Langit yang tadinya begitu cerah berlalu. Berganti dengan awan hitam disertai rintikan hujan yang membasahi bumi.
Citra masih saja membanjiri pipinya dengan linangan air mata. Dia menangis terseguk-seguk. Nurul tak habis-habisnya menenangkan Citra agar berhenti menangis.
"Ayolah Citra. Tenangkan dirimu. Ini semua sudah menjadi takdir Allah" Ucap Nurul sambil mengelus-elus punggung Citra.
"Aku gak bisa jadi kakak yang baik Nur. Gak bisa!" ujar Citra.
"Ikhlaskan adikmu Citra. Biarkan dia tenang disana."
"Hiks.. Hikss.."
Citra masih saja menangis. Ada rasa penyesalan yang teramat dalam di dirinya.
"Kamu lihatkan Nurul? Ini gara-gara ayah dan ibuku. Gara-gara mereka semua ini pasti gak bakalan terjadi. Gak bakalan terjadi! Hari ini, disaat anaknya tidak bernyawa pun mereka tidak datang untuk menjenguk walau sebentar saja. Hikss.. Hikss. Dimana hati nurani mereka sebagai ayah dan ibu Nurul? Dimana??"
Tangis Citra semakin menjadi-jadi. Ia tak sanggup lagi menahan perasaannya. Perasaan yang ia pendam selama tiga tahun. Jika orang tuanya datang saat ini juga, ia ingin sekali menumpahkan amarahnya kepada mereka.
Sebagai sahabat, Nurul mengerti sekali bagaimana perasaan Citra saat ini. Nurul pun juga akan merasa hatinya tercabik-cabik jika berada di posisi Citra.
"Sabarkan dirimu. Teguhkan hatimu. Ini semua telah menjadi rencana Allah."
Nurul hanya bisa berkata seperti itu, ia tak bisa berbuat banyak untuk menolong Citra. Citra berusaha meneguhkan hatinya. Ia menghapus air matanya dengan jari-jari tangannya.
"Nurul?" ucap Citra lirih
"Iya?"
"Temani aku shalat Nurul. Aku ingin menenangkan diriku"
"Ayo, baiklah. Lagian kita belum shalat Ashar." Nurul tersenyum lega, akhirnya sahabatnya ini berusaha meneguhkan hatinya.
****
Bersekolah di SMAN bukanlah hal yang mudah untuk remaja muslim seperti Nurul. Ia harus benar-benar menjaga dirinya dari hal yang dilarang Islam, menjaga pandangannya, menjaga auratnya, dan menjaga jarak antara yang bukan mahramnya.
Tapi ia merasa sia-sia. Ia sudah berusaha untuk menghindar dari laki-laki yang bukan mahramnya, tiba-tiba ada saja yang menyentuh tangannya. Hal itu yang paling membuatnya kesal.
Tapi ia tidak putus asa. Ia ingin terus menjadi seorang remaja yang benar-benar muslimah.
"Drrrtt.. Ddrttt..."
Ponsel Nurul berdering membuat konsentrasi Nurul yang sedang membaca sebuah buku novel bertema Religi menjadi terganggu, ada satu pesan masuk. Ia segera meraih ponsel di saku bajunya dan kemudian membacanya. Ia tak perlu khawatir membuka ponselnya karena pelajaran terakhir kali ini gurunya sedang tidak masuk untuk mengajar.
From : Reno
Hai Nurul?? Bagaimana kabar kamu hari ini? Tiba-tiba aku jadi kangen kamu. Udah lama sih kita gak ketemu lagi sejak perpisahan di MTs waktu itu.
Gimana nih tentang pertanyaan aku waktu itu? Udah ada jawabannya gak? Pleasee bilang IYA yaaa??""Huhhhhh..." Dia lagi dia lagi. Nurul mendengus kesal. Reno tak henti-hentinya mengulang-ulang pertanyaan itu. Apa tidak bosan?
Wa'alaikumsallam Reno. Jangan lupa beri salam dulu!
Tentang pertanyaan itu, aku pikir sebaiknya kita berteman saja, bersahabat karena Allah dan bertemu hingga ke surganya Allah.
Aku harap kamu tidak mengejar-ngejar ku lagi setelah ini.
Send"Tengg.. Tengg.. Tenggg"
Lonceng sekolah berbunyi, waktunya untuk pulang kerumah masing-masing. Baru saja melangkahkan kaki keluar dari gerbang sekolah. Nurul dikejutkan oleh sosok laki-laki yang sedang melambaikan tangannya pada Nurul.
"Dia lagi?" batin Nurul
Siapa lagi jika bukan Reno? Yang terus mengharapkan cintanya Nurul walau tak pernah terbalas sedikit pun.
Menyadari keberadaan Reno, Nurul segera melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana. Ia kalah cepat dengan Reno. Reno telah berada di depannya.
"Assalamualaikum cantik" ucap Reno
"Waalaikumsallam. Ada apa?" Jawab Nurul datar.
"Kok mukanya gitu sih? Gak cantik lagi tahu."
"Aku mau pulang Reno. Tolong jangan halangin aku." Nurul ingin berjalan, tapi Reno terus berada didepannya dan menghalangi langkahnya.
"Ikut aku. Aku akan mengantarkan kamu pulang." Ucap Reno.
Nurul membuang pandangannya ke sisi kanan jalan. Ada Citra di sana dengan motornya sedang membeli minuman.
"Citra, aku ikut kamu pulang" Ucap Nurul berteriak.
Citra berpaling dan melihat Nurul di seberang jalan sana yang melambaikan tangannya. Segera ia mengacungkan jempolnya, seolah-olah berkata ok.
Tanpa pikir panjang, Nurul segera menyebrangi jalan dan menghampiri Citra. Mereka berlalu meninggalkan Reno yang sedang berdiri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam
SpiritualMencintaimu bukan hanya mengingat. Tetapi caraku dengan mendoakanmu diam-diam. Meski saat ini, aku pun tak tahu kamu dimana.