Sulli mondar-mandir dengan gelisah. Perasaannya benar-benar kacau. Sepertinya, Krystal terlibat masalah yang sesungguhnya, bukan lagi rekayasa. Dalam hati, gadis itu menyesal. Seharusnya dia tidak memberi usulan yang aneh-aneh. Tahu sendiri kalau Krystal itu cenderung bersinggungan dengan masalah, eh ini malah cari masalah.
"Aku harus menghubungi seseorang."
Sulli terdiam sejenak. Bingung. Dia bingung harus menghubungi siapa lebih dulu.
"Ahh, Sehun saja." Sulli akhirnya memutuskan. Sehun cenderung spontan, jadi dia pasti akan dengan cepat menyelamatkan Krystal.
"Tapi, kurasa jika Sehun sendiri tidak akan sanggup. Huh, bagaimana ini."
Sulli mengacak rambutnya frustasi.
"Apa yang sedang kau lakukan nona Choi?"
Sulli terkesiap. Kedua matanya mengerjap cepat ketika sosok jangkung itu sudah berada di hadapannya. "Sehun?"
Sehun mengernyit saat Sulli menatapnya dengan pandangan berbinar. Sepertinya kehadirannya sangat diharapkan. "Kenapa melihatku begitu? Jangan membuatku takut."
Sehun mengalihkan pandangnya. Menyapu seluruh sudut café tempatnya berada. "Krystal tidak di sini?" tanyanya dengan raut kecewa.
"Ah... itu..." Sulli mengigit bibirnya ragu. Takut untuk memberitahu yang sebenarnya terjadi.
"Apa yang terjadi? Di mana dia?" tanya Sehun segera. Pemuda itu memandang Sulli dengan curiga. Membuat Sulli semakin takut.
"Sulli?"
"Sehun, bagaimana ini? Kurasa Krystal berada dalam bahaya."
O0O
"Kenapa nona? Bukankah tadi kau bilang mau bermain bersama kami?"
Krystal mundur secara perlahan. Dirinya mencoba untuk tidak terlihat panik. Dia harus tenang, benar-benar tenang. "Kalian salah paham. Sepertinya aku salah orang," kata Krystal sambil menjaga agar suaranya tidak terdengar bergetar.
Gerombolan berandal itu tertawa kecil. Krystal menaikkan alisnya tertarik. Kelihatannya sikap mereka sudah sedikit melunak. Saat yang tepat untuk undur diri. "Ahh, kurasa kalian mengerti. Jadi, aku pamit pergi dulu."
Grep.
"Eits, mau ke mana?" salah seorang di antara mereka meraih lengan Krystal, menahannya untuk tidak melarikan diri.
Krystal menggerutu dalam hati. Mengigit bibir bawahnya dengan kesal karena tidak bisa berbuat apapun. Tetapi, mau bagaimana lagi jumlah mereka jauh lebih banyak, dan bisa dipastikan kalau Krystal tidak bisa menang jika mencoba melawan.
Berandal yang tadi menahan lengan Krystal, dengan cepat meraih bahu gadis itu. Membuat Krystal semakin dekat dengannya sekaligus tidak dapat berkutik lagi. "Sayang bukan, kalau kau pulang sekarang. Padahal kami berniat main denganmu, nona."
Krystal memaksakan senyumnya. Berusaha tidak terlihat jika sedang was-was dan cemas terhadap keadaannya saat ini. "Ahh, aku benar-benar tidak ada waktu. Mungkin lain kali saja," tolak Krystal.
"Ahh, kenapa kau terlihat takut begitu? Tenang saja, kami tidak berniat menyakitimu. Kami hanya ingin bermain dan menghabiskan waktu denganmu, nona manis," katanya sambil mencolek dagu Krystal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodyguard
Fanfiction●PROTECTED FROM [73]● Krystal Jung akhirnya kembali ke tanah kelahirannya, Seoul. Ia berharap tak lagi dibully di sekolahnya yang baru. Setidaknya ia berharap akan mempunyai seorang teman di sekolah barunya. Namun, sekali lagi Krystal harus menjadi...