Malam Sunyi

111 3 1
                                    

angin berhembus lebih kencang dari biasanya. jendela masih keadaan terbuka. Carl  segera menutup jendela kamar Lony. Lony tertidur pulas. Calr mencium dahi Lony yang tertutup poni halus. 

"tidur yang nyenyak sayang."  segera mematikan lampu yang menerangi kamar dan menutup pintu kamar Lony. 

"glaag.." Carl menutup pintu kamar. 

kamar Lony terlihat gelap sekali, tetapi tirai pada jendela kamar Lony tidak ditutup oleh Carl, agar cahaya dari bulan tetap menyinari kamar Lony.
"ibu, kemarilah." panggil Lody.
"iya sayang, tidurlah yang nyenyak. jangan takut kepada siapapun malam ini sinar bulan menemanimu hingga esok pagi."  ucap Karl.

Lody ialah anak kedua. Lody setiap malam selalu meminta nina bobo kepada ibunya. hingga selepas tidur pulas, Carl kembali tidur bersama Jey. Jey ialah ayah Lony yang selalu melindungi keluarga terhadap situasi apapun. 

"bagaimana kerjamu tadi? apakah baik-baik saja?" tanya Carl dan menghampiri Jey yang sedang merebahkan tubuhnya diatas ranjang.
"yeah, baik-baik saja sayang." memeluk dan mencium dahi Carl.
"anak-anak sudah tertidur pulas. giliran kita yang harus tertidur pulas." Carl tersenyum dan mendekatkan badannya ke Jey. 
"yeah, selamat malam honey." Jey mematikan lampunya. 
"selamat malam honey." Carl menarik badcover yang berada diatas pahanya. 

tak lama kemudian, Lony terbangun dari tidurnya. Lony merasakan seperti ada yang menemaninya ketika ia tidur. ketika sedikit ia membuka satu matanya, tidak ada siapapun dikamarnya. kembali melanjutkan tidurnya. 
"hhhmm.." terdengar seperti suara nafas dihembuskan. 

lagi-lagi feeling Lony seperti ada seseorang yang sedang menemaninya tidur pada malam hari ini. perlahan Lony membuka kedua matanya. terlihat hantu changeling duduk didekat tirai jendelanya. dengan tidak mempunyai mata, dan mulut bulat besar yang mempunyai gigi halus-halus yang tajam.

"tidakkk... pergiiiiii.." teriak Lony yang membangunkan Carl dan Jey.
"astagaaa.. kenapa lagi Lony." dengan cepat Jey menghempiskan bad cover yang sedang menyelimutinya. 
"Tuhan.." Carl mengikuti dibelakang Jey. 
"glaagg.." Jey membuka pintu.

Jey melihat Lony yang berada diatas ranjang dengan memeluk kedua kakinya yang terlipat. tangisan Lony semakin keras, karena telah melihat sesuatu yang buruk. 
"kau tak apa sayang?" peluk Carl.
"tak ada siapa-siapa." mencoba membuka jendela dengan melihat keadaan diluar sana. 

mata Lony tak lepas melihat ke arah jendela, dan akhirnya Lony menutup matanya bahwa changeling itu telah tiada. Carl juga dianugrahi memiliki indra ke enam, atau mata batin yang terbuka.

"sudah sayang tak ada siapa-siapa. dia sudah pergi." belai rambut halus Lony.
"dia menyeramkan bu, dia menakutiku." menangis dan memeluk Carl.
"sudah tenang saja, ibu selalu ada disampingmu. jika kamu takut tidur malam ini sendiri, maka kamu tidur bersama adikmu atau tidur bersama ayah dan ibu." menawarkan Lony agar Lony berhenti menangis.

Jey lalu menggendong Lony yang masih tidak bisa berhenti menangis. 
"kau hendak tidur dimana sayang?" tanya Jey.
"aku ingin tidur bersama kalian, aku takut." Lony berusaha berhenti menangis, tetapi wajah angeling masih saja terbayang-bayang olehnya.
"baiklah." Jey meninggalkan kamar Lony.

Carl sengaja tidak mengikuti Jey, karena masih penasaran. siapakah yang menghantui anaknya hingga ketakutan. Carl melihat disekeliling kamar Lony. tidak menemukan apapun. langsung saja Carl menutup pintu kamar Lony.Ternyata, angeling duduk-duduk diatas lemari dengan memainkan kaki yang menggelantung. 

"sudah, disini tidak ada siapa-siapa. tidurlah dengan pulas." Jey menarik badcover agar Lony tidak ketakutan lagi. 
"Jey, kemarilah aku ingin bicara sesuatu." Carl menunggu didepan pintu kamar. 
"apa yang terjadi?" Jey menghampiri Carl, dan menutup pintu kamarnya agar tidak terdengar anaknya.

"aku merasakan ada yang berbeda disini." mengajak Jey duduk diruang tengah. 
"berbeda apanya?" Jey mencoba duduk dengan tenang.
"aku merasakan seperti ada seorang anak kecil yang datang kerumah kita." sambil menatap wajah suaminya dalam-dalam.
"kau tidak bercanda?" Jey tidak percaya apa yang dimaksud oleh Carl. 

"tidak, aku bisa merasakan suasana berbeda seperti saat ini." ucap Carl.
"aku buatkan kamu kopi. apakah kau menginginkan honey?" tanya Jey.
"tidak, aku ambilkan saja air putih." pinta Carl yang masih mencari teka-teki sebenarnya siapakah yang bertamu dirumahnya ini.
"baiklah, tunggu sebentar." Jey meninggalkan Carl.

"krieekk.." suara pintu kamar berbuyi. Carl langsung mencari-cari dari mana asal suara itu. firasat Carl langsung merasakan asal suara itu dari kamar anaknya yaitu Lony. terlihat pintu kamar Lony baik-baik saja, tidak terbuka. 

"Jey, apakah kau masih didapur? Jey?" Carl tetap duduk kursi tepat biasa makan bersama. 
"iyaa aku segera kesana." dengan langkah cepat Jey langsung menghampiri Carl.
"terima kasih." menerima gelas dari Jey dengan sedikit ketakutan.

"kau tak apa? sepertinya kau ketakutan." memegang jemari Carl. 
"hmm.. aku tak tak apa - apa." suara Carl terpatah-patah.
"siniii.." Jey memeluk Carl.
"aku ingin tidur sekarang." pinta Carl kepada Jey.

"baiklah." Jey mengantar Carl kedalam kamar. Carl terus memikirkan suara itu, mengapa harus menghantui rumahnya.
"Jey, ambilkan aku obat. kepalaku seperti ingin pecah." Carl terus memegang kepalanya.
"kamu duduk sini dulu, aku akan mengambilkan obat untukmu." Jey meninggalkan Carl.

"baiklah." Carl merebahkan tubuhnya disamping Lony dan terus memegang kepalanya yang sakit itu.
Carl merasakan Jey kali ini lama sekali mengambil obat untuknya. Tetapi Carl tetap tidak perduli.
karena kepalanya terasa penat.

"hhhh..." seperti suara bisikan. Carl tidak peduli. tak lama kemudian, entah mengapa hati kecil menyuruhnya untuk melihat ke arah jendela kamar. perlahan Carl menyampingkan poni yang sedikit menghalangi matanya. 

"hhhh.." suara semakin keras! 
"Jeeyyyyyy!!!!" Carl berteriak sangat kencang sehingga Lony terbangun dari tidurnya. rupanya Jey tidak mendengar teriakan Carl.
"Jeyy! apakah kau mendengarku?" sambil memeluk Lony. Lony lalu melihat ke arah yang sama yang dituju oleh ibu. 
"ibuuu.. aku takut. dia yang telah menghantui aku tadi." memeluk Carl lebih erat.

"Jeeyyyy!!!, pergiii kamuu.. pergiii." dengan sendirinya ia pergi. dengan mudahnya pergi, melewati jendela yang telah terbuka dengan sendirinya.
"maafkan aku, aku baru saja keluar untuk membeli obat. mengapa kau menangis? sebenarnya ada apa Lony, mengapa kau juga menangis?" tanya Jey dengan ringan. 

Jey lalu memeluk istri dan anaknya. Jey semakin penasaran dengan masalah yang terjadi dirumahnya akhir-akhir ini. 
"aku takut ayah. Dia selalu menggangguku." Lony merengek kepada Jey.
"apa perlu kita pindah rumah sayang ? aku sudah tidak sanggup tinggal disini." semakin memeluk Jey dengan wajah penuh bertanya-tanya.

"tenangkan dirimu dulu sayang. besok kita bicarakan baik-baik." Jey mencium dahi Carl.
"okey sayang, kamu tidur dulu yah. biar besok bisa main bersama Lody okey." Jey menenangkan hati anaknya yang manis.
"baiklah." Lony menidurkan kepalanya dibantal dekat ibunya.

"Jey." Carl menarik tangan Jey yang hendak meninggalkan mereka.
"iya honey, apa kamu menginginkan sesuatu?" mulai mendekatkan diri didekat tempat tidur.
"aku takut, percayalah kepadaku untuk saat ini." Carl meyakinkan kata-kata yang keluar dari mulutnya dengan menatap wajah suaminya.
"hmm.. okay, jangan takut aku berada disampingmu, selalu." kembali mencium dahi Carl.  











Where I'll gone?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang