Single - 2

10.4K 1.2K 74
                                    

Merasa sepi bukanlah tentang status. Banyak orang dengan status in relationship yang kesepian.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

"Nadira!"

Aku menoleh kemudian menyipitkan mata ketika melihat sosok seorang pria berlari ke arahku. Secepat kilat aku berbalik dan sengaja menghindarinya, dari jauh kudengar dia terus memanggil namaku dan membuat kami berdua menjadi tontonan di food court sebuah mall.

Aku bersumpah ingin melepas high heels 7 cm yang memperlambatku. Namun syukurlah, rasa malu membuatku tidak melakukannya. Mall ini terletak tepat di samping kantorku. Bisa dibilang aku mengunjunginya hampir tiga kali seminggu, jadi aku tidak akan melakukannya.

Tidak akan meskipun aku ingin.

Tangan besar memegang bahuku dan dengan pelan memaksaku berbalik. Dia terlihat terengah-engah namun matanya bersinar jenaka. Dengan keras, kupukulkan dompet kecil berisi ponsel ke kepalanya. Dia tertawa dan membuatku menyadari betapa somplak otaknya. Dianiaya malah tertawa.

"Lo masih marah?"

"Gue nggak denger lo ngomong apa!" Aku menutup telingaku dan bicara dengan keras padanya.

Dia tertawa lagi.

Dasar sarap!

Dengan kesal kuhentakkan kakiku dan berbalik meninggalkannya. Namun tangannya dengan cepat menahan lenganku dan menyeretku pelan ke sebuah kursi.

Sebenarnya aku malas mengenalkan pria ini pada kalian, karena populasi manusia seperti dia seharusnya musnah dari muka bumi ini. Tapi baiklah, ini adalah Raja Aldrian. Teman satu kantor namun berbeda bagian. Dia engineer dan aku HRD.

Saat ada pelatihan di Bandung lima tahun lalu, perusahaan menempatkanku dan Raja dalam satu tim. Sejak itu dia akan selalu punya alasan untuk datang ke bagianku yang berbeda tiga lantai dengannya.

"Nad, calm down. Gue minta maaf."

Aku melengos. Tidak akan kumaafkan sebelum dia membelikanku sepasang sepatu valentino.

Bercanda. Aku tidak sematre itu.

"Gue nggak tahu, Nad. Itu terjadi begitu saja. Gue nggak maksud nidurin sepupu lo."

Sampai sini sudah jelas pria macam apa dia?

Belum? Baiklah. Kita dengarkan lagi penjelasannya.

"Kita sama-sama mabuk, Nad."

Jelas? Ya, seperti itulah seorang Raja Aldrian. Sesuatu diantara kedua kakinya memegang kendali lebih besar dari otaknya. Dia tidur dengan wanita seperti mengganti celana dalam. Terlalu sering. Aku sudah sering mengingatkan bahwa lama-lama spermanya tidak akan lagi berkualitas jika dia membuangnya percuma. Namun seperti biasa, si pervert ini hanya akan tertawa.

Tapi kali ini, dia sudah kelewatan. Saat pesta ulang tahun sepupuku seminggu yang lalu, aku memutuskan mengajaknya karena sahabatku yang lain sedang ada acara. Sudah kuberikan ultimatum sejak awal, kau bebas dengan siapa saja di ruangan itu kecuali, Tia, sepupuku. Dan sialnya, Tia malah menjadi satu-satunya wanita yang ditidurinya malam itu.

Aku menghela napas dan akhirnya membuka suara. "Gue nggak pernah ya ikut campur kehidupan pribadi lo. Jungkir balik sama siapapun, gue nggak peduli. Tapi jangan sepupu gue, Man! Gue nggak terima!" Ujarku sambil menggebrak meja karena emosi.

"Gue minta maaf, Nad. Sepupu lo terlalu seksi untuk gue tolak."

Aku mendengus. Lihat baik-baik kenapa aku berhati-hati dalam memilih seorang pria. Pria di depanku, yang berstatus sebagai sahabatku sendiri mempunyai pikiran menjijikkan seperti itu.

Tidak semua laki-laki ...

Tiba-tiba lagu Meggy Z mengalun di pikiranku. Iya, okay! Memang tidak semua. Tapi bagaimana kalau aku bertemu dengan pria semacam dia?

Kemudian jatuh cinta dan rela menyerahkan hidupku untuknya? Bayangkan, berapa teh botol sosr* yang harus aku habiskan karena terlalu banyak makan ati.

"Terus lo dan Tia nggak berhubungan lagi sekarang?"

Raja mengedikkan bahu. "Sorry to say, tapi sepupu lo satu paham sama gue. No relationship, just sex."

Hell no! Tia adalah anak kebanggaan di keluargaku. Lulusan universitas di Amsterdam, cantik, mantan finalis putri Indonesia dan segudang kelebihan lainnya yang membuatku tampak seperti upik abu jika sedang berjalan dengannya.

"Gue. Nggak. Percaya!" Kali ini tatapanku siap menyilet-nyilet tubuh Raja.

"Okay, gue emang bajingan. Lo kan tahu itu sudah lama, honey."

"Heh gue bukan madu!"

Raja tertawa mendengar protesku.

"Nad, jangan menghindar lagi ya. Gue janji akan hubungi Tia. Tapi bukan tanggung jawab gue kalau dia nggak mau meneruskan hubungan."

Dengan berat hati aku mengangguk. Lagipula jika Tia saja cukup kalem dan tidak berlari padaku dengan histeris karena sahabatku menidurinya, berarti semua baik-baik saja kan?

"Masih marah?" Raja memiringkan kepalanya sambil menatapku.
Kurasa bukan salahnya juga jika seluruh wanita seperti ingin melemparkan diri padanya.

He's charming. Adorable. Tampan dengan tubuh tinggi tegap dan yang paling membuat para wanita tergila-gila adalah sikapnya sangat easy going. Dia tipe orang menyenangkan yang bisa makan di pinggiran kaki lima dan tahu caranya dinner di hotel bintang lima. Terlepas dari hobi buang spermanya, dia lajang idaman.

"Gue nggak marah. Tapi please jangan main-main sama ring satu dong, Ja."

Ring satu yang kumaksud adalah teman-teman wanita dan sepupuku.
Dengan wajah sok lugunya dia menunjukkan salam dua jari padaku.

"Gue janji." Dia bangkit dan mengajakku berdiri kemudian merangkul bahuku. "Untuk perdamaian kita, gue beliin Baskin Robins untuk stok di kulkas lo."

Oh persetan dengan masalah tadi. Siapa yang bisa menolak baskin robins?

***

Kita akan mendapatkan seseorang yang memang pantas untuk kita.

Begitulah kata-kata yang selalu keluar dari mulut sahabatku, Nicholas. Kata-kata itu kurapal bagai mantera ketika aku merasa kesepian. Saat aku sangat butuh seseorang untuk berbagi dan bersandar.

Jika memang seseorang itu belum ada berarti belum ada yang pantas untuk kita, right?

Dan aku berusaha untuk berpikir positif. Karena sesungguhnya, aku pun tidak buruk-buruk amat meskipun aku bukanlah wanita yang akan membuat para pria menoleh dua kali karena fisikku.

Yang kadang membuatku resah adalah, para pria nampaknya lebih riang gembira dengan status pertemanan denganku. Kalau istilah anak sekarang, friendzone.

Beruntunglah, aku tidak terjebak friendzone dengan si galau Nicholas atau dengan si pervert Raja. Karena wanita sepertiku jelas bukan tipe mereka. Mereka terbiasa mengencani wanita-wanita papan atas yang keluar masuk club malam. Sementara aku, 100% tanpa keraguan lebih memilih tidur daripada keluyuran malam hari.

Jadi, Raja Aldrian pun jelas bukanlah sahabat-yang-kukagumi-dalam-diam. Masih ada satu manusia lagi yang namanya bergema di setiap inchi pikiranku.

Mari kita buka halaman selanjutnya.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Heihoo :)

Update lagi iniih. Dira dan kehidupan single-nya. Hihi..meskipun saya sudah nggak single, tapi saya juga pernah mengalami masa2 itu :D

Trima kasih yg sudah vote dan komen. Huaaa bikin cerita baru itu rasanya luar biasa. Deg-degan :') semoga pada enjoy ya.

Posting part 3 insyaAllah soon ..

Love,
Vy

Single All The TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang