Hate U [II]

19 2 0
                                    

    Ya tuhan kenapa harus mempertemukan ku dengan pria jalang ini lagi?

"Seperti nya kita butuh waktu berdua" pria ini bersuara

Shifa yang notabene nya masih berada disitu hanya menampakkan muka terkejutnya. Bukan hanya dia saja, aku juga terkejut mendengarnya

"WHATT? BE-BERDUA?" Fiks, ini suara shifa. Harusnya kan aku yang ngomong gitu

"Gapapa kan pinjem temen lu bentar?" apa apaan ini 'pinjem' dikata aku barang apa ya.

"Mau lu itu apasih? Kemaren udah buat tangan gue bengkak dan merah merah, terus sekarang apa lagi? Toh gue juga ga jadi laporin lu ke guru bp please biarin gue hidup tenang"

aku harap dia bisa mengerti kalo aku gamau ketemu dia lagi.

"Maaf sebelumnya udah buat kesan yang jelek di pertemuan pertama kita. So, gue ryan dan nama lo?"
Sekarang malah ngajakin aku kenalan, maksudnya apa sih?

Aku menatap pria di depan ku bingung karena gatau harus berekspresi apa lagi. Dia bilang namanya ryan, namanya seperti aku kenal

"Ekhmm"

Astaga, aku lupa disini masih ada shifa. Sekarang wajah nya sudah tidak lagi seperti tadi mungkin dia merasa bosan karena merasa tidak dianggap. Kasian

"Clay, clayna" aku menjawab dengan suara yang pelan

"Nama yang cantik untuk orang yang cantik. Maaf ya kemaren gue lagi galau, tau lah orang lagi galau gimana semua suka jadi sasaran" dia menjawab sambil sesekali tersenyum.

yang aku ga habis pikir untuk apa orang galau di bawah kolong kasur? Ah mungkin itu cara dia untuk menghilangkan galaunya, iya guling gulingan dibawah kolong kasur atau dia sedang meratapi nasib nya sambil nangis ga jelas gitu ditemenin sama tikus atau wirog yang mencoba ngehiburnya dibawah kolong kasur. Argh apasih otak mulai ngawur dan yang bikin aku gereget masa iya orang galau ngelampiasin kegalauannya dengan cara hampir ngeremukin tangan orang. Pria ini sinting

"Okey, see you next time" pria itu kembali tersenyum dan berjalan pergi. Aku menghembuskan nafas lega, lama lama bersama pria itu otakku tidak berjalan dengan baik. Bahkan aku baru sadar bahwa aku tidak mengatakan apapun karena sibuk dengan pikiran ngawur ku ini. Pria itu argh mungkin sekarang tidak seharus nya aku memanggil dengan sebutan 'pria' karena aku sudah tau namanya, Ryan.

---

"Lu utang penjelasan sama gue clay!" Please shifa masih menagih aku untuk bercerita soal yang siang tadi, padahal aku sudah mau melupakannya.

"Kalian bisa kenal? Gue bahkan udah lama ga liat dia disekolah, dia makin ganteng aja ya, setau gue dia dipindahin sekolah ke jepang"

"Shif, lu tau dia?" Aku bahkan kaget karena shifa tau seluk beluk ryan.

"Hahaha siapa sih yang ga tau ryan? Anak pemilik yayasan yang pinter dan cakepnya ga ketulungan mana katanya suara nya bagus lagi. Perfect pokoknya"

'Anak pemilik yayasan' bahkan aku tidak tau pemilik yayasan itu siapa, apalagi anaknya duh-_- kudet banget aku, nama kepala sekolah aja aku cuma tau nama depannya doang mana suka ketuker lagi mukanya sama guru ekonomi abis mukanya agak mirip sih, ya itu sih menurut aku
"Ooh gitu" aku hanya mengangguk dengan ekspresi datar, bego ya aku pake segala ngancem ke bp waktu itu untung ga jadi, coba aja kalo aku bener bener laporin dia ke guru bp bisa bisa aku yang di keluarin

"Jadi? Gimana ceritanya ryan bisa kenal lu?" shifa kembali menagih, oke akan aku ceritakan

"Jadi begini ceritanya" aku menghembus kan nafas panjang dan melipat kedua tangan di depan dada dengan mencoba mengingat kejadian 2 hari yang lalu, setelah itu aku mulai menceritakan semuanya.

Bersambung...

One ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang