[1] Meeting

169 42 33
                                    

Suara langkah kaki turut menghiasi keramaian sekolah Pavita. Vianny Ariesta menggerutu sambil memainkan pulpennya kembali ke kelas tanpa memperhatikan sekelilingnya.

Yang tak ia sadari, seorang laki-laki datang dari arah yang berlawanan dengannya dan juga tidak memperhatikan sekelilingnya.

BRUK!

"Aww!" Rintih Via yang terjatuh. "Heh! Lu ngga mau bilang apa gitu udah nabrak gue?"

Laki-laki itu membereskan kertas-kertas yang tidak sengaja ia jatuhkan lalu pergi meninggalkan Via sedetik setelah membuat kontak mata dengan Via.

KREK.

Via menggerakan bola matanya menuju sumber bunyi. "Woi laki-laki gatau diri. Minta maaf kek! Udah nginjek pulpen gw juga."

Laki-laki itu tidak menghiraukan ucapan Via. Via mendengus, mengambil pulpennya dengan kasar lalu berlari ke kelasnya.

Sesampainya dikelas, Via langsung menghampiri Cindy, sahabatnya, dan duduk disampingnya. Cindy Veronika Liman, itulah nama lengkapnya. Sangat sensitif dengan kata 'lima'. Siapapun yang menyebutkan 'lima' dengan sengaja ataupun tidak, langsung disergapnya.

"Wei Vi. Napa muka lu jelek gitu? Ya biasanya sih udah jelek yah, tapi ini makin jelek. Beneran deh."

Muka Via memelas. "Cin! Tadi ada idiot 37 masa. Tuh orang nginjek pulpen gue terus gak minta maaf, ga ngomong apa-apa terus langsung pergi aja. Nyebelin banget kan yah."

Well, angka 37 pada omongan Via menunjukan keberapa laki-laki itu menghiasi kehidupan Via dengan kesialan. Begitulah menurut Via. Walaupun sebenarnya sama sekali tidak sial.

Cindy manggut-manggut mendengar ocehan Via. "Udah 37 yah orang yang kena sial diocehin sama lu. Kasian amat. Jadi yang ke 37 ini, cewe apa cowo?"

Via cemberut. Makin menjelekkan mukanya. "Cowo." Jawab via sambil menatap cindy dengan sebal. "Lagian gue yang sial, bukan dianya." Gumam via.

"Wih cowo! Gimana Vi cowonya? Cakep ga? Jangan gitu loh Vi. Ntar jadi suka loh." Cindy tersenyum jahil. Dia memang senang menggoda temannya yang satu ini.

Via mendengus. "Lu aja sono sama dia. Gue mah gak mau. Cowo songong gitu. Gatau diri dasar. Udah nabrak orang sama nginjek pulpen orang malah gak minta maaf." Via menghirup nafas lalu melanjutkan omongannya. "Terus dia pas gue liat ke matanya, dia tuh langsung pergi. Gak ada sedetik deh gue rasa. Jadi gue gak liat jelas mukanya."

Cindy mencondongkan tubuhnya ke arah Via. Sepertinya mulai tertarik dengan pembicaraan Via.

"Weh Vi. Lu sih udah sering yah ngomongin cowo idiot berapa-berapa itu. Tapi baru ini loh, lu ngomongin cowo idiot sampe sepanjang itu. Akhirnya Via suka juga sama cowo. Thanks God."

Via membesarkan matanya ke arah Cindy. Bukannya takut, Cindy malah tertawa melihat pelototan Via.

"Udah lah Vi. Lu kalo suka mah suka aja. Hmm.. Hari ini tanggal 31 Maret Vi. Ingetin tuh."

Via makin cemberut sampai memonyongkan bibirnya beberapa centi. Sebenarnya Via bukannya tidak suka sama laki-laki. Tapi, Via terlalu hebat untuk menyembunyikan perasaannya.

♡♡♡

Dion Prasetya mengendarai motornya ke alamat yang diberikan temannya. Christoper Jim. Katanya dia diundang ke rumah teman childhood nya untuk acara ulang tahun. Dion dipaksa untuk datang menemaninya. Dan karna Dion adalah orang yang setia kawan, maka dengan terpaksa juga Dion mengikuti permintaan Christ.

Dion memberhentikan motornya di depan sebuah rumah lalu mengeluarkan HP nya untuk mengecek alamat yang diberikan Christ melalui LINE. Lalu mendongakkan kepalanya.

Idiot 37Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang