CHAPTER 19 : EMPTY

4.6K 397 10
                                    

HAPPY READING AND SORRY FOR TYPOSS

0000

"Hay Rascal." Sapa Nasya setelah beberapa waktu berlalu, karna Rascal yang diam sedari tadi membuat mereka hanya saling bertatapan.

Bukannya membalas sapaan Nasya, Rascal makin menatap Nasya tajam. "Apa yang ada di pikiran kamu?."

Nasya menatap Rascal tak mengerti. "Memangnya kenapa?" Tanyanya sambil mengamati langit yang semakin mendung menghindari tatapan Rascal.

"Because i care about what you think!" Rascal menarik pergelangan tangan membuat Nasya menatapnya.

Nasya gelisah, tak mengerti ucapan Rascal barusan. Bukan, bukan karna Rascal menggunakan bahasa inggris. Nasya sangat mengerti bahasa inggris dengan sangat baik, sama baiknya mengerti bahasa indonesia. Tapi, yang tak Nasya mengerti adalah, kenapa Rascal peduli?. Nasya masih belum tahu seberapa banyak yang Rascal lihat ataupun dengar tentang pembicaraan nya dengan Lius.

Tiba-tiba Nasya merasa tetesan air di kepalanya. Ah gerimis. Nasya suka hujan, baginya setiap hujan tiba, suara hujan membuatnya merasa nyaman. Tak kesepian seorang diri. Tapi, sesuka apapun Nasya dengan hujan, ia takkan pernah bisa bermain hujan. Tubuhnya tak mengijinkan nya, karna itu, setiap hujan turun Nasya akan duduk dibalik jendela dengan secangkir teh hangat.

Nasya menarik Rascal kedalam gedung apartement. Sesampainya di lift, Nasya langsung menekan nomor lantai dimana apartementnya berada. Ia berharap Tiffany sudah pergi dinner dengan Dave, yah walaupun ini masih sore.

Harapannya terkabul, Tiffany sudah pergi dinner dan memberi tahu Nasya lewat post it yang ditempel di pintu kulkas. Nasya segera membuatkan minuman untuk dirinya dan Rascal yang kini duduk di sofa yang masih menatapnya, meski tak setajam sebelumnya.

"Teh?" Tanya Rascal saat Nasya memberinya secangkir teh hangat.

Nasya mengangguk dan duduk disamping Rascal.

"Tidak kopi?" Tanya Rascal lagi dan dijawab gelengan oleh Nasya. "Itu artinya kamu sedang tidak stress?" Tanya Rascal meyakinkan.

"Stress? Kenapa?" Nasya bertanya balik.

Rascal menatap Nasya lekat. "Oh aku lupa, kamu tidak mungkin stress. Melihat bagaimana bahagianya kamu tadi dengan Lius." Ujar Rascal meneguk teh nya.

Nasya memutar matanya, memang apa hubungannya kebiasaan stresnya dengan Lius?.

Tunggu!

"Kamu kenal Lius?" Tanya Nasya kaget. Bertanya-tanya dalam hati, kenapa Rascal bisa kenal Lius.

Rascal mengangguk. "Tentu saja kenal, dia sepupuku." Jelas Rascal dan menatap Nasya tajam. "Dan bagaimana kamu kenal Lius?"

Nasya meneguk teh nya sambil berfikir. Rascal dan Lius sepupu? Dan itu artinya Lius adalah anak bu Rima?. Kenapa dunia ini sempit sekali!. Nasya memang tak pernah bertemu dengan orang tua Lius, kecuali ayah Lius yang saat hari kelulusan itu memeriksanya.

Apa itu artinya Rascal juga tahu pekerjaan Lius? Nasya perlahan menatap Rascal yang menatapnya dengan pandangan bertanya.

Nasya mengatur nafasnya agar terlihat santai. "Kami teman sekolah."

"Hanya itu?"

"Hanya itu."

Rascal bersedekap. "Jadi kamu akan memeluk semua pria teman sekolahmu?"

Nasya menatap Rascal dengan alis terpaut. "Maksud kamu apa?" Tanya Nasya tersinggung.

"Jangan pura-pura tak tahu. Kamu fikir aku nggak lihat semuanya?" Rascal balik bertanya.

ZZZ love ZZZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang