"Ya Tuhan, bagaimana ini jauh-jauh dari desa. Sampe ke sini malah harus nikah"
seorang gadis cantik bergerak gelisah dalam duduk nya. Setelah penggrebekan atas dirinya dan lelaki entah siapa namanya, gadis itu tak begitu tahu. Jangkankan nama, wajahnya pun ia tak ingat seperti apa.Lara gadis itu masih terpekur diatas ranjang nya
"ya Allah, bagaimana kalau Ayah dan Ibu salah paham tentang pernikahan yang terjadi ini. Hiks..hiks"
Lara terus merutuki kecerobohannya, coba kalau ia mencuci mukanya terlebih dahulu pasti hal bodoh itu tak akan terjadiTok..tok
Suara ketukan membuyarkan lamunan Lara
"Hai, maaf atas malam ini". Bagaimana pun ini pernikahan resmi yang sah dimata hukum dan agama, aku akan bertanggung jawab atas kamu"
ucap sesosok lelaki yang memasuki kamar Lara
"Oh iya, aku damar"
ucapnya lagi memperkenalkan diri, Lara tampak acuh dengan uluran tangan dihadapannya. Lelaki itu Damar tersenyum maklum menerima perlakuan Lara
"Baiklah tidak apa, aku tahu ini sulit buat kamu. Aku janji secepatnya akan menemui orang tuamu untuk memohon restu mereka, dan maaf malam ini aku harus pulang. Tapi besok aku akan datang lagi, aku harus menyelesaikan beberapa urusan karena aku baru pulang"
jelas Damar yang melihat perubahan ekspresi Lara yang hanya terdiam itu
"Baiklah, aku pergi. Assalamualaikum jangan lupa kunci pintunya"
pamit Damar meninggalkan Lara sendiri, dengan berat hati Lara itu beranjak dari duduknya mengiringi Damar yang akan pergi
"Hati-hati dirumah ya" pesan Damar pada Lara dengan senyum, sebaliknya dengan Lara tak ada senyum yang tersungging dari bibir gadis itu##
Pagi ini Lara terlihat malas untuk memulai hari baru nya, gadis itu bersiap untuk berangkat kekampus nya dengan rambut dicepol asal, serta kaos hitam pas badan yang melekat ditubuh nya jeans denim serta sepatu kets biru kesayangannya
"Assalamualaikum"
sebuah suara menghentikan aktifitas Lara yang sedang mengunci pintu rumahnya
"Kenapa?"
Tanya nya ketus membalikan badan nya Lara memasukan kunci kedalam tas dengan kasar
"Kamu ga jawab salam aku"
tanya sosok yang jadi lawan bicaranya itu
"Walaikum salam"
jawabnya setengah hati
"Ngapain kamu kesini? Aku mau kuliah"
Jawabnya acuh Lara mulai melangkah keluar dari teras rumahnya
"Kamu naik apa? Biar aku anter" tawar lelaki itu tak putus asa
"Ga usah, aku bisa naik angkot" jawabnya ketus
"Kenapa? Seenggaknya kamu bisa menghemat ongkos" bujuk lelaki itu lagi
"Ga usah,gua ga butuh tumpangan dari elo"
Lara terus melangkah meninggalkan pria itu
"Maaf tapi kita harus bicara" ucap lelaki itu lagi, menghentikan langkah Lara dengan menahan pergelangan tangannya
"Ihh.. sakit tau, oke pulang kuliah nanti gue bakalan nemuin lo" putus Lara, gadis itu terus memegangi pergelangan tangannya yang memerah.
"Apa aku terlalu keras nariknya " gumam pria itu meringgis melihat pergelangan Lara yang memerah
"Maaf, apa mau di obatin?" Tanya pria itu ramah
"Ga usah, entar yang ada gue telat ga jadi ngampus. Permisi"
Pamit Lara berlalu.##
"Kenapa lama?" Ucap sosok yang masih rapi dengan jas kerjanya meski hari sudah siang, jarinya terampil menari diatas screen smartphone nya"Hosh..hosh..hosh, tadi ban angkot nya pecah jadi turun ditengah jalan. Berhubung ga ada angkutan lain jadi gue jalan kesini" ucap gadis berparas ayu itu. sembari mengatur nafas yang masih ngos-ngosan gadis itu menjelaskan keterlambatannya
"Lagian ngapain juga sie mesti janjian ditempat ini, kan jauh dari kampus" rajuknya, dengan kasar ia menghempaskan tasnya diatas meja
"Kan tadi udah ditawarin, mau dijemput atau engga. Kebetulan orang tua aku lagi ada disini" sahut sosok itu meletakan smartphonenya.
"Mau pesen apa?" Tanya sosok itu karna tak mendapat respon atas pertanyaan sebelumnya
"Apa aja asal ga pake 'sianida' entar gue tenar lagi" ucapnya asal, sosok dihadapannya hanya tersenyum kecil##
"Ini Lara bu, gadis yang Damar ceritain semalem" lelaki itu memperkenalkan gadis manis dihadapannya, gadis yang disebut itu hanya tertunduk dalam.
"Saya Lara bu" ucap nya pelan memperkenalkan dirinya
"Kamu bukannya anak Hanum?"
"I..iya bu, saya Larasita anaknya bapak Razy dan ibu Hanum" jelas gadis itu panjang lebar
"Wahh!! Kebetulan sekali ya. Dam, kamu ingat waktu ibu suruh ambil titipan dirumah tante Hanum?"
"Iya bu, Damar ingat. Kan titipannya udah Damar sampein"
"Iya makanya ibu bilang, nah Lara ini anaknya tante Hanum" jelas wanita itu, Damar hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.
"Oh.. iya. saya lupa memperkenalkan diri saya, saya Alia ibunya Damar sekaligus teman ibu kamu" ucap wanita itu lagi, sambil sesekali menyesap tehnya
"Ternyata dunia begitu sempit ya, baru beberapa waktu yang lalu saya ketemu ibu kamu, sudah lama sekali kami tidak berjumpa. Sebelum kemarin terakhir ketemu waktu itu Hanum masih mengandungmu. Karena saya harus ikut suami keluar kota jadi kita hilang kontak. Eh, ga nyangka ketemu putrinya dikota yang sama" ucap nya lagi, dengan mengurai tawaSuasana mendadak hening dimeja mereka, hanya ocehan pengunjung lain yang mengunjungi cafe itu yang terdengar.
"Jadi?" Tanya wanita itu Alia
"Ibu masih nunggu loh Dam kamu mau bilang apa, katanya ada hal serius yang ga bisa dibicarain di telpon" hanya Alia yang semangat sekali untuk berbicara, sedang Lara dan Damar hanya diam mendengarkan. Menunggu keputusan
"Kita berdua, sudah dinikahkan Bu" jelas Damar buka suara"Dinikahkan?" Tanya Alia binggung
"Dinikahkan bagaimana?" Tanya nya lagi, bagaimana mungkin mereka menikah, ketemu saja baru disini. Apa mungkin Damar menikah tanpa restu orang tuanya, atau jangan-jangan
Alia masih terus berpikir atas kemungkinana yang mungkin terjadi
"Bu, ibu tenang dulu. Ini ga seperti yang ibu pikirin" jelas Damar menyadarkan Alia dari lamunannya
"Lalu apa" Alia menegakan posisi duduk nya
"Ini cuma salah paham yang berakhir pernikahan. Sumpah bu, kita ga ngelakuin apa-apa" jelas Damar mengangkat dua jarinya membentuk huruf 'V'
"Apa? Bagaimana bisa?" Merasa kurang puas dengan penjelasan Damar. Damar tampak binggung menjelaskan kejadian naas yang dialaminya, Ia binggung dari mana harus memulainya
"Waktu malam saat Damar mengantarkan titipan dari ibu, ga sengaja warga kampung situ ngeliat kita, disangkanya kita mau ngapa-ngapain padahal enggak bu. Sumpah itu cuma kecelakaan" tutup Damar keringat dingin keluar dari sekujur tubuhnya, sedari tadi Damar tidak berani menatap wajah ibunya
Alia, perempuan itu tampak syok mendengar penjelasan anaknya
"Apa kalian tidak menjelaskan kejadian sebenarnya pada mereka?" Tanya Alia penasaran
"Sudah bu, tapi mereka tidak menerima penolakan. Bahkan mereka telah menelpon keluarga Lara" sesal Damar
"Apa orang tua kamu menerima hal ini Lara" pandangan Alia beralih pada gadis yang sedari tadi hanya diam merunduk
"I..iya bu, mereka bilang orang tua saya tidak bisa datang dan orang tua saya menyerahkan hal itu pada mereka" tutur Lara gemetar
"Makanya malam itu juga kami dinikahkan" setitik air mata jatuh di wajah cantik nya
Tak terbayang olehnya jika orang tua dari lelaki itu beranggapan seperti itu lalu bagaimana dengan orang tuanya, yang telah mempercayakan nama baik keluarganya pada dirinya. Air mata penyesalan itu terus jatuh membasahi paras ayu Lara
"Baik lah, kalau kejadiannya sudah seperti ini secepatnya kita akan kerumah oranh tua Lara untuk meminta Restu" putus Alia, mencoba menenangkan Lara yang masih terisak.Apakah ada yang menanti cerita ini?
Maaf ya kalau cerita ini terlalu lama lanjut nya :-)
Supourt aku ya biar semangat :-)Mhichell ♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Saya Terimah Nikah Nya..??
Romance"Saya terimah nikah nya, Larasita Ayu Putri. Binti Razy Anwar dengan Mas kawin uang sebesar Rp.500.000,- di bayar tunai" Suara lantang itu memecahkan kesunyian di tengah malam di rumah seorang gadis. "Huahh... Ibu, Ayah kenapa semua ini harus terj...