1. perasaan ?

124 6 4
                                    

" Lo kenapa ? Gue lihat dari tadi lo diam aja. Lo lagi ada masalah ? " kini ia sudah sangat kesal melihat sahabatnya yang sedari tadi hanya berdiam saja. Bahkan ia sudah bosan yang terus saja memanggil namanya. Dan responnya sama sekali tidak ada.

" Enggak.. " singkat, padat dan jelas.

" Terus, kenapa lo diam aja. Lo sakit ? "

" Enggak... " oke, fix. Sekarang kesabaran gue udah habis. Gue nanya baik-baik, tapi responnya malah kaya gini.

" Ck, kasih tau ke gue sekarang. Atau lo gue- "

" Apaa ? Apa yang bakal lo lakuin kalo gue gak ngasih tahu lo ? Gue gak pernah takut sama ancaman lo itu ! " dia pun pergi meninggalkan gue yang masih berada di kantin.

Dia marah sama gue ? Sebenarnya yang salah itu siapa ? Dia yang ngajak gue ke kantin, dia juga yang ninggalin gue sendiri

Di satu sisi, seorang gadis yang kini sedang berjalan menuju perpustakan.

" Lo masih suka sama dia ? " ucap Seorang wanita yang mencoba menyeimbangkan langkah kakinya dengan sahabatnya itu.

" Hm?" Ia hanya berdehem, memintadirinya~

nya untuk mengulangi perkataannya barusan

" Masih naksir sama dia ? "

" Dia ? Dia siapa? " Balasnya dengan pura-pura tidak mengetahui apa yang di maksud oleh sahabatnya itu.

Sebenarnya ada rasa kesal di dalam hati alya. Yap- itu alya. Dia selalu saja menanyakan hal ini kepada gue, tapi gue selalu saja menghindar dan tidak pernah mau menjelaskan secara rinci tentang perasaan gue kepada pria yang gue sukai.

" ra, lo gak usah pura-pura gak tahu deh. Siapa lagi coba kalo bukan Rafa. Emangnya ada cowo lain apa selain dia. "

Gue emang menyukai rafa. Bahkan sudah 2 tahun ini gue masih menyukai pria itu. Hanya saja, gue gak mempunyai nyali untuk mengungkapkan perasaan gue ke dia. Tidak mungkin perempuan yang memulainya terlebih dahulu, dimana harga dirinya jika ia melakukan itu. Banyak di luar sana perempuan yang memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatinya kepada pria yang ia cintai.
Namun tidak dengan dirinya, ia masih belum mampu melakukan hal seperti itu.

Miris ? Memang.

Gue langsung menutup mulut alya rapat-rapat. Agar dia tidak melanjutkan ucapannya lagi.

" Hush, bisa gak sih lo ngomong nama rafa itu gak usah kedegean. Kalo ada yang denger gimana ? "

" Mmbhff. " alya pun langsung melepaskan tangan gue yang menutupi mulutnya itu. " Gue gak bisa benapas zahra. Lagian, kalo ada yang denger, lebih bagus. Apalagi kalo yang dengernya itu Rafa. "

Alya benar-benar membuatnya kesal. Tak bisakah ia menjaga ucapannya jika sedang berada di luar kelas seperti ini. Jika ada yang mendengarnya, itu sangat bahaya. Apalagi, wanita yang menyukai pria itu bukan dirinya saja, melainkan hampir semua wanita yang ada di sekolah ini menyukainya. Bagaimana tidak, dia sangat 'Tampan', anak basket lagi, dan senyumannya itu *err

" Terserah apa kata lo. " gue pun langsung pergi meninggalkan alya yang berada di tengah koridor kelas. Percuma aja gue memperdebatkan masalah itu, pasti gue juga akan kalah dengan si alya.

Alya menatap punggung zahra yang mulai menjauh darinya. Sahabatnya itu selalu saja begitu. mengucapkan kata 'terserah'kepadanya. Sebenarnya ia sudah bosan mendengar kalimat itu. Gadis itu selalu saja mengucapkannya ketika ia sudah kehabisan kata-kata.

Kakinya kembali melangkah menuju kelasnya yang letaknya tidak jauh dari kelas zahra-sahabatnya. Alya tersenyum sendiri, saat melihat tingkah sahabatnya itu. Walaupun ia cerewet dan suka marah-marah gak jelas, namun dirinya tahu, pasti di dalam lubuk hatinya, banyak luka yang terlalu banyak ia pendam. Hanya saja ia tidak ingin merepotkan orang dirinya~

AfraidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang