am i wrong?

51 3 1
                                    

"Wid, main aer hujan yuk? Udah lama nih kita gak main hujan."

Waktu kecil kami memang sering bermain hujan sampai lupa waktu. Ibuku tak pernah marah, katanya masa kecil bahagia gak datang dua kali. Aku dan Widy juga sering mandi bareng lho. Terkadang kami berendam bersama di bak mandi tanpa sepengetahuan ibunya. Hahaha, bandel memang.

Usiaku dan Widy berbeda setahun. Sekarang aku kelas 1 SMA, sedangkan Widy setahun diatasku. Meskipun begitu, aku tak pernah memanggilnya 'kak' itu terlalu berlebihan.

"Yaudah cepetan sebelum hujannya berhenti.."

Akupun berlari kehalaman sambil terkekeh kecil. Uhh sial baru berapa menit bermain, hujannya berhenti. "Nanggung ah, belum puas."

Tiba-tiba pancuran air tepat mengenai wajahku. Widy dengan cekatan menyemburkan air dari selang kepadaku

"Katanya gak puas.. sini puas-puasin main airnya!!" Seru Widy yang jahil.

"Eh gile, gak gini juga kali.. sini selangnya" aku berusaha merebut selangnya namun Widy juga tak mau kalah.

"Ambil aja kalo bisa, wleeee'" ledeknya sambil menjulurkan lidahnya.

"Sini selangnya.. enak aja nyiram-nyiram muka orang"

Aku menarik selang, Widy pun begitu . Tiba-tiba...

"Yaampun.. b..baju gue.. tuh kan basah..." kami tak sengaja menyiram seseorang di luar pagar. "Eh lo semua, pokoknya gue gak mau tau. Baju gue ini masih baru dan gak bakalanlo dapet disini. Lo semua seenaknya aja nyiram-nyiram, pokoknya ganti!!"

Dia adalah Felisya, teman satu sekolahku yang rumahnya berada di blok sebelah. Ralat, seharusnya ku hilangkan kata 'teman'. Dia cantik, tinggi, putih, hidung mancung, mungkin dia blasteran? Entahlah. Namun parasnya tak secantik perilakunya. Sombong, merupakan hal yang membuatku muak. Aku hanya heran mengapa Rena dan Karin betah mengekor dengannya? Padahal mulutnya juga ketus, kata-katanya mengiris relung hati yang paling dalam. Ups,lebay.

"Sorry yah, kita gak sengaja. Kalau mau gue ambilin baju gue terus ganti aja baju lo di dalem."

"Sorry sorry, lo pikir semua bisa selesai dengan sorry? Gue juga gak mau make baju lo, takutnya gue gatel-gatel, ew." Jleb.

"Eh lo make baju dari Tanah Abang aja belagu. Kalo lo gak mau dipinjemin baju, yaudah sana. Ngerusak suasana aja" Widy kesal, jadilah dia ngomong ketus begitu. "Cepetan sana! Kalo lo gak mau pergi, gue sirem nih!"

"Ish, gak tau diri banget!" Felisya meninggalkan kami.

"Ah jijay gue sama orang kayak dia. Belagunya minta ampun. Kezel." Curcol Widy.

"Hahaha, udah orang kayak gitu mah mau diapain juga tetep kayak gitu. Bawaan dari lahir hahahaha"

"Yaampun kalian kok basah-basah gini? Nggak puas waktu kecil ibu biarin main hujan? Yaudah gadis masuk mandi terus ganti pakaian. Em Widy mau pinjam pakaiannya Kiky?"

"Eng..enggak tante.. aku pulang aja.. makasih.. hehe"

*******

Hp ku berdering, ternyata notifikasi Line. Dari Widy ternyata.

"Lia, gue mau minta tolong nih. Pliss bantu gue."

"mau ditolongin apa?"

Sent.

"Kan lusa ada camp di puncak, gue mau pergi ke suatu tempat, gue gak mau ikut camp. Tolong kalau mama gue tanya-tanya ke elo, bilang aja kalo gue juga ikut camp. Gue mohon Liaa.. plis"

"Lah emang lo mau kemana? Gak ahh.. gakk.. gue gak mau bohong. Gak amanah namanya."

"kali ini aja Lia.. plis. Lo tega nolak gue?"

Widy tau kelemahanku. Bagaimana tidak? Sudah bertahun-tahun kami dekat, seperti saudari. Yah aku tak bisa menolak. Apalagi permintaannya. Sebenarnya aku ragu untuk menolongnya kali ini. Aku takut terjadi apa-apa dengannya. Aku sangat menyayanginya. Tapi apalah daya, aku tak tega.

"Jelasin dulu Wid lo mau kemana? Gue khawatir.."

"Rahasia, Liaa. Yang penting lo mau kan nolongin gue?"

"Yaudah. Tapi janji yah gak ngebahayain diri lo sendiri"

"Iye, makasih Lia sayanggg"

"Giliran ada maunya jadi baik gitu. Yaudah gue mau tidur. Bye!"

Tokk!! Tokk!!

"Dis boleh ibu dan ayah masuk?"

"Iya bu, masuk aja.."

Ibu dan ayah masuk ke ruang merah mudaku. Kemudia mereka duduk disisi ranjangku.

"Ibu mau kasih tau kamu sesuatu. Ini kejutan loh" mata ibu berbinar-binar.

"iya, ngomong aja buu"

"Ibu.... hemm.. ibu hamil, Dis."

"Apaa? Aku gak salah denger bu? Beneran? Alhamdulillah"

"Ciee yang udah mau jadi kakak.." ayah menggoda.

Seperti yang ku cerita dari awal, ibu sulit punya anak. Dari kecil aku ngemis-ngemis minta adik. Maklum, dulu aku tak tau apa-apa. Sekarang, diusiaku yang nenginjak 15 tahun, tiba-tiba ibu mengucapkan kalimat sederhana yang mengejutkan sekaligus membahagiakan itu.

*****

A.n
Halo maaf baru update, selamat membaca. Dichapter ini juga belum ada konflik. Di chapter selanjutnya udah muncul kok, hehe.

Jangan lupa vomment yah hehehe.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pluviophiles?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang