Chapter 8

38 6 2
                                    

Jadi yang pertama, gue mulai rada aneh sama cerita sendiri. Gue merasa judul sama alur tuh ga sejalan. Jadi semakin hari gue berusaha buat bikin cerita yang lebih masuk akal. Dan chapter kali ini gue bakal skip sampe November jadi biar ga ketinggalan banget tanggalnya soalnya ntar gue malah gabisa mikir.

Jumat, 27 November 2015

ODREYS POV

Jam 4 alarm gue berbunyi, gue langsung bangun dan mandi. Selesai mandi gue pake baju dan solat subuh. Abis itu gue bangunin Eja, soalnya dia sekarang yang kebo.
"Ja, bangun udah mau jam 5. Ini hari jumat." Suruh gue ke Eja.

"Iyaaa hoam, bentar 5 menit lagi ok." Katanya sambil menguap.

"Yee, 5 menit mulu, om. Qifra tau lu kebo ogah dia, Ja." Ledek gue.

"Bodo ah elah ngantuk gua abis begadang." Elak Eja.

"Ejaaaa!!! Bangun! Nanti telat." Teriak gue.

"Emang kenapa dah? Jumat ini juga. Masuknya juga jam setengah 7." Ujarnya.

"Apa lo ga inget? Hari ini hari apa?" Tanya gue.

"Ya jumat gimana sih lo." Gumamnya.

"HARI INI QIFRA ULANG TAHUN CONGE. LO MAU NEMBAK QIFRA WOY." Teriak gue.

"EH IYA ANJING-ANJING." Kata Eja yang panik. Eja langsung bangun, mandi, pake baju, solat subuh. Dan tak ketinggalan, pomade dan parfum. Dia ga terlalu suka pake pomade sebenernya, tapi biar agak rapih dikit, Eja pun pake pomade.

REZAS POV

"EH IYA ANJING-ANJING." Gue yang belom melek 100% panik seketika saat gue inget hari ini Qifra ulang tahun dan gue berencana buat nembak dia.

(A/N : ini ceritanya Reza sama Qifra belom pacaran yak.)

Gua langsung bangun, mandi. Di kamar mandi, gue mandi sebersih-bersihnya. Setelah mandi, gue pake baju terus solat. Saat gue berkaca, gua merasa ada sesuatu yang kurang. Rambut gue berantakan, dan solusinya hanya satu, pomade. Gue membuat jambul dengan pomade gue. Gue rapihin rambut gue serapih-rapihnya. Setelah itu, gue turun ke bawah buat pake sepatu. "Den Eja ga sarapan dulu? Bibi udah siapin roti di meja. Oh iya, tadi Non Odrey nitip pesen, katanya dia berangkat duluan dan bunganya udah dibawa sama si Non." Tanya Bi Marni sambil ngasih pesen yang dititipin Odrey. "Oh iya, Bi. Ini aku juga mau berangkat. Aku sarapan di sekolah aja nanti jajan." Bales gua. "Den Eja mau nembak cewek ya? Goodluck ya, Den." Kata Bi Marni yang membuat gue kaget. "Loh kok bibi tau?" Tanya gue. "Bibi juga pernah muda, Den." Canda Bi Marni sambil tertawa. Lalu, gue pun berangkat sekolah dianterin Om Hardi.

(A/N : kalian kan tau ya meskipun anak di bawah umur ditinggal ortunya buat kerjaan pasti ada yang jagain. Nah Om Hardi sebagai adik dari ayah Odrey dan ayahnya Reza, tugasnya jagain dan ngurusin Odrey sama Eja.)

Sesampainya di sekolah, gue naro tas di kelas dan langsung nyari Odrey. Berhubung ini hari jumat dan bakalan ada senam bersama sebelum belajar, gue tau Odrey ada dimana, kantin. Gue bergegas ke kantin dan mencari Odrey. Ternyata Odrey lagi beli jus.
"Drey, bunganya mana?" Tanya gue.

"Ada di tas gue." Balas Odrey singkat.

"Anyway, gue gimana? Ada yang kurang gitu?" Tanya gue.

"Um...lo mending pake hoodie abu-abu lo. Lo bawa kan?" Tanya Odrey.

"Bawa, bawa. Kira-kira gua nembaknya kapan ya?" Gue pun bertanya lagi.

"Sekarang aja. Senam masih setengah jam lagi. Nih jus gue udah jadi."

"Yaudah."

Kami bergegas ke atas untuk mengambil bunga. Lalu kami turun ke lantai 2 untuk ke kelasnya Qifra. "Gimana? Lo siap, Ja?" Tanya Odrey. "Siaplah, Eja." Balik gue. Odrey lalu nyuruh teman sekelasnya buat panggilin Qifra keluar. Sementara itu gue narik napas dalem-dalem dan umpetin tangan kiri gue yang lagi megang bunga di belakang. Dan ketika Qifra keluar hati gue berdegub kencang.

