Ibuku, malaikatku [one shoot]

1K 17 0
                                    

“ kamu nanti belajar yang benar ya Alya “lagi-lagi ia mengucapkan kata-kata itu begitu mobilnya sampai di depan gerbang sekolahku. Ia selalu saja menasehatiku sebelum turun dengan kata-kata bawelnya. Entah sudah berapa ratus ribu kali aku mendengar ia berbicara seperti itu. Ngga bosenkah? Aku yang cuma mendengarnya aja bosen setengah mati. Kulepas seatbelt yang terpasang menahan tubuhku dijok mobil ibu, aku masih marah padanya, aku tidak ingin berbicara dan mendengar perkataannya lagi

“Pokoknya aku ngga mau tau, besok aku mau ke puncak sama rika”, aku berteriak padanya, emosiku benar-benar naik sampai diubun-ubun.

“ Alya “ ibu masih memanggilku dengan suara lembutnya

BRAKK

Pintu mobil kututup dengan keras. Teman-teman dan beberapa guru yang kebetulan hendak masuk ke dalam sekolah menoleh kaget kearahku. Mungkin mereka akan berpikir aku ini anak yang tidak sopan  pada orang tuanya, tapi Aku tidak peduli dengan mereka dan aku juga tidak peduli dengan wanita itu. Mungkin dia akan marah, tapi aku juga tidak peduli kalau dia benar-benar marah, seharusnya dia tahu kalau aku juga sedang marah padanya. Toh selama ini dia bahkan tidak pernah sekalipun memarahiku atau berbicara kasar kapadaku. Siapa dia?Dia bahkan bukan ibu kandungku, berani sekali dia bila berbicara seperti itu kepadaku.

Langkahku berderap meninggalkan mobil ibu. Aku masih bersungut-sungut sampai didepan ruang kelasku. Dia benar-benar mengacaukan rencana liburanku. Padahal aku sudah berjanji pada Rika untuk ikut menginap di puncak besok dengan teman-temanku yang lain.

“berantem lagi lu sama nyokap lu? ” Rika menyenggol bahuku begitu aku mendaratkan pantatku ke tempat duduk ku. Aku mendelik kearahnya, “ngga tau tuh orang, ngga pernah bikin orang seneng aja” aku menggerutu pelan

“emang kenapa?”, Rika masih menginterogasiku

“dia ngelarang gw ikut ke party elu besok, yang bener aja, emangnya gw masih kecil apa? Ngga boleh ini itu ”, emosiku kembali tersulut

“alesannya?” rika mengangkat alisnya dan terlihat sedikit kecewa

“tau tuh, katanya takut gw ikut-ikutan pergaulan bebas anak jaman sekarang, kolot banget yah? Apa jangan-jangan bentar lagi gw disuruh kawin makanya mesti dipingit dulu dirumah ngga boleh kemana-mana?” sungutku lagi sambil mengeluarkan buku-buku pelajaran dari tas sekolahku

“hahahahaha” Rika tertawa terbahak-bahak mendengar ceritaku ”mungkin dia masih ngga suka kali sama gw, yahh, ngga ada elu ngga rame dong ya”

“tenang aja, gw tetep ikut kog, bagaimanapun caranya”, kataku sambil tersenyum membayangkan rencanaku untuk tetap ikut ke Puncak besok

“ Lu pasti ngerencanain buat kabur  dari rumah lagi kan ? " tanyanya curiga. aku hanya tersenyum sambil mengendikkan bahuku tak acuh.

Ibu memang tidak menyukai Rika dari awal pertemuan pertama mereka. Padahal menurutku Rika cukup manis dan sopan terhadap Ibu kala itu. Tapi ibu malah menganggapnya sebagai anak yang tidak tahu aturan hanya karena Rika merokok. Hei,  yang benar aja, hanya aku dan beberapa anak cupu dikelasku yang tidak merokok. Dan alasan aku tidak ikut merokok pun dikarenakan paru-paruku agak sesak bila harus menghirup asap dari pembakaran rokok. Tapi itu masih cukup masuk akal bila dibandingkan aku harus menjauhi hampir 70% teman-temanku dan hanya bergaul dengan golongan upay? Oh tidak, bunuh aja aku sekarang bila hal itu harus terjadi.

Aku memang  tidak merokok, minum-minuman keras atau menggunakan narkoba. Dan ini bukan dikarenakan aku menurut pada perkataan Ibu atau sedang bergaya hidup sehat. Oh tidak, aku hanya tidak menyukai rasanya saja. Pernah aku sekali mencoba minuman keras yang diberikan Rika kepadaku, mungkin sejenis whisky kalau tidak salah, dan seketika tenggorokanku seperti terbakar, tak hanya itu aja, padahal baru seteguk aku meminumnya akupun langsung mabuk dan muntah berat. Serius, aku kapok minum minuman seperti itu lagi. Dan untuk narkoba, mungkin kali ini ibu boleh berbangga aku masih mendengar perkataannya, aku sama sekali tidak akan menyentuh benda-benda mahal itu yang hanya memberikan kenikmatan sesaat. Aku masih sayang uangku, lebih baik aku menabung untuk membeli gadget keluaran terbaru yang bisa aku pamerkan daripada aku harus memamerkan tubuh kurus keringku hasil isapan bong ganja. Itu sama sekali tidak keren.

Ibuku, malaikatku [one shoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang