S J H - 1

24.6K 1K 26
                                    

Aku melangkah masuk ke dalam rumah yang di naungi sahabat sekaligus orang yang menjabat sebagai imam ku. Setelah setahun pernikahan aku baru bisa menyambangi suamiku yang juga sedang menyelesaikan strata duanya.
Bisa di bilang kami ini LDR, yah kita berbeda kota Jakarta dan Bandung dalam setahun ini hanya beberapa kali Arsen mengunjungiku yang memanfaatkan waktu libur.

Aku berkali-kali mengetuk pintu putih di hadapanku ini namun tak ada respon sama sekali, sudah puluhan kali juga aku menghubungi nomornya tapi tak satu pun di angkat. Terik matahari kini meninggi, aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku yang menunjukkan pukul 1 siang.

"Ah mungkin dia masih ngampus" ucapku pada diri sendiri .

Aku duduk di kursi yang memang di sediakan di teras rumah, sambil menunggu aku membuka Aplikasi Qur'an yang berada di ponselku. Tak selang berapa lama aku sudah hanyut dengan ayat-ayat yang sangat indah.

"Hy Shanin..." tegur suara yang membuatku terkejut.

"Waalaikum salam kak," jawabku padanya seorang pria berperawakan tinggi dan berisi, kak Bobby. Kak Bobby ini sahabat Arsen dan juga teman aku.

"Assalamu alaikum sorry Sha, jam segini Arsen ada di rumahku."ucapnya

"Kirain dia masih ngampus kak. Aku bareng kaka yah, mau minta kunci soalnya."

"Ayo..."

Aku mengikuti kak Bobby yang mengantarku ke rumahnya yang hanya berjarak beberapa rumah dari sini. Kak Bobby menunjukkan sebuah kamar yang di tempati Arsen beristirahat sedang kak Bobby izin meninggalkanku untuk membersihkan diri. Menurut cerita kak Bobby Arsen lebih sering berada di rumah dia untuk menghabiskan waktu sendiri.

Aku melangkah menuju pintu itu, tiba-tiba ada suara aneh yang terdengar dari balik pintu itu. Yah aku tahu suara itu, itu suara perempuan dan laki-laki.
Jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Aku tak ingin berprasangka buruk aku memegang knop pintu dan mencoba memutarnya.

CKLEK....

Tak terkunci, perlahan pintu terbuka menampilkan visual suamiku dengan seorang perempuan yang sedang yah sedang sibuk berbagi kehangatan satu sama lain.

Seluruh tubuhku bergetar, mataku memanas menahan cairan yang baru saja meluncur dari kelopak mataku. Aku kembali menutup pintu dengan pelan, berbalik badan menghapus tetesan bening yang membanjiri kedua pipiku mengucap istigfar dan berlalu memasuki kamar mandi.

Aku bersembunyi menenangkan hati yang baru saja pecah tak beraturan mengambil wudhu dan mengontrol emosi yang sewaktu-waktu bisa meledak.
Setelah merasa baik dari sebelumnya aku melangkah keluar, kak Bobby mnghampiriku menjaga sedikit jarak seolah tahu aku baru saja berwudhu.

"Sudah ketemu sama Arsen?"

"Belum kak, tadi buru-buru ke toilet,"

"Ya udah aku panggilin dia dulu."

"Iya kak, aku tunggu di rumah aja."

"Oke de, aku suruh Arsen cepat balik."

Setelah kak Bobby pergi, aku segera keluar dari rumah ini rumah yang menjadi saksi pengkhianatan dari suamiku tercinta. Aku berlari menuju rumah, tak selang berapa lama Arsen datang berlari ke arahku dengan tampilan yang berantakan, aku mencoba memasang tampang seolah tak terjadi apa-apa.

Arsen berdiri di hadapanku menatapku dengan raut khawatir, aku meraih tangannya dan mengecupnya. Aku tersenyum miris, aku bisa mencium aroma yang menjijikkan dari tangannya sebuah aroma pengkhianatan.

"Kamu sudah lama?" tanyanya sambil membuka pintu dan menarik halus pergelangan tanganku untuk mengikutinya.

"Sekitar sejam yang lalu," jawabku sambil menelusuri ruangan rumah Arsen.

Arsen menuntunku ke kamarnya aku bisa melihat beberapa foto pernikahan kami terpajang di dinding dan di atas meja nakas. Dan ia segera meletakkan koperku di dekat lemari.

"Maaf yah buat kamu nunggu lama, aku mandi dulu." ucapnya mengecup puncak kepalaku yang masih terbalut hijab dan berlalu masuk ke dalam kamar mandi.

Aku pun segera keluar menuju toilet yang berada di dapur, mengambil wudhu dan segera melaksanakan kewajibanku. Setelah shalat wajib aku kembali melaksanakan shalat taubat memohon ampun kepadaNya untukku dan untuk suamiku Arsen.

Setelah merapikan alat shalat, Arsen baru keluar dari kamar mandi dengan keadaan rambut yang basah .

"Kenapa gak nungguin aku?" ucapnya sambil memakai pakaian di hadapanku.

"Waktunya udah hampir habis makanya aku menyegerakan, gih sana laksanain dulu!!"

Arsen tengah melaksanakan kewajibannya dan aku memilih berbaring di kasur mencoba mengistirahatkan hati badan dan fikiranku. Aku tak bisa membayangkan bagaimana kehidupan aku bersama Arsen ke depannya, yang aku tahu hanya menyerahkannya pada Allah. Mungkin ini sebuah ujian yang di berikan Allah untuk menguji hubungan kami.

Sahabat jadi HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang