Matahari mulai bergerak ke ufuk barat, kembali ke tempat asalnya. Aku masih terdiam di balkon rumahku sambil membaca buku kesayanganku dengan ditemani teh hangat favoritku. Oh iya, perkenalkan namaku Addara Putri Natalia, biasa dipanggil Nata. Hobbyku membaca buku, ya aku memang kutu buku, tetapi aku tidak se-nerd yang kalian bayangkan.
Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara alias anak bungsu. Aku memiliki seorang kakak perempuan, namanya Kak Delya. Kak Delya sendiri baru-baru ini menamatkan pendidikannya di sebuah universitas ternama di Indonesia dan sekarang sudah bekerja sebagai Dokter di sebuah rumah sakit di Bali.
"Ataa, mandi dulu, udah sore nak," panggil Mamaku dari bawah. "Iyaiya mah, sekarang Ata mandi kok." Jawabku. Aku pun segera merapikan novelku dan membawanya ke dalam kamar. Aku meletakkan kaca mataku dan bergegas untuk mandi sebelum mamaku mengamuk..
"Ata, makan dulu sini." Kata Mama dari lantai bawah. "Iyaiya mah, sekarang Ata turun." Jawabku sembari keluar kamar dan menuju ruang makan di lantai bawah. "Ayo makan." Kata Papa sembari mengulurkanku sebuah piring putih.
Aku pun menerimanya, lalu duduk di kursi yang tersisa di ruang makan dan mengambi makanan secukupnya. "Oh iya Ata, Mama mau ngasi tau sesuatu." Kata Mamaku. "Kenapa Mah?" Tanyaku dan atmosfer pun terasa berubah karena Mama mulai menatapku dengan serius. "Ata udah punya pacar belum?" Tanya Mama dengan wajah yang masih serius. Aku pun yang kaget agak tersedak mendengar pertanyaan Mamaku.
"Engga kok Mah, kenapa emang?" Tanyaku lalu aku meminum air putih yang sudah disediakan Mama. "Engga kenapa sih, Mama nanya aja." Kata Mama lalu memundurkan kursi makannya, tatapannya pun sudah tak seserius tadi. "Mama aja seumuran kamu udah pacaran, lah masa kamu belum?" Tanya Mama sekali lagi. "Engga kok mah aku emang belum pacaran, belum pengen." Jawabku cuek sambil melanjutkan makanku. "Ga pengen apa ga dapet pacar?" Tanya Kak Delya tiba-tiba yang otomatis membuat yang lain tertawa.
"Keduanya sih, yaudah sih lupain aja." Kataku menampisnya, sedangkan Kak Delya masih tertawa.
Aku pun cepat-cepat menyelesaikan makananku dan bergegas ke kamarku. Kesel juga sih diledekin sama Mama dan Kak Delya cuma gara-gara belum punya pacar. Aku pun mengambil soal-soal Matematikaku dan segera menjawabnya. Ya, aku menyukai mata pelajaran yang kayanya "maut" ini. Menurutku, Matematika sangat menyenangkan. Dan tentunya Matematika membuat moodku bertambah.
Setelah bosan menatap angka-angka di kertas soal aku pun segera menuju tempat tidurku. Sebelum tidur, aku mengecek HPku lebih dahulu. 30 notif line ternyata. Dan semuanya dari Dylan, pacarku.
Dylan : Ataaaa
Dylan : Ata kemana?
Dylan : Kangen
Dylan : Kencan sama soal math?
Dylan : Aku ngambek ya:(
Dan masih banyak pesan lainnya yang otomatis membuatku tertawa terbahak-bahak membacanya. Iya, pacarku ini memang sangat lucu. Inilah yang membuatku sangat mencintainya. Karena tingkahnya sangat berbeda dibandingkan dengan orang lainnya. Aku pun segera membalasnya dengan senyum yang masih tersungging di bibirku, namun kemudian aku sudah tidak sadarkan diri karena tertidur.
