Beginning

40 12 4
                                    


Apakah kau percaya dengan nasib? Apakah nasib berpihak kearahmu? Dan, apakah nasib mempercayaimu?

***

Dengan langkah gontai dan kepala selalu tunduk ke bawah. Aku sangat malas untuk bersekolah hari ini, bagaimana tidak? Aku takut kejadian seperti kemarin terulang lagi dan membuatku harus berbohong kepada ibuku. Bagaikan kata pepatah, "air susu di balas air tuba". Apakah aku harus membalas kebaikan ibuku selama ini dengan cara membohongi-nya?

"Hey, Doae Ji!" Apakah hari ini sudah dimulai? Ayolah, aku baru berada di gerbang sekolah. Tak bisakah kau menunggu sedikit lama hanya untukku memasuki gerbang sekolah? (Doae Ji : babi)

Aku berbalik. Aku takut akan dihukum lagi lebih banyak seperti 2 hari yang lalu, saat aku benar-benar tidak mendengar dia memanggil namaku, "A-aad-daaa aa-apa Yoo Ra-ssi?" Dengarlah, aku memanggilnya seperti orang terhormat dengan embel-embel '-ssi' dibelakang namanya.

Plukkk

Kepalaku baru di tumpahi dengan hujan meteor yang berbau amis bukan main. Dengan hati-hati aku memeriksa apa yang berada di kepalaku, dan menciumnya. Bau telur! Ya, ini bau telur!

"Hahaha lihatlah betapa idiotnya dia!" Park Yoo Ra, dia menertawakanku. Dia yang juga telah menimpukku dengan telur amis ini keatas kepalaku. Hey! Aku tahu rambutku mengembang seperti permen kapas dan tidak wangi seperti rambutmu! Tapi, ini sungguh keterlaluan. Aku tidak bisa menerimanya karena aku masih di depan gerbang sekolah dan banyak haksaeng yang melirikku dengan tertawa dan ada juga yang melirikku dengan iba. (Haksaeng:  murid)

"Bagaimana? Kau suka? Haneul memberikan saran kepadaku untuk melakukan itu diatas kepalamu itu dan membuatnya wangi." Ucap Yoo Ra sinis dangan nada mengejek. Aku hanya bisa tertunduk lemas. Ingin sekali aku meneriakinya atau sekedar kabur ke toilet dan mencuci bersih kepalaku yang sekarang seperti sarang burung dan banyak liur yang dari burung itu, untuk memperkokoh sarangnya. Tapi, sayang aku tidak bisa melakukannya.

"Iya. Aku sangat suka dengan ide-mu Haneul." Jawabku dengan senyum yang sangat di paksakan dan aku melirik Haneul yang berada di sebelah Yoo Ra yang tampak menatapku dengan jijik.

***

Aku telat masuk ke kelas karena aku menyempatkan diriku untuk membersihkan kepalaku, maksudku rambutku dulu ke toilet.

Saat aku memasuki kelas, aku mendaptkan semua tatapan mengintimidasi dari teman-teman yang berada dikelas, tunggu? Apakah aku harus menyebut mereka tamanku, saat mereka suka membullyku? Oh ya, tak ketinggalan Choi seosaengnim juga menatapku dengan enggan.

"Kau tau sudah jam berapa ini, Hae Ji-ssi?"' Tanya Choi saem dengan wajah yang meminta penjelasan.

"Maafkan aku. A-aku tad-tadi ke toilet. A-aku se-"

"Sudah duduklah." Kau pernah merasakannya? Saat kau mulai berbicara dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padamu, tapi sayang sekali, guru-mu tidak sekalipun ingin mendengarnya. Apakah dia pantas disebut guru? Itu yang selalu menjadi pertanyaan di benakku.

Aku duduk tanpa mengeluarkan suara. Aku duduk di sebelah Hwe Ri dan dia pun menatapku dengan enggan. Aku kembali ke proses belajar-mengajar setelah tak lama berselang beberapa menit...

"Bau amis apa ini?! Apakah kau Hae Ji?" Tanya Hwe Ri dengan tatapan enggan dan menuntut penjelasan. Semua yang berada didalam kelas ini menuntut penjelasan dariku. Aku hanya menatap mereka takut-takut takkala Hwe Ri menutup hidungnya kuat-kuat.

Aku hanya dapat menunduk sekali lagi. Ketika itupun aku melihat tatapan mengintimidasi dari Hwe Ri yang segera melarikan diri bergeser dari bangkuku.

Choi saem memperhatikanku penuh dengan rasa jijik. "Sebaiknya kau keluar dari sini Hae Ji!" Perintah Choi saem. Aku hanya bisa mengikuti perintahnya, berjalan keluar dan mendapatkan sisa-sisa bahan tertawa dari Yoo Ra dan teman-temannya.

***

Lihat! Itu Hae Ji anak 3-2. Dia tampak seperti Doae Ji, bukan?

Dia sangat menjijikan. Lihatlah! Dari semua siswa perempuan yang berada disini, dia yang paling buruk rupa!

Dia sering dibully, 'kan? Oh kasian sekali. Tapi, apakah sangat menuenangkan membully-nya?

Itu, selalu itu yang aku terima saat aku berjalan dilorong sekolah yang dipenuhi siswa perempuan yang memang SMA ini khusus untuk perempuan. Walaupun mereka mengatakannya sambil berbisik, tapi aku dapat mendengarnya. Aku menghargai mereka yang memang menghargai perasaanku, karena mengatakanku didalam bisikkan. Pasti mereka tidak ingin melukai perasaanku, seperti itulah pikiranku terhadap mereka. Setidaknya pikiran positif terus menyertaiku.

Aku berniat ke atap. Aku ingin melarikan diri sebelum Yoo Ra cs yang pasti akan mencariku dan menyuruh-menyuruhku. Aku ingin keatap bukan karena ada makna tersendiri didalam benakku, seperti bunuh diri, sugguh bukan. Aku sadar diri, setidaknya aku tidak ingin meninggalkan ibuku dalam keadaan yang tidak diinginkannya.

Aku baru saja sampai keatap sekolah yang beralaskan kayu mahoni dan ada pilar penghalang di tepian atap sekolahku ini. Aku sangat suka ini, saat aku menghirup udara segar di musim semi seperti ini, entah mengapa masalahku sedikit-demi-sedikit berkurang. Aku pandai menenangkan diriku, bukan?

Drrtt.. drrrtt..

Ponselku bergetar. Aku pastikan yang menelponku sekarang adalah Yoo Ra. Aku menaikan kacamataku yang kendor dan menaikannya lebih keatas tulang hidungku yang pesek ini.

"Yeo-"

Hey, babi! Eodiseo?

"Aku di- aku di belakang sekolah." Dustaku. Aku sengaja melakukan ini. Bersetan dengan apapun, jujur aku lelah menghadapinya.

Benarkah? Kau tidak bohong, 'kan?

"Ne. Ne. Aku tidak berbohong." Jawabku ragu.

Kau tau. Jika kau berbohong kau akan mendapatkan hukuman Doae Ji.

Aku menelan ludahku payah. Apa yang harusku lakukan, aku telanjur membohonginya. *Otthoeke?  (*Bagaimana ini)

Rupanya kau ada disini, babi besar!

Aku menoleh ke belakang. Benar saja! Dia menemukanku.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Continue?

I am Ten. If you like this story, I wish you can leave a vote or comment for me. Thanks.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

2 PARTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang