"Assalamualaikum. A Fajri, kata Bunda, A Fajri langsung ke rumah aja ya, hehehe maaf Anye ga bisa jemput Aa sekarang, soalnya Anye ada kuis nih di kampus, ga bisa ditinggal. Bunda juga pulang dari arisannya 1 jam an lagi, Aa masih inget alamat rumah kita kan? Ingetlah, tinggal senegara sama Pangeran William 3 tahun ga bikin kaka amnesia kan? Huahaha, So.. pulang pake taksi aja ya? See you soon A ;)) ! your lovely sister , Anye". Itu isi SMS dari Anye yang baru kubaca saat ini di cafe yang letaknya sanagat dekat bandara.
Sial ! padahal saat diperjalanan aku sudah membayangkan mereka akan menyambutku, memelukku, sambil membanjiri ciuman rindu dari 2 wanita yang aku cintai, siapa lagi kalo bukan si bawel Anye dan Bundaku tercinta. Cukup Papah saja yang tidak peduli akan kehidupanku selama ini. Lah, sekarang mereka malah ikut tidak peduli denganku. Dan tadi, apa katanya? Pulang naik taksi? Ya ampun Anye, padahal dia tau, dari dulu aku tidak biasa memakai kendaraan umum, atau taksi sekalipun. Entahlah, sejak saat itu, aku menjadi pengecut yang tidak bisa memakai kendaraan umum. Huh.. aku harus mencari cara agar tidak perlu pulang memakai taksi. Woo ! aku tau caranya. Segera ku cari kontak satu satunya orang yang bisa ku andalkan untuk situasi seperti ini.
"Hallo, maaf ini dengan siapa?" Hahah, ternyata lelaki sibuk ini dapat menjawab telpon dariku. Yap, Dimas adalah sahabat ku yang merangkap sebagai pacar adikku 3 tahun belakangan ini.
"Hmm, Tuan Dimas, berani nya kau tidak bisa mengenaliku"
"Maaf, saya jika anda ingin bermain main, saya tidak mempunyai wak.."
"Hey hey hey, Dim.. Lo mau gue gak ngerestuin lo lagi sama si Anye hah ?"
"Tunggu tunggu, Fajri ? ini Lo Faj?"
"Sialan lo, mentang mentang udah jadi CEO muda dan jadi pacar adik gue yang cantik, Lo lupa sahabat lo sendiri hah ?"
"Hahaha, gue kira siapa Faj, woy lo kemana aja? Yaelah gila, lo tuh kaya udah hilang ditelan bumi tau ga"
"Ish, lo aja kali yang kudet. Udah deh nanti gue jelasin, pokoknya lo sekarang jemput di bandara, gue baru balik nih"
"Lah, sorry Ri, gue gabisa, soalnya setengah jam lagi gue ada meet.."
"Gaada alesan, cepetan lo kesini, atau gue gaakan ngebolehin lo lagi jadi monyet nya si Anye !"
"Tapi RI.." Klik, dengan segera kumatikan sambungan telponnya. Mau tidak mau Dimas bisa mengantarku pulang kerumah agar aku terhindar untuk menaiki taksi, aku belum bisa. Dimas adalah salah satu temanku sejak SMP.
Flashback on
Saat itu aku, Dimas, Ziyan, Dewa dan Ical adalah lelaki yang populer di sekolah. Bagaimana tidak, setiap hari kami dibanjiri hadiah dari para siswi. Entah itu diloker meja, didalam tas, ataupun didepan kaca moblku yang saat itu dipakai oleh kami berempat. Senyum serta sapaan pun tak hentinya mereka lontarkan kepada kami. Ya.. lumayan, hitung hitung rezeki anak sholeh. Dan dengan bantuan kekuasaan Papah yang diwakili oleh Bunda, pihak sekolah membiarkan kami ber 4 agar dapat 1 kelas selama 3 tahun berturut turut. Kami pun melanjutkan jenjang SMA ditempat yang sama. Ya meskipun kami memilih jurusan yang berbeda, aku dan Ical memilih jurusan IPA, Dimas jurusan IPS sementara Ziyan dan Dewa memilih jurusan Bahasa. Persahabatan kami bisa diibarat kan seperti kepompong alay pada saat itu. Banyak hal dari suka duka dan hal hal konyol yang telah kami lalui bersama. Kami pun pernah berkelahi, seringnya aku dan Ical yang entah mengapa selalu menyukai wanita yang sama. Dan mungkin karena karisma ku yang lebih kuat darinya, aku tak pernah kalah dari dia, wanita wanita itu selalu jatuh kepelukanku. Sampai akhirnya Ical geram padaku dan Tiba tiba membuatku babak belur dibelakang area sekolah. Dimas, Ziyan dan Dewa pun akhirnya mencoba meleraikan kami. Ical yang tak terima pergi begitu saja. Sejak saat itu Ical selau menghindar padaku sampai hari kelulusan pun, Ical hanya berpamitan pada teman temannku yang lain. Ya mau bagaimana lagi, aku hanya bisa tersenyum kilas saat dia melihatku sebentar dari kejauhan, dan dia langsung memalingkan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Mungkin Salah
RomantikIni cerita pertama ku.. kritik dan saran sangat aku tunggu terimakasih