Prolog

31 1 2
                                    

Zella POV

"Zenyaaaaa... Kenapa tiba-tiba ada game GTA 5 di laptop gueeeeee?!!!"

Zenya, dengan wajah sok polosnya yang seakan-akan mengatakan jika dia tidak tahu apa-apa tentang game itu menatapku dengan heran sebentar, lalu pandangannya langsung kembali ke layar iPhone-nya. Duuhh... kakak kembarku yang satu ini benar-benar, deh. Egoisnya itu loh, kebangetan! Dia seenaknya men-download game GTA 5 di laptopku, padahal dia tahu sendiri kalau aku tidak menyukai game cowok, apalagi yang berbau kekerasan seperti itu. Mana buang-buang memory segala lagi. Memang sih ya, anak berandalan mah beda!

"Heh, Zenya Alexandra Irvin! I'm talking to you!" Panggilku sekali lagi. "Apaan sih? Ganggu banget dah lu. Kalo emang gasuka ya hapus aja susah amat." Balas Zenya sambil melempar tubuhnya ke tempat tidur. Dasar!

"Whatevs, orang tuh udah paling males berargumen sama lo tau!"

Ya, itulah kakak kembarku. Mentang-mentang lebih tua 5 menit dariku dia bisa seenaknya di rumah. Nggak tau diri. Yah, tapi gimanapun juga aku tidak berani melawannya. Dia itu cewek paling kuat di sekolah, sekaligus ketua geng berandalan di sekolahku. Cewek itu ya, asal kalian tau, udah sering banget ikutan tawuran lawan sekolah-sekolah lain dan udah dapet SP sampe berkali-kali, tapi saking takutnya guru-guru dan kepala sekolah kami kepada Zenya, nggak ada yang berani nge-DO dia. Mau kasus ketahuan memeras siswa-siswa di sekolah kami, ketahuan main judi di rooftop sekolah, sampe tawuran lawan anak SMA aja dia nggak akan di DO, malah nilai sikapnya keseringan dikatrol guru. Ntap ga tuh. Ladies and gentleman, Zenya Alexandra Irvin.

Sementara aku, jika dibandingkan dengan dia adalah bagai bumi dan langit. Walaupun secara fisik kami bagaikan kertas yang habis di fotokopi, alias sama persis- rambut pirang pucat, mata biru laut dan kulit putih yang mulus-, sifat kami sangat bertolak belakang. Kalau dia terkenal dengan sifatnya yang kasar bagaikan preman pasar (hey, it rhymes!), aku terkenal sangat lemah lembut, bagaikan putri Solo. Kalau dia suka membolos pelajaran, aku sangatlah rajin dan nilai sikap ketekunanku seringkali dapat nilai sempurna, 4.0. Sementara dia seringkali kelewat percaya diri, aku termasuk anak yang paling pendiam di sekolah dan sangat tertutup.

Anyway, jika kalian sukar membedakanku dengan Zenya, ingat saja penampilan kami sehari-hari di sekolah atau di tempat umum lainnya. Zenya sangat cuek akan pakaian yang selalu dipakainya, termasuk urusan seragam sekolahnya. Kemeja putihnya yang selalu lecek, blazer merah maroon-nya yang selalu digulung keatas lengannya, serta dasi yang selalu dipasang secara asal, itu semua sudah menjadi ciri khas Zenya. Sementara aku, seragam rapi jali nan mulus serta atribut yang lengkap, itu juga sudah menandakan kalau orang itu adalah aku- Zella Annabeth Irvin.

Oh ya, kami berdua single, alias belum punya pacar. Zenya, dengan sifatnya yang kasar dan nggak feminim itu tentu saja belum ada yang mau memilikinya. Dan aku, aku ini terlalu pendiam.

Keluarga Irvin, bisa dibilang keluarga kami cukup terpandang. Ayahku, Foster Irvin adalah seorang fotografer terkenal yang sering terlibat dalam photoshoot model-model ternama, bahkan ia pernah memotret model-model Victoria Secret. Ibuku, Abigail Irvin adalah seorang novelis yang terkenal juga. Karya pertamanya yang ditulisnya sebelum dia menikah menjadi best seller di seluruh dunia sampai saat ini. Selain kesibukkan mereka sebagai fotografer dan novelis, mereka juga memiliki usaha keluarga berupa toko es krim di Manhattan, New York dan Los Angeles, California. Jadi, tak heran kalau mereka jarang ada dirumah. Btw, rumah kami ada di LA, letaknya hanya 500 meter jauhnya dari toko es krim keluarga kami, Land of Snow.

By the way, kami tidak hanya berdua di keluarga ini. I mean... berempat, kurang orangtuaku. Parah banget ya, dasar anak durhaka. Ok, back to the topic. Kami juga memiliki kakak laki-laki bernama Zachary Alberto Irvin. Dia berumur 19 tahun dan merupakan gitaris band punk rock yang sedang booming baru-baru ini, Landmine. Anggota band-nya sering datang ke rumah kami dan seringkali membuat suasana rumah menjadi berisik. Walaupun kuakui mereka ganteng-ganteng, tapi tetap saja aku sangat terganggu dengan keributan mereka saat aku sedang belajar. Mana Zenya suka ikutan rusuh bareng mereka pula.

Intinya kami berdua memiliki banyak perbedaan yang menonjol. Tapi sikap-sikap kami berdua tidak bisa diubah dengan cara apapun dan bagaimanapun juga kami akan tetap bersaudara. 





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Better Than WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang