercerita pada setiap orang yang ditemuinya. Gadis pecicilan yang selalu tidak bisa diam apapun keadaannya.

Yes!!!

Jadi dia temen sekelas aku? Wahhh itu kesempatan yang bagus. Seenggaknya aku bisa lebih deket sama dia. Tapi ah udahlah. Wajahku yang di bawah rata - rata mungkin tidak bisa menarik perhatiannya. Dasar Dazriell bodoh.

"Pulang! Gila aja lo mau setaun di sini? Mau jadi penunggu?!" Whoa sepertinya emosi Agatha sudah tidak bisa ditahan lagi.

"Oke kita pulang." Jawabku dengan nada sedikit terpaksa.

Sampai jumpa Katie. Cerita kita akan berlanjut besok di sekolah. Aku janji akan membuat hariku denganmu menjadi lebih baik ketimbang hari sebelum - sebelumnya. Kertas diary kosongmu akan kuberi dengan bermacam - macam warna menyenangkan. Aku janji.

###

Sebagai seorang murid ginius, kemauanku semuanya dituruti. Ini yang paling menguntungkan. Adalah gak dapet piket dan duduk manis di bangku.

"Ariel... PIKET." Teriak seseorang di sebelah telingaku.

"Ariel, Ariel, lo pikir gue duyung?! Nama gue Dazriel." Aku membelalakkan mataku, meski kutau itu tidak begitu menyeramkan.

"Inget gak, anda itu orang yang paling rajin piket Tuan Alvaro." Seorang dengan rambut twin tile nya tersenyum sinis.

"Dasar jones. Lo itu cocoknya dimasukin ke dalem tungkunya nenek sihir. Diaduk aduk sampe jadi adonan yang kalis. Lo itu yah. Gue kesel sama lo. Awas aja lo. Gue sumpahin jomblo seumur idup tau rasa. Apa lo gatau seberapa beratnya jadi gue? Gue itu cogan paling kece di sekolah ini. Lo ganyadar dengan itu semua? Lo harusnya ngehargain gue dong. Okey gue tau lo jenius. Emm... engga juga sih. Tapi, Sekarang dengan seenaknya anda membentak saya?! Anda tau jika saya tersinggung?!" Aku mengatur nafasku yang mulai naik turun karena semangat menggebu - gebu.

"Engga." Jawabnya datar.

"Oh Tuhan, lo tau gue udah bicara panjang lebar?! Tapi lo jawab dengan satu kata getoh????" Aku semakin marah saja padanya.

Just Like SimplyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang