"Riiinnn!!! Kok kayak anak kecil sih segala ngunci kamar." Suara sengau Jevin membelah sepinya rumah gadis itu. Sudah hampir tiga hari gadis itu mengurung diri, Rinni sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun. Apalagi suasana hatinya sedang buruk.
"RIN! DEMI TUHAN GUE NGGAK SUKA LIAT LO GALAU BEGINI! LO NGGAK MASUK KULIAH CUMA KARENA SI BRENGSEK ITU? CIH!" Jevin terdengar murka. Rinni menghela nafas, air matanya kembali turun. Membuat pipi tirusnya itu basah.
Flashback :
Rinni yang baru saja memasuki starbuks terpaku melihat pemandangan yang tidak jauh dari pengelihatannya. Mahesa duduk bersama seorang gadis yang tampak sangat ia kenali. Sonia. Bukankah lelaki itu bilang ia sedang banyak tugas? Jadi tugasnya adalah berkencan dengan Sonia?
"Lo kok belum duduk, Ngil?" Suara sengau itu membuat Rinni menoleh. Mata gadis itu sudah memerah, Jevin langsung beralih melihat apa yang sudah membuat gadisnya hampir menangis.
"Brengsek!" Seru Jevin, kemudian ia melangkah menuju tempat dimana Mahesa duduk bersama Sonia. Gadis itu menyenderkan bahunya dan tangannya mengusap lengan Mahesa. Tidak ada penolakan sama sekali dari lelaki sialan itu.
"Wow.. kalian ternyata disini juga," Ujar Jevin, Rinni sudah berhasil mengkondisikan dirinya untuk tak menangis. Walaupun rasanya seperti ditikam ribuan jarum dibagian yang sama.
"Jevin.. Rinni.." Ujar Sonia tampak kaget yang dibuat-buat, sementara bibirnya menyeringai pada Rinni.
"Rinn.." Panggil Mahesa, Rinni hanya tersenyum. Ia mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Ia tidak perlu menangis. Ia tidak akan membiarkan siapapun melihat kelemahan dirinya.
"Eh, katanya banyak tugas, kok malah disini sama Sonia?" Tanya Rinni lembut, Jevin menaikkan alisnya sebal. Rinni bisa mengendalikan diri secepat ini.
"Emangnya kenapa kalo aku sama Sonia? Kamu aja bebas sama Jevin," Rinni tersenyum simpul mendengar pemaparan Mahesa.
"Oh, jadi semacam balas dendam? Hmm. Yang perlu kamu tahu ya, aku sama Jevin ini sahabatan udah sejak kecil, lah kamu jalan sama Sonia? Udah jelas ini cewek naksir berat sama kamu, Sa." Tenang. Itu yang dapat disimpulkan Jevin dari nada bicara Rinni. Gadis itu bicara tanpa emosi sedikitpun. Dan Jevin khawatir akan hal itu.
"Terus mentang-mentang kalian sahabatan, Jevin bebas meluk-meluk kamu? Jevin bebas gitu memperlakukan kamu kayak kamu itu pacarnya?" Tandas Mahesa tajam, Jevin sudah menggeram kesal. Namun tangan Rinni menggenggam tangannya lembut, membuat amarah jevin mereda.
"Terus mau gimana? Aku capek loh Sa, tiap berantem masalahnya karena aku dekat sama Jevin lagi. Serius, kelakuan kamu kayak anak kecil." Rinni agak sedikit terpancing emosi dan membuat Sonia tersenyum puas.
"Yaudah, kita putus aja!" Tandas Mahesa, Rinni awalnya kaget namun kemudian ia tersenyum.
"Putus? Oke. Yuk Jev kita makan. Laper gue," Tandas rinni menarik tangan Jevin, namun ia diam bergeming.
"Ini kesekian kalinya gue liat lo nyakitin Rinni! Dan demi tuhan, ini kesempatan terakhir lo buat sama Rinni. Sekali lagi gue liat lo deketin Rinni, dan kemudian bikin dia sakit, gue bakal pastiin dua tangan lo nggak akan bisa lagi lo pake buat main basket kebanggaan lo itu!" Ancam Jevin. Suaranya tegas dan datar membuat Sonia bergidik ngeri.
"Udah Jev," Rinni mengamit Jevin untuk pergi dari hadapan mereka. Dan ketika pergi, Rinni langsung menangis. Jevin sesak. Dia tidak rela gadis yang ia jaga mati-matian harus menangis dan disakiti oleh lelaki lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny (Short Story)
FanfictionNggak punya deskripsi yang menarik. Intinya cerita sepasang sahabat yang saling cinta. Jevin Julian dan Rinni Wulandari Short Stories.