Septian bukan kali pertamaku. Hubungan kami berawal dari ketidaksengajaan. Ah bukan, ini sebuah kesengajaan yang sudah disusun Septian untuk merebut hatiku dari yang terdahulu.
Aku masih ingat awal pertemuan kami di kos Kak Ova teman seangkatan Septian. Saat itu aku baru selesai jogging dengan Kak Ova dan memutuskan untuk beristirahat sebentar di kos Kak Ova. Aku dan Kak Ova berasal dari suku yang sama jadi sedikit banyaknya nyambung untuk ngobrol. Dulu, aku lumayan dekat dengan beberapa angkatan 2013.
Saat itu Kak Ova dan Septian satu kelompok dalam mata kuliah, ah aku lupa mata kuliah apa. Mereka tidak hanya berdua, ada kakak kakak lainnya yang menjadi anggota kelompok. Itu sekitar pukul delapan malam, Septian dan yang lainnya datang ke kos Kak Ova untuk mengerjakan tugas kelompok mereka.
"aa itu ada lisa aa di dalam aa" kata kak Ova sesampainya septian di teras.
Sebenarnya aku dengar dari dalam apa yang dikatakan kak Ova tapi aku hiraukan karna aku tidak kenal aa yang ia panggil, aku belum mengenal Septian saat itu.
Mereka sibuk membuat property untuk tugas mata kuliah mereka, sedang aku? aku sibuk main line get rich di kamar Kak Ova . Sesekali aku keluar kamar kak ova untuk menyapa mereka dan sedikit ngobrol tentang tugas yang mereka kerjakan karna aku penasaran dengan tugas yang beberapa semester kedepan pasti akan menjadi tugas ku juga kan?
Aku kembali masuk ke kamar Kak Ova dan beberapa menit kemudian Septian menyusul ku tapi dia tidak masuk ke dalam kamar, dia hanya duduk di depan teras rumah fana merah jambu *lah malah jadi nyanyi fana merah jambu punyanya fourtwenty, oke skip!
"Kamu lisa adeknya Baim ya, yang dari Medan?" tanya Septian sambil menurunkan rokoknya.
"iya bang benar, kok abang tau? abang temannya bang Baim ya?" tanya ku kembali sembari bermain get rich
Obrolan kami terpotong karna Septian harus kembali membuat property dengan yang lain. Aku kembali keluar dan duduk diantara mereka sembari memperhatikan kegiatan mereka.
"Kak, ini tuh kalian buat apa?" tanyaku
"Oh ini tuh kami lagi buat darah-darahan untuk property syuting gin, nanti kamu juga bakal repot di mata kuliah ini kok, tunggu aja dua semester lagi" jawab kak Maria
Aku kembali diam memandangi mereka. Di tengah kesibukan mereka, Kak Ika, salah satu anggota kelompok tiba tiba nyeletuk "Aa Septian kok diam aja ya dari tadi biasanya berisik ya gaes ya" ucapnya sambil senyum senyum ke yang lain.
"iya ya, Septian dari tadi diam diam aja ya wee, malu malu nih kayaknya karna ada doi disini" sambung Kak Ova.
Aku tetap diam memandangi mereka dan mengabaikan gurauan yang mereka lontarkan. Begitu polosnya aku dulu karna aku tidak tahu ternyata doi yang mereka maksud adalah aku.
"yee apaansih kalian tuh, udah atuh udah diem aja, kita kerjain ini dulu" ucap Septian sambil mengaduk campuran pewarna yang sedang mereka masak.
Aku kembali masuk ke kamar Kak Ova untuk menyusun chargerku ke dalam tas.
"kakak kakak aku pamit pulang ya aku udah dijemput sama bang angin" kataku sembari memakai jaket.
Ah iya, Angin adalah kekasih ku sebelum Septian. Hubungan ku dengan Angin masih terhitung beberapa bulan pada saat itu.
"yah gin, kok udah pulang nanti ada yang ga semangat kalau kamu pergi, ya aa septian ya" ucap Kak Ika sambil melirik Septian.
Aku langsung pamit pergi dan sekali lagi ku abaikan gurauan mereka karna aku memang tidak punya perasaan apa apa dan tidak paham dengan guraun mereka.
Itu kali pertama pertemuan ku dengan Septian.
Beberapa hari kemudian kami tidak sengaja bertemu kembali, kali ini kami bertemu di kos Bang Baim.
Bang Baim adalah senior ku dulu di SMA sebelumnya kami belum pernah bertemu, aku mengenal Bang Baim sebatas sosial media melalui mantanku, Ari. Kali pertama pertemuan ku dengan Bang Baim bukan di Medan melainkan di Jogja. Aku masuk ke universitas dan menemukan kos di Jogja atas bantuan Bang Baim dan temannya.
Beberapa kali aku datang ke kos Bang Baim untuk mengisi kegabutan ku di kos karna kos ku dengan Bang Baim hanya lima langkah, ya benar kayak lagu dangdut tapi bedanya Bang Baim bukan kekasihku loh ya!
"eh ada lisa, kebetulan nih ada septian" kata bang baim sembari senyum senyum di depan laptop nya
Lagi dan lagi aku abaikan candaan yang sama seperti di kos Kak Ova karna pikirku itu memang hanya candaan biasa.
Hari ke hari kami sering bertemu di kos Bang Baim dan bisa dibilang pertemuan kami semakin intens tapi aku masih belum punya rasa apa-apa saat itu karna yang ku tau Septian pun sudah punya kekasih dan sudah berjalan lima tahun jadi pikirku Septian tidak mungkin serius menyukai ku saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR (LONG DISTANCE RELIGIONSHIP)
RomanceKisah ini mungkin sudah sering kau dengar entah dari pengalaman teman mu, saudaramu, atau pengalaman dirimu sendiri? Maaf kalau ada yang kayak cerita hidupmu kisah ini tidak bermaksud menyinggung siapapun. Kisah ini ditulis untuk menjadi memori inda...