"Hai, Qifra...hehe." sapa gue.

"Hai, Eja!!" Sapa dia balik.

"Um...happy birtday ya!! Semoga di umur lo yang ke-13 ini menjadi berkah dan semoga lo bisa sukses ya dan masih banyak lagi..haha."

"Makasih ya, Eja. Lo ngucapin di line aja kali ga usah ngomong langsung, haha."

"Um..sebenernya gue kesini bukan cuma mau ngucapin happy birtday, Qif. Gue mau nanya sesuatu sama lo." Jantung gue berdegup kencang dan gua semakin nervous.

"Yaudah, Ja. Tanya aja. Sans, elah."

"U-um...sebenernya gue mau nanya ini dari lama. Dan gue udah nyimpen perasaan ini sampe gue ga tahan lagi. Terus yaa gimana ya....um..mlo ma-mau jadi pa-pacar gue ga, Qif? Gue udah terlanjur sayang sama lo." OH MY FUCKING SHIT, I JUST ASK HER OUT. Di sekeliling pada cie-ciein dan nyuruh Qifra buat terima gue. Ekspresi Qifra bener-bener kaget dan gatau harus gimana. Kami bertatapan mata dalam waktu yang singkat. Gua optimis kalo gue bakal diterima.

"Maaf, Ja. Gue ga bisa nerima lo. Gue boleh pacaran, tapi gue juga harus nentuin pilihan yang tepat. Dan gue ngerasa kita ga cocok. Jadi, sekali lagi gue minta maaf banget karena gue gabisa nerima lo." Jawaban yang sangat tidak terduga. Hati gue hancur. Jantung gue rasanya berhenti. Dalam hati gue rasanya gue pengen nangis. Gue cengo gatau harus jawab apa.

"Iya, Qif. Gue gapapa. Kan keputusan juga ada di tangan lo. Um, ya udah ya gue balik aja ke atas. " Kata gue yang nyesek.

"Yah, Qif." "Terima aja, Qif elah" "Terima woy anjeng gua butuh pj." Anak sekeliling teriak kecewa karena Qifra nolak gue.

ODREYS POV

"Maaf, Ja. Gue ga bisa nerima lo. Gue boleh pacaran, tapi gue juga harus nentuin pilihan yang tepat. Dan gue ngerasa kita ga cocok. Jadi, sekali lagi gue minta maaf banget karena gue gabisa nerima lo." Wow, gue kaget dengernya. Eja bengong dan langsung bilang kalo dia gpp padahal dia patah hati. Dia langsung balik ke atas dan gue langsung nyusul.

"Ja, lo gpp kan?" Tanya gue sambil ngikutin dia ke kelas.

"Yeah, im fine. Jangan khawartir." Elak Eja.

"Tapi Ja gue tau lo sakit."

"Ya, itu kan keputusan dia. Gue ga bisa maksa. I will forget it, okay? It just hurts me a bit."

"Okay, tapi lo juga harus cerita tentang perasaan lo nanti di rumah ya.."

Dan tanpa gua sadari, gua duduk disamping Hendy. "Oh my god, no no no." Ujar gue dalam hati. Hendy nengok ke gue. "Maaf!" Ujar gue sambil kabur ke kelas.

HENDYS POV

Gue lagi chatan sama Qyara di kelas memperdebatkan sesuatu. Tiba-tiba gue mendengar suara cewek.

"Ja, lo gpp kan?"

"Tapi Ja gue tau lo sakit."

"Okay, tapi lo juga harus cerita tentang perasaan lo nanti di rumah ya.."

Dan gue segera mengenalinya. Itu Odrey. Gue langsung nengok ke dia. Dia juga nengok ke gue. Tampangnya seperti baru sadar kalo gue daritadi duduk di sampingnya. Odrey langsung meminta maaf dan kabur ke kelasnya. Gue bingung dia minta maaf buat apaan....

Gue juga melihat muka Eja kusut. Gue nyamperin dia dan bertanya padanya.

"Hey..Ja. Lo kenapa pagi-pagi mukanya udah kusut aja."

"Hah? Engga, gpp."

"Kaga boleh rahasia-rahasiaan."

"Gue nembak Qifra dan dia nolak. Alasannya karena dia bilang dia sama gue ga cocok. Padahal gue udah sayang banget sama dia."

"Kencing belom lurus jangan nangis gara-gara cinta, lah."

"Lah...siapa yang nangis?"

"Ya ga nangis sih tapi sedih."

"Ya gitu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear CousinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